Hujan rintik pagi itu turut menemani kesibukan dua keluarga yang sedang pindahan ke rumah dengan cat yang sama itu. Mereka tampak amat sibuk dengan lalu lalang para tukang yang membantu mengangkat, menata, dan meletakkan semua barang-barang mereka. Keluarga Sean dan Sere berada di dalam rumah mereka masing-masing. Semua barang sudah diturunkan dari truk satu-persatu. Hanya tinggal menata berbagai pajangan, foto, dan barang lainnya.
"Maaf pak Ardi, Bu Dewi, semua sudah diturunkan dan sudah ditaruh di posisi yang bapak dan ibu minta." Kata salah satu orang yang membantu keluarga Sean.
"Oh iya baik, terimakasih banyak ya pak.. saya dan keluarga ucapkan banyak terimakasih." Balas Ardi berterimakasih.
"Sama-sama pak, kami senang bisa membantu bapak dan keluarga. Semoga betah dan rumahnya membawa berkah." Ujar pria bertopi hitam itu.
Dewi tertegun selama beberapa detik setelah tukang itu selesai bicara. Ia merasa bahwa sang tukang seakan mengatakan bahwa rumah lama mereka kurang membawa berkah. Dewi sedang sensitif dan perasaannya masih belum baik. Ardi tahu apa yang dirasakan Dewi. Dewi menarik nafasnya dan ingin berbicara, namun ketika Dewi baru hendak membuka mulutnya, Ardi memegang tangan Dewi dan langsung menyelaknya. "Aamiin... kalau begitu bapak-bapak sekalian boleh pulang, semua sudah selesai kan ya?" kata Ardi. "Iya pak semua sudah selesai. Kalau begitu kami mohon izin pamit ya pak, bu, dan adik Sean." Pamit sang tukang mewakili teman-temannya.
Dewi tidak memalingkan pandangannya dari para tukang yang hendak pulang itu. "Ma, maksud dia ngga begitu kok, masuk yuk" Kata Ardi lembut. Para tukang mulai pergi dengan menaiki truk dan mobil yang mereka kendarai sebelumnya, namun Dewi belum juga melepaskan tatapannya kepada mereka. Tatapan Dewi kosong dengan ekspresi datarnya. Setelah mereka pergi, Dewi menarik nafas panjang dengan tenang dan menghembuskannya. Secara perlahan, kemudian Dewi, Ardi dan Sean berjalan masuk ke dalam rumah mereka.
Sementara di rumah keluarga Sere, tampak para tukang yang masih mengangkat dan memindahkan perabotan yang mereka bawa dari kampung halaman. Setelah semua selesai, para tukang pun turut berpamitan. Suasana pagi itu sangat sibuk, kedua keluarga ini menyadari bahwa keluarga di hadapan rumah mereka sama-sama sedang berkemas. Mereka belum sempat berkenalan, hanya saja mereka sudah saling melihat dari kaca jendela rumah masing-masing. Setalah beberapa jam berlalu, keluarga Sere sudah selesai merapihkan dan menata perabotan rumah. Barang-barang mereka tidak begitu banyak, karena mayoritas dibawa dari kampung halaman, serta perabotan lainnya pun belum banyak terisi. Ramdan dan Rahayu berniat untuk mengunjungi tetangga di depan rumah mereka untuk berkenalan dan sekedar menyapa. Pintu rumah Ardi dan keluarga terbuka, namun tidak banyak lalu lalang mereka yang terlihat dari luar. "Bu, kita kedepan yuk, sekalian kenalan sama tetangga" Ramdan mengajak Rahayu. "Iya yah, kalo ibu nggak salah liat, mereka juga punya anak yang mungkin sepantaran sama Sere" Sahut Rahayu. "Wah kita punya kesamaan nih bu, jadi Sere juga punya teman baru" Kata Ramdan. Mereka pun menghampiri tetangga yang sedang dibicarakan tersebut. Ramdan mengetuk pintu yang sudah terbuka itu dengan pelan. "Permisi" salamnya. Terlihat Ardi yang sedang memilah buku-buku dari dalam kardus, serta Dewi dan Sean yang sedang memilih dan menempelkan tempelan kulkas yang berbentuk buah-buahan. Ardi dan Dewi menoleh secara bersamaan melihat Ramdan dan keluarga kecilnya yang berdiri di depan pintu rumah mereka. Ardi tersenyum, menghampiri mereka dan mempersilahkan masuk. Kemudian mereka berlanjut mengobrol satu sama lain. Pada saat itu, untuk pertama kalinya juga bagi Sere dan Sean bertemu dan berkenalan. Sean yang aktif dan murah senyum antusias berkenalan dengan Sere, sementara Sere hanya melihat dan tersenyum tipis kepada Sean.
