Chereads / Love Me Any More / Chapter 18 - Bab 18 Suami Sahabat Om Permana

Chapter 18 - Bab 18 Suami Sahabat Om Permana

Sekarang Laura sudah tidak bisa berkutik lagi, saat fotonya yang sedang bermesraan dengan laki-laki paruh baya seumuran dengan Om Permana menjadi bukti, kalau apa yang dikatakan Rafka semuanya benar. Rafka tersenyum penuh kemenangan saat melihat Laura malu didepan orang tuanya. Itulah akibatnya jika bertindak, tapi tidak difikir terlebih dahulu.

Ini namanya senjata makan tuan. Dia yang menghina dan menuduh, tapi nyatanya dia yang terhina dan tertuduh saat ini. Biar tau rasa dia bagaimana malunya orang tua orang yang dia kejar-kejar, tau akan perbuatan busuknya itu.

"Di_dia itu paman aku, saudara dari mamaku, Om. Jangan percaya apa yang Rafka katakan, dia hanya salah paham saja, Om." Tangkas Laura yang masih saja mengelak.

Wah, mantap juga alasan Laura dengan mengatakan kalau foto yang ada dihandphone Rafka adalah pamannya. Mana ada coba, seorang paman merangkul keponakannya tepat dipangkuannya seperti itu. Sungguh sangat tidak masuk akal. Ada-ada saja alasan yang diberikan, dan nyatanya alasan yang diberikan pun sangat tidak logis.

"Kayaknya Papa kenal deh, Ka. Sama pria yang ada di foto ini," tutur Om Permana yang mulai memperbesar layar handphone Rafka untuk memperjelas gambar itu.

Duar...

Rasa takut mulai terlukis diwajah Laura. Bagaimana tidak? Orang yang diakui sebagai pamannya itu, ternyata dikenali oleh Om Permana. Bisa saja pria itu adalah rekan kerja Om Permana, atau teman dari Om Permana sendiri.

"Benarkah? Siapa pria itu, Pa? Apa dia itu salah satu teman Papa?" Sambung Rafka dengan pernyataan Om Permana tadi.

Rafka semakin antusias mendengan penuturan Om Permana. Dan seperti sudah menyiapkan beberapa pertanyaan lain yang mungkin akan semakin membuat Laura tidak punya muka didepan papanya.

Aduh, aku jadi kepo sendiri. Karena sebenarnya aku juga penasaran siapa pria itu, kalau sampai benar-benar pria itu adalah teman Om Permana. Jelas-jelas nama baik Laura akan tercoreng dihadapan Om Permana. Dan mungkin saja, dia juga tidak akan diterima dikeluarga Rafka lagi. Usahanya akan sia-sia saja untuk mendapatkan Rafka kembali, dan bahkan Om Permana juga akan memandang Laura sebagai wanita rendahan.

"Dia ini suaminya sahabat Papa, Ka. Kamu ingat sama Tante Febi, kan! Yang sering berkunjung kesini sewaktu kamu masih SD dulu. Dia itu sering berkunjung kesini sama suaminya, tapi sudah beberapa tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Makanya kalau kesini pasti selalu nyariin kamu. Dia juga deket banget sama mamamu, tapi sejak kamu SMP, Papa sama Mama lost contac sama dia. Jadi gak tau gimana sekarang kabarnya."

Penjelasan Om Permana begitu terperinci, dan aku juga mulai paham bagaimana kedekatan keduanya. Sehingga Om Permana bisa sangat mengenal pria yang bersama Laura itu. Rafka juga sepertinya mulai mengingat pria itu, yang katanya adalah suami dari sahabat kedua orang tuanya dulu.

Mampus kamu Laura, alasan apalagi yang akan dia berikan pada Om Permana. Jelas-jelas Om Permana sangat mengenal keduanya, dan aku yakin Om Permana tidak hanya mengenal sebatas teman lama, tapi juga mengetahui secara pasti kehidupan dari kedua sahabatnya itu.

"Oh iya, Rafka inget sekarang, Pa. Tante Febi yang dulu suka gendong Rafka, kan! Meskipun Rafka sudah kelas 2 SD, tetap saja Tante Febi memaksa untuk menggendong Rafka."

"Iya, bener. Suaminya juga sangat dekat dengan Papa dulu, jika bertamu kesini."

