Chereads / Love Me Any More / Chapter 20 - Bab 20 Hari Terakhir Pertukaran Pelajar

Chapter 20 - Bab 20 Hari Terakhir Pertukaran Pelajar

"Menurut aku pribadi sih, kamu tentuin sekarang, Ra. Kasian Rafka jika terus-terusan kamu kasih harapan palsu. Begitu pula dengan Shaka, dia bener-bener penuh perjuangan banget loh buat mertahanin kamu. Awalnya sih aku nganggep Shaka laki-laki yang pelit sama pasangan, tapi pas tau dia kerja jadi tukang kebun di rumah milik tetangga Rafka waktu itu, hatiku jadi iba liat dia begitu. Ternyata apa yang selama ini aku pikirkan tentang dia salah, dia memang gak bisa manjain kamu, ya karena memang dia bener-bener dari kalangan bawah."

Pendapat David bisa dibenarkan juga, tapi bukan aku yang ingin memberi Rafka harapan palsu. Dianya saja yang sangat memaksa buat mendapatkan apa yang dia mau, dia tau aku punya pacar. Lantas, mengapa masih tetap kukuh mengejar? Memberikan respon positif bukan karena aku juga menyukainya tapi karena menghargai, walau terkadang tidak jarang aku merasa terbawa perasaan saat dia mampu memanjakanku. Namun itu hanya perasaan sesaat karena merasa di perhatikan, bukan cinta menurutku.

"Aku gak pernah ada maksud buat ngasih harapan palsu sama Rafka, Vid. Dia udah tau kan kalau aku pacaran sama Shaka, tapi dianya yang selalu maksa. Dia emang baik, selalu ngasih sesuatu tanpa aku minta. Tapi soal perasaan aku masih gak bisa buka hati sama dia,"

"Mending jauhin aja, Ra. Kalau memang pada akhirnya Rafka bukan pilihan kamu, kasian aja kalau sampai terus-terusan berharap, tapi kamunya tetep gak suka,"

Apa iya aku harus menjauhi Rafka? Aku suka sikapnya yang royal. Tapi perkataan David tadi ada benarnya juga. Akan menyakitkan jika pada akhirnya Rafka harus kecewa, dan tidak bisa selamanya aku selalu berbuat demikian di belakang Shaka.

Jam pergantian di mulai, menurut informasi yang ku dapatkan kemarin, hari ini Pak Alex selaku Wk. Kesiswaan akan menjemput kami, yaitu aku, Adit dan juga David. Ah rasanya berat sekali buat ninggalin sekolah ini, sudah banyak teman yang akrab denganku. Bahkan yang ku tahu, Adit sudah berhasil dengan misinya mendekati Indah. Mereka berpacaran beberapa minggu yang lalu, sedangkan David dia juga sudah memiliki gebetan di Sekolah ini yaitu Sherly. Sama-sama satu kelas, dan memang anaknya lumayan cantik. Dan anehnya mereka mau dengan kedua temanku yang otaknya kadang konslet itu.

"Adit, David dan juga Amaira, nanti temui Bapak di ruang guru untuk mengurus berkas-berkas nilai kalian selama pertukaran pelajar. Sebentar lagi Pak Alex sampai untuk menjemput kalian, Bapak harap setelah selesai pertukaran pejalar ini, kalian tetap.menjaga silaturahmi dengan sekolah." Ujar Pak Anton pada kami bertiga.

"Baik, Pak." Jawabku serentak dengan Adit dan David.

Rafka melihat ke arahku, dia tidak lagi duduk di sampingku tapi duduk di bangku paling belakang seperti semula. Aku yang memintanya agar posisinya pindah pada saat semula, awalnya dia tidak mau. Tapi karena aku memaksa dan mengancam tidak mau bicara lagi dengannya jika dia tetap duduk di sampingku. Akhirnya dia mau juga menuruti permintaanku.

Sudah dua minggu lebih aku menjaga jarak dengan Rafka, aku tidak ingin memiliki rasa nyaman dengannya. Kali ini aku harus bisa bersikap tegas, tidak boleh terbawa perasaan lagi. Toh hari ini juga akan jadi hari terkahir di Sekolah ini.

***

Tring....tring....

Bell berbunyi, jam pelajaran pun selesai. Pada jam istirahat ini Pak Alex datang menjemputku dan teman-temanku, aku juga sudah mengurus berkas-berkas yang dikatakan Pak Anton tadi, meminta paraf pada beberapa guru, serta berpamitan pada kepala sekolah. Untuk teman-teman kelas sudah ku lakukan tadi sebelum mengurus berkas ke ruang guru.

