Chereads / Love Me Any More / Chapter 14 - Bab 14 Siapa Perempuan Yang Menjenguk Rafka?

Chapter 14 - Bab 14 Siapa Perempuan Yang Menjenguk Rafka?

Sepulang sekolah, aku, David dan juga Adit pergi mencari buah terlebih dahulu. Sebagai oleh-oleh untuk menjenguk Rafka, mereka berdua sedari tadi hanya mengikuti dari belakang. Tanpa berinisiatif untuk membeli apapun yang akan dibawa kerumah Rafka.

Tak perlu waktu lama, aku pun mengambil sebuah parsel buah yang berbentuk mungil seharga seratus dua puluh ribu. Setelah selesai membeli apa yang ku cari, segera ku ajak David dan Adit untuk berangkat kerumah Rafka saat ini juga. Agar nanti, pulangnya tidak kesorean. Lagi pula, aku takut kalau sampai mereka tidak mau mengantarku pulang sampai rumah.

Adit dan David membawa motor masing-masing. Aku ikut dengan Adit, karena David kadang suka ugal-ugalan dijalan saat naik motor. Aku takut, jika bersama dia nanti malah jatuh dijalan.

Saat sudah sampai didepan rumah Rafka, aku pun turun dan memencet bel. Agar orang-orang didalam rumah tau, jika ada tamu yang datang berkunjung. Apalagi setelan rumah Rafka yang cukup besar, tak mungkin aku dan lainnya malah nyelonong masuk begitu saja. Hingga beberapa detik aku menunggu, akhirnya satpam rumah Rafka yang kemarin, datang juga untuk membukakan pintu pagar rumah Rafka.

"Ada perlu apa ya, Dek?" Tanyanya padaku. Mungkin dia lupa, kalau aku pernah berkunjung kesini beberapa waktu lalu. Saat Rafka mengajakku untuk mampir terlebih dahulu ke rumahnya dan berkenalan dengan papanya.

"Saya temennya Rafka, Pak. Yang kemarin pernah kesini sama Rafka. Bapak gak ingat ya?" Satpam itu mencoba mengingatku, dengan terus melihat padaku dari ujung kaki hingga rambut.

"Oh, yang kemarin itu ya, Non. Maaf ya! Saya lupa, maklum sudah berumur, jadi lupa-lupa ingat." Aku tersenyum mendengar ungkapan satpam tadi, dia memang sudah terlihat agak tua. Tapi, menurutku tak tua-tua amatlah.

"Mari masuk, Non! Den Rafkanya ada didalam."

"Makasih, Pak."

Kami bertiga masuk kedalam bersama. David dan Adit memarkirkan motornya tepat didepan halaman rumah Rafka yang cukup besar, ku lihat kearah mereka yang sepertinya takjub dengan pemandangan rumah Rafka yang lumayan besar.

Ya, sama sepertiku, saat pertama kali berkunjung ke rumah ini. Merasa takjub dan tak ada hentinya memandangi setiap sudut rumah Rafka.

Sampai didepan pintu, aku pun mengetuknya perlahan. Walaupun aku pernah berkunjung kemari, tetap saja aku harus menjaga sopan santunku. Tak lama kemudian, pembantu Rafka membukakan pintu untukku. Dia tersenyum padaku, mungkin dia ingat padaku, tak seperti satpam tadi.

"Masuk, Non. Didalam juga ada temennya den Rafka, sudah sejak tadi." Aku mengerutkan dahi mendengar ucapan pembantu Rafka. Siapa ya, yang datang menjenguk Rafka? Aku jadi penasaran.

"Oh, gitu ya, Bi. Kalau boleh tau, teman yang jenguk Rafka sekarang, satu sekolah gak, Bi. Sama Rafka?"

"Entahlah, Non. Bibi juga gak tau, karena teman perempuan yang dibawa den Rafka ke rumah ini cuma, Non. Yang sekarang ini Bibi gak tau siapa."

Hah? Perempuan, jadi yang datang menjenguk Rafka saat ini seorang perempuan. Siapa ya? Aku takut, itu adalah pacar Rafka, bisa salah paham nantinya. Jika aku datang sekarang, atau aku kembali saja ya! Tapi, tanggung. Sudah sampai disini juga.

"Siapa katanya, Ra?" David membuka suara saat pembantu Rafka selesai menjelaskan seseorang yang juga menjenguk Rafka.

"Gak tau, tapi katanya cewek. Gimana nih? Mau pulang aja, atau gimana?"