"Terus, apa benar. Tante Febi atau suaminya itu punya ponakan wanita gak punya malu ini, Pa?" Sela Rafka, sambil melihat kearah Luara dan mengembalikan perbincangan pada permasalahan sebelumnya. Yaitu foto Laura dan suami dari sahabat kedua orang tuanya.

"Setau Papa nggak deh, Ka. Febi itu anak tunggal, jadi tidak mungkin kalau dia punya ponakan. Terus kalau suaminya punya satu saudara tinggalnya di Amerika. Tapi dia pernah berkunjung kesini dengan saudaranya dan juga ponakannya itu. Ponakannya laki-laki bukan perempuan."

Hayo, semua sudah jelas sekarang. Kalau semua perkataan Laura tadi, adalah dusta. Seperti halnya pepatah mengatakan 'sudah jatuh tertimpa tangga pula'. Sudah dihina malah terhina juga, karena apa yang dikatakan Rafka tentang Laura yang menjadi simpanan Om-om benar adanya. Apalagi Om-om ini adalah orang yang dikenal, jelas sulit untuk bisa mengelak lagi.

"Masih mau cari alasan apa lagi kamu sekarang, hah? Masih mau caper didepan Papaku? Udah deh, pergi sana. Jangan pernah balik lagi kesini, dan jangan harap Papaku akan membela wanita murahan dan gak tau malu seperti kamu, Laura."

Laura merapatkan bibirnya, terlihat jelas jika saat ini dia sudah tidak berkilat lagi atas apa yang dituduhkan oleh Rafka. Niat awal ingin mengambil hati Om Permana, eh yang didapat malah hinaan lagi. Dan bahkan saat ini Om Permana tau, bagaimana kelakuan Laura yang sebenarnya.

Tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Laura, dia langsung berlari keluar dari kamar Rafka. Aku yakin, saat ini dia pasti sudah sangat merasa malu, karena usahanya sia-sia. Untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dari Rafka maupun Om Permana.

Aku dan yang lainnya hanya bisa tersenyum menyeringai saat melihat tingkah Laura yang demikian. Bukannya tega, tapi ya mau bagaimana lagi. Itu sudah konsekuensi dari perbuatannya yang asal bicara namun tidak pernah berkaca pada kenyataan yang sesungguhnya.

"Papa ga nyangka loh, Ka. Temen kamu ada yang begini. Apalagi pria itu adalah suami sahabat Papa dan mamamu dulu. Papa jadi kepikiran sama hubungan pernikahan mereka sekarang gimana ya?" Ujar Om Permana saat Laura sudah berlalu dari kamar Rafka.

"Entahlah, Pa. Rafka juga gak tau, semoga saja hubungan mereka baik-baik saja sekarang. Makanya, Papa jangan asal ajak orang masuk. Meski itu teman satu sekolah Rafka, Papa kan tau kalau Rafka gak mungkin asal sembarang ngajak cewek ke rumah. Kecuali memang..." Rafka melirik kearahku.

Isyarat apa ini? Kenapa tiba-tiba Rafka berhenti melannjutkan ucapannya dan beralih pandang padaku? Jangan sampai dia berkata hal yang tidak ingin aku dengar seperti kemarin.

"Kecuali memang kenapa, Ka?" Tanya David yang mulai penasaran dengan kelanjutan maksud ucapan Rafka.

"Kecuali memang wanita yang akan ku jadikan sebagai calon istri, Vid." Tanpa ragu Rafka berucap demikian.

"Wah, jadi Amaira salah satunya dong, Ka?" David bertanya dengan wajah yang girang.

Aduh mati aku, kenapa sih Rafka harus berkata demikian. Aku kan jadi merasa tidak enak pada David dan Adit, dan juga Om Permana. Apalagi kemarin Rafka juga berkata begitu, saat pertama kali berkenalan dengan Om Permana.

"Bukan salah satunya lagi, tapi satu-satunya. Rafka gak pernah membawa wanita lain sebelumnya. Wanita yang pertama kali dibawa Rafka ke rumah, ya Amaira ini." Ucap Om Permana yang mempertegas ucapan Rafka tadi.

Oh tidak, kenapa Om Permana malah menambahkan juga sih. Aku benar-benar malu didepan teman-temanku jika begini. Kenapa pula Rafka harus mengatakannya didepan David dan Adit, bisa-bisa mereka makin jadi menggodaku saat di sekolah nanti. Sepertinya nasib juga tidak berpihak padaku.