Ku lihat Adit dan David nampak lesu, aku yakin mereka begitu karena harus meninggalkan pacar-pacar mereka. Biasalah, dua sejoli yang sedang bucin. Aku bergegas mengambil tasku, dan segera berlalu untuk menuju SMA. Tunas Bangsa, Sekolah yang memang menjadi tempatku belajar sejak dulu. Sekarang aku bisa bersama lagi dengan Shaka, menjalani hari seperti semula sebelum aku mengikuti pertukaran pelajar.

Banyak kenangan di Sekolah ini yang mungkin tidak bisa ku lupakan begitu saja. Aku menghela nafas panjang, beranjak dari tempatku berdiri saat ini. Sampai di ambang pintu, hampir saja aku menabrak seseorang. Ya, dia adalah Rafka. Entah mulai kapan dia berdiri disana, sampai aku sendiri tidak menyadarinya.

"Sampek kapan kamu mau menghindar terus, hah? Udah mau pergi aja, gak ada pamit-pamitnya lagi." Rafka berdiri menghalangi pintu, membuatku tidak bisa keluar dan tetap berhadapan dengannya.

"Siapa juga yang menghindar, awas aku mau lewat," ucapku singkat.

"Tuh, kan! Ayolah, Ra. Jangan begini, apa kamu gak kasian sama aku, di cuekin terus. Aku tau, kamu begini karena gak bisa balas perasaan aku ke kamu. Tapi please, jangan kek gini caranya. Kita masih bisa temenan kan!"

"Aku cuma gak mau ngasih harapan palsu sama kamu, Ka. Kamu juga harus sadar, kalau aku udah punya Shaka. Kita cuma kenal beberapa bulan aja, mungkin perasaan kamu sama aku hanya sebatas suka aja, karena kita baru saling mengenal."

"Amaira, perasaan itu gak kenal lama atau nggaknya. Mau kenal setahun juga, kalau gak Suka ya tetep gak suka. Begitupun sebaliknya. Oke, aku gak bakal maksa kamu buat nerima cintaku lagi, tapi tolong jangan anggap aku orang asing. Aku hanya ingin berteman sama kamu, apa begitu saja gak boleh?"

"Ya udah, iyaya. Minggir aku mau balik ke Sekolahku. Jaga diri baik-baik ya! Byee..."

Tanpa ku duga, Rafka malah memelukku tanpa berkata apapun terlebih dahulu. Reflek aku kaget, dan mencoba melepaskan pelukan Rafka. Jika teman yang lain lihat, pasti mereka akan salah paham dengan hubungan kami. Aku memberontak dan ingin melepaskan pelukan dari Rafka.

"Makasih ya, Ra. Aku gak bakalan lupain kamu. Dan sebelum kamu benar-benar terikat sama Shaka, aku akan tetap ngebuktiin suatu saat nanti, kalau aku memang tulus sama kamu."

Rafka melepas pelukannya dan meninggalkan aku yang masih mematung dengan kata-katanya tadi. Ini anak tadi bilangnya mau berteman saja, eh sekarang malah akan berusaha lagi buat buktiin cintanya. Aneh memang, untung saja tidak ada teman-teman lainnya di dalam kelas. Dan tidak ada yang melihat kami pula.

Sesampainya di tempat parkir, aku melihat David bersama Sherly, Adit dengan Indah. Sepertinya mereka sedang melakukan salam perpisahan. Aku pun menghampiri mereka, untuk kembali ke Tunas Bangsa sebelum jam masuk tiba.

"Udah ayok, kapan-kapan bisa kesini lagi kok. Gak usah melow gini napa," Ucapku mengejek Adit dan David serta pacar mereka masing-masing.

"Apaansi, Ra. Kayak gak pernah pacaran aja." Ucap Adit yang masih erat memegang tangan Indah.

Aku tertawa receh mendengar ucapan Adit yang sangat jelas dari raut wajahnya, kalau dia sangat berat untuk meninggalkan Sekolah ini, aku yakin alasannya pasti karena tidak ingin berjauhan dengan Indah.

"Ra, titip Adit ya! Kalau di sana dia deketin cewek lagi, kasih tau aku, Ra." Ucap Indah padaku.

"Iya, Ra. Aku juga. Tolong awasin David juga." Sambung Sherly yang tiba-tiba juga menitipkan David padaku.

"Siap, Bos. Tenang saja, mereka gak akan berani macem-macem selama ada aku."

Kami bertiga pergi bersama. Aku membawa motor sendiri, karena Ayah sudah membelikannya beberapa waktu lalu. Jadi tidak perlu nebeng pada siapapun lagi, apalagi menyusahkan Shaka.