"Halo, cantik, nama aku Sean" kata Dewi memperkenalkan anaknya. "Halo Sean, Aku Serena, panggil Sere yaa" balas Rahayu mewakili anaknya yang pendiam. Sean kecil yang terlihat antusias bahkan ia menyentuh pipi Sere yang chubby, sontak saja hal itu membuat kedua orang tua mereka terkejut dan tertawa akan tingkah lucu mereka. "Eh, Sean, ko main colek-colek aja sih nak, papa jadi malu nih" kata Ardi sambil tertawa melihat tingkah putra kecilnya. Sementara Ramdan dan Rahayu juga tertawa melihatnya. Meskipun orang-orang disekelilingnya tertawa dan tampak senang, Sere tetap tidak banyak bereaksi, ia hanya diam dan melihat sekeliling dengan tatapannya. "Maaf ya Sere, kayanya Sean seneng deh ketemu Sere, dia gemas, Sere lucu soalnya" kata Dewi. "Nggak apa-apa ko mba, anak kami memang pendiam, dia jarang tersenyum apalagi tertawa. Tapi Alhamdulillah tidak ada masalah serius dengan Sere" Jelas Rahayu. "Oooohh.. Sere sulit nih diambil hatinya" kata Ardi.
Suasana sore itu dihabiskan dengan obrolan-obrolan santai mereka sembari mengenal satu sama lain. Setelah banyak mengobrol, Ramdan dan Rahayu pun kembali ke rumah mereka karena hari sudah semakin sore, lagipula, Ardi dan Dewi juga tampak masih harus membereskan beberapa barang. "Pa Ardi, Bu Dewi, Sean, kami pamit dulu ya.. maaf mengganggu waktu berbenah rumahnya, semoga kita bisa menjadi tetangga yang baik." Pamit Ramdan. "Sama-sama pa Ramdan, kami juga terimakasih banyak lho sudah mau bertamu dan menyapa kami disini. Semoga Sere dan Sean juga bisa berteman dengan baik ya" kata Ardi. "Iya, nanti main-main ya" lanjut Dewi.
Mereka pun pulang ke rumah yang berada tepat di depan rumah Ardi dan Dewi itu. Hari menjelang senja, Dewi pun segera memasak dan menyiapkan makanan untuk makan malam mereka setelah sedikit merapihkan dan membersihkan rumah sepulang berkunjung ke rumah tetangga. "Ayah, Alhamdulillah ya kita punya tetangga baru yang baik, semoga kita bisa rukun terus ya" kata Rahayu sambil makan malam. "Iya bu, Alhamdulillah. Ayah jadi tenang ibu sama Sere bisa punya teman kalo ayah tinggal kerja." Kata Ramdan dengan lembut. Setelah makan malam, mereka pun bersiap dan bergegas untuk merapihkan sedikit demi sedikit yang perlu dirapihkan, kemudian beristirahat.
Sementara pada keluarga Ardi, setelah kunjungan tetangga baru, mereka berlanjut membersikan dan menata perabotan, kemudian bersiap makan malam. "Alhamdulillah mah, kita punya tetangga baru yang baik, jadi mama dan Sean punya teman deh" kata Ardi Senang. "Iya pa, Sere itu cantik dan lucu, tapi dia pendiam. Aku yakin, nanti pasti Sere dan Sean bisa akrab dan bisa main bareng. Orang tua Sere juga baik" kata Dewi. Kebahagiaan terpancar di raut wajah Ardi melihat Dewi banyak berbicara dan terlihat senang. "Aku senang kalo kamu senang ma," kata Ardi. Dewi tersenyum tipis kepada Ardi. Setelah selesai makan malam, mereka pun beristirahat setelah seharian berbenah dan menata rumah baru mereka.