James menggandeng tangan Clara dan mengajaknya ke dapur.
" ada apa dengan mu? ... sejak di kantor polisi bicara mu ngelantur. "
Clara bingung harus menjelaskan darimana, toh James tidak melihat apa yang ia lihat.
" Zark bukan manusia, matanya ... matanya berubah. aku melihatnya James. "
" bukan manusia?? ... kau pikir dia apa? ... " nada bicaranya meremehkan kebenaran ucapan Clara.
dan memang semua orang juga bisa saja tidak mempercayai Clara.
Bagaimana bisa seorang lelaki bahkan di mata James dia adalah bocah lemah tanpa kemampuan apa-apa bisa disebut bukan manusia.
Hanya karena perubahan mata yang bahkan James saja tidak melihat secara langsung.
" ku mohon percaya padaku. Dia bukan manusia... kau lupa bagaimana dia mencabik wajah orang itu?? ... bagaimana dia meremas tulang orang itu sampai terdengar retakannya. "
James tidak menyangkal omongan Clara yang ini karena dia memang melihat dan juga mendengar bagaimana bunyi tulang patah yang membuatnya berdebar ketakutan.
James menghela napas, setidaknya ia ingin memberi kesempatan kepada makhluk apa pun itu karena dia sedang kepayahan, dia membutuhkan bantuan.
" bukankah, kau yang membawanya kesini dan meminta ku mengobatinya. " James mengingatkan bagaimana Zark bisa berada dikediamannya.
" itu sebelum aku tahu kalau dia bukan manusia. " Clara histeris.
" apa bedanya dengan sekarang? ... dia sekarat! "
sebuah tamparan mendarat di pipi James.
" aku tidak mau dia membunuh