"Ngapain pulang, kita kan temen Rafka juga. Apa salahnya jenguk bareng-bareng."

Ya, benar kata Adit tadi. Hanya saja, aku takut perempuan itu adalah pacar Rafka. Dan dia akan salah paham padaku.

"Iya, sih. Tapi aku takut saja, dia pacar Rafka. Nanti malah salah paham, kalau aku jenguk dia."

"Udah gak papa. Lagian kamu gak sendirian kan, sama kita-kita. Ngapain salah paham, bener gak, Vid?"

"Iya, bener. Lagi pula, kalau memang kamu gak punya hubungan sama Rafka, ngapain takut salah paham. Buktiin sama kita, kalau memang kalian itu, hanya sebatas teman." Adit mengangguk menyetujui ucapan David.

Aduh, aku malah terjebak dalam situasi yang membingungkan saat ini. David dan Adit juga memojokkanku lagi. Tapi, benar juga sih, kata mereka. Tak ada salahnya seorang teman menjenguk sesama temannya, tanpa harus takut salah paham segala.

"Ya sudah, Non. Jangan berdiri terus disini. Mending langsung masuk saja ke kamar den Rafka. Tujuan Non kan, mau jenguk den Rafka kesini."

Aku beranjak dari tempatku berdiri bersama yang lainya. Untuk menemui Rafka, yang kata Bibi tadi ada di kamarnya. Meski ragu, akupun memberanikan diri untuk tetap menjenguknya. Semoga siapapun itu, perempuan yang sedang menjenguk Rafka saat ini, dia bisa paham atas hubungan kami. Aku hanya takut saja.

"Cepet pergi gak! Gak ada yang ngundang kamu disini. Aku juga muak liat muka kamu, dan jangan pernah datang lagi kesini."

Suara Rafka menggema hingga luar ruangan, meski aku, David dan Adit masih berada ditangga. Sepertinya Rafka saat ini sedang marah. Tapi, marah pada siapa? Apakah pada perempuan yang Bibi bilang tadi? Aku jadi semakin penasaran dengan perempuan yang menjenguk Rafka saat ini. Hingga membuat Rafka begitu marah dan mengusirnya.

"Kamu kok gitu sih, Ka! Aku kesini mau jenguk kamu, sekaligus mau minta maaf atas semua kesalahan aku selama ini, karena udah buat kamu kecewa. Aku janji, gak akan mengulangi perbuatanku lagi, asalkan kita bisa kayak dulu lagi, Ka. Kamu maafin aku ya!"

"Mau kamu sampek bersujud pun, aku gak akan mau lagi balik sama kamu. Najis tau gak!"

Waduh, apa gak malu tuh cewek. Udah ngemis-ngemis minta balik, malah dikatain Najis sama Rafka. Kalau aku ada di posisi dia, aku gak mau lagi nampakin mukaku didepan Rafka.

"Aku tau saat ini kamu masih marah, tapi tolong, Ka. Kasih aku kesempatan untuk berubah, dan memperbaiki diri. Aku tuh khawatir tau, kemarin pas tau kalau kamu sakit dari Rama. Dia bilang kamu sakit, sampek gak bisa nyetir mobil sendiri. Jadi Rama yang ngantar kamu pulang deh."

"Jangan sok peduli kamu, gak akan ngaruh sama apapun."

Aku belum melangkah lagi sejak mendengar perdebatan Rafka dengan perempuan itu. Hingga David mengagetkanku dengan memegang bahuku dari belakang.

"Kok malah bengong sih, Ra. Ayok!" Ajak David padaku yang masih terpaku ditempat. Aku sampai lupa tujuanku kemari gara-gara terlalu asik mendengar percekcokan yang terjadi di kamar Rafka.

"Eh, iya. Ayok! Tapi, didalam..."

"Udah gak papa, lagian niat kita sama-sama jenguk Rafka kok. Bukan untuk ikut campur urusan mereka."

Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, Adit sudah memotongnya. Baiklah, lebih baik aku segera bergegas dan menemui Rafka. Dan juga, agar rasa penasaranku segera terjawab.

Tiba didepan pintu kamar Rafka yang sedikit terbuka, aku mulai ragu lagi untuk masuk. Aku takut kedatangan ku, David sama Adit malah semakin membuat suasana tampak tegang. David dan Adit tetap berada dibelakangku, menunggu langkahku untuk masuk ke kamar Rafka. Ku tepis semua praduga negatif dalam pikiranku, dan mulai masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.