Chereads / THE NEIGHBOR / Chapter 7 - CEMAS

Chapter 7 - CEMAS

Sean terus menangis ketika sampai dirumah. Dengan sigap Dewi langsung mendudukkan Sean dan mencari kotak obat untuk mengobati luka di tangan dan kaki anaknya. Rahayu membantu Sean dengan menyeka darah yang keluar dari lutut dan sikunya, sebetulnya luka itu tidak parah hanya sekumpulan goresan yang sedikit mengeluarkan darah disela-selanya. Namun, karena darah itu dapat membuat Sean menjerit kencang dan tidak henti-henti, maka Rahayu berusaha menyekanya dan menenangkannya.

Setelah mencari ke beberapa rak dan laci, akhirnya Dewi menemukan kotak obat itu. Dewi segera membersihkan luka di lutut Sean terlebih dahulu, namun karena Sean yang terus menangis, akhirnya Rahayu yang mengobati luka Sean, dan Dewi memangku putranya itu agar tidak menangis. Ardi, Ramdan, dan Sere datang menghampiri mereka. Tampak raut wajah Ardi yang menahan tawa hingga masuk ke rumahnya. Sere berdiri disamping ibunya yang sedang membersihkan lutut Sean, Sere melihat Sean yang sedang terisak menangis, Sere hanya diam dan tampak sedikit keheranan karena tangisan Sean yang sampai terdengar dari luar.

Sean kembali menjerit kencang ketika Rahayu meneteskan alkohol di lukanya. "AARRGHHHHH! SAKIT!" jeritnya kencang diikuti tangisannya. Rahayu sampai kaget mendengar jeritan Sean, hal ini mengundang gelak tawa dari Ardi yang menganggapnya lucu. Dewi menatap Ardi dengan tajam karena ia malah tertawa melihat putranya terluka.

"Anaknya nangis, papanya kok malah ketawa, bukannya diobatin, malah diketawain!" kata Dewi dengan nada kesal.

"Bukan gitu ma, tapi Sean lucu banget!" sahut Ardi sambil berusaha menghentikan tawanya.

Ramdan dan Rahayu ikut terseyum mendengarnya.

"Bu Ayu, lanjutin aja obatinnya, Saya yang pegangin Sean, biar cepet diobati bu" kata Dewi

"Iya bu, saya lanjutin ya" kata Rahayu

Rahayu segera menyelesaikannya, meskipun Sean terus menangis, namun karena ada Dewi yang memeluknya, Rahayu dapat mengobatinya dengan cepat.

Setelah selelsai, Rahayu segera membereskan kotak obat itu yang kemudian di taruh kembali oleh Ardi. Sean terus menangis, namun Dewi terus menenangkannya hingga membuat Sean perlahan-lahan menghentikan tangisnya.

Dalam dekapan sang mama dan nafas yang tersedu akibat tangisnya, Sean mulai tenang. Sere mendekati Sean dan terus melihat ke arahnya. Sean membalas tatapan Sere.

Sere melihat siku dan lutut Sean selama berkali-kali yang sudah ditutup plester. Kemudian, Sere memegang pundak Sean dan berkata, "Jangan nangis, nanti sembuh ko" katanya lembut.

"Tuh denger apa kata Sere, nanti juga sembuh nak" kata Dewi.

Mendengar itu Sean semakin memeluk mamanya dengan erat.

"Uh manjanya" kata Ardi. Sean melirik kearah Ardi, ketika lirikannya di balas, Sean langsung menunduk kembali yang kemudian mengundang gelak tawa papanya itu.

Mereka bercengkerama dan mengobrol santai untuk beberapa saat, setelah itu, Ramdan dan keluarga pun pamit. Ketika hendak berpamitan, Sere menghampiri Sean. Sere sempat diam untuk beberapa saat, kemudian ia langsung pergi dan pulang kerumah dengan mendorong sepedanya. Aneh memang, ayah dan ibu Sere juga bingung dengan tingkah putrinya, namun mereka langsung pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Rahayu langsung menanyakan kenapa Sean bisa sampai jatuh, Ramdan pun menceritakannya dengan rinci. Sementara Sere sibuk dengan cemilan stik panjang berbalut krim Strawberry favoritnya.

- - - - - - - - - - - -

Sepulangnya Sere beserta ayah dan ibunya, Sean masih belum melepaskan pelukannya dari sang mama. Sean memanglah anak yang manja ketika sakit maupun keadaan tertentu. Pada hari itu, Sean tidak keluar rumah, ia hanya menghabiskan waktu diluar rumah saja. Ketika mandi, papa dan mama Sean harus menghindari luka di lutut dan siku Sean agar tidak terkena air.

Sore menjelang, Sehabis mandi Sere terlihat mengintip dari jendela rumah ke arah rumah Sean. Saat itu, Rahayu sedang mengelap meja makan. Terdengarlah suara langkah kaki yang sedang menuruni tangga, ternyata, itu adalah Ramdan. Awalnya Ramdan hendak berbelok ke kanan untuk menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat putri kecilnya sedang mengintip kearah rumah tetangga.

"Sssuutttt" Ramdan mengisyaratkan Rahayu untuk menengok. Rahayu pun menengok. Ia menghampiri suaminya itu.

"Kayanya Sere mau liat Sean" kata Rahayu sambil berbisik. Ramdan membalasnya dengan anggukan kepala tanda setuju.

Ayah dan Ibu Sere dengan kompak menghampiri putrinya yang tampak sedih itu. "Sere liat apa nak?" tanya Ayahnya. Sere langsung menutup kembali gorden jendela itu dan berbalik menghadap kedua orang tuanya. Ia tidak menjawab apapun, Sere merapatkan kedua bibirnya dan menggelengkan kepalanya.

"Sean baik-baik aja nak, kan sudah diobatin ibu" lanjut Rahayu sambil mengusap kepala Sere.

"Sere mau kerumah Sean? Mau liat keadaan Sean?" tanya Ramdan.

"Engga Ayah" jawab Sere singkat dengan nada yang pelan. Ayah dan Ibu Sere merespon dengan senyum lembutnya.

"Yasudah kita nonton TV yuk, sambil makan Strawberry!" kata Rahayu. Sere mengangguk dan tersenyum tipis.

"Pintunya boleh dibuka ngga, Ayah, Ibu?" tanya Sere lembut. Ayah dan Ibunya kompak menjawab "Boleh".

Sere duduk ditengah Ayah dan Ibunya sambil menonton televisi, tidak berselang lama, Sere pindah ke sofa yang mengarah ke pintu. Sere menonton TV sambil memakan Strawberry yang sudah disiapkan Ibunya. Namun, sesekali ia menengok dan tampak mencari seseorang dari rumah di hadapannya.

Beberapa kali melihat ke luar, namun tidak juga ada yang keluar dari pintu rumah Sean. Rahayu menyadari bahwa putrinya tampak cemas dengan kondisi Sean, namun ia tetap melanjutkan menonton TV.

- - - - - - - - - -

Keesokan harinya .....

Sere bangun dipagi hari dan mandi seperti mana biasanya. Pagi itu Sere beranjak menuju garasi rumahnya dan mengajak sang Ayah untuk bersepeda. Ramdan mengeluarkan sepeda dan menuju Sere yang tengah berdiri di depan rumah menghadap ke rumah Sean. Sere tampak menunggu Sean, namun ia tidak juga keluar rumah.

Sere bermain sepeda seperti biasanya, ia berkeliling dan berputar-putar di depan rumahnya. Hingga pada akhirnya, ia berhenti di depan rumah Sean dan melihat ke arah jendela, berselang beberapa detik, ia pun kembali mengayuh sepeda itu. Sere kembali dan menyudahi bermain sepeda.

"Cepet banget nak, udah selesai mainnya?"

"Udah Ayah"

Sere masuk ke dalam rumah dan bergegas menuju dapur, kemudian ia membuka pintu kulkas dan mencari Strawberry. Sere menemukan Strawberry di kulkasnya dan mengambilnya beberapa dengan kedua tangannya. Ketika selesai menutup pintu kulkas, ternyata ada Ibu yang mendekat ke arahnya.

"Sere mau Strawberry? Dicuci dulu nak, sini ibu cuci" kata Rahayu

"Ini buat Sean bu" Ujar Sere. Rahayu terkejut senang mendengarnya. Rahayu segera mengambil Strawberry itu dan mencucinya. Kemudian, Rahayu menaruhnya ke dalam mangkok kecil dan memberikan kembali pada Sere. Sere mengajak ayah dan ibunya untuk ikut ke rumah Sean.

Tok... tok... tok....

"Wah ada Sere dan ayah ibunya, mari masuk!" sambut Ardi setelah membuka pintu. Sere beserta ayah dan ibunya pun masuk dan segera duduk setelah dipersilahkan oleh Ardi.

"Pak, bagaimana Sean?" tanya Rahayu

"Sean nggapapa kok pak, bu, Cuma masih manja aja sama mamanya" jawab Ardi.

"Sere mau ketemu Sean pak, Sere terus nyariin Sean sejak kemarin" kata Ramdan

"Oh, Sere mau ketemu Sean? Oke papa Sean panggilin ya nak" kata Ardi.

Ardi menaiki tangga dan memanggil Sean yang terus digendong oleh Dewi. Sean duduk disamping Dewi. Sere menghampiri Sean dan memberikan Strawberry yang dibawa nya.

"Buat Sean" katanya sambil memberikan mangkok berisi Strawberry itu. Sean menerimanya. "Makasih" sahut Sean dengan lembut.

Kedua orang tua mereka tersenyum dan gemas dengan interaksi keduanya. "Sere baik banget sama Sean, terimakasih ya" kata Dewi.

Uniknya, setelah memberikan Strawberry itu, Sere dan Sean tampak kembali diam satu sama lain. Sean tampak tersenyum dari murungnya dan memeluk mamanya dengan tersipu malu, sedangkan Sere tetap duduk dan diam ditempat yang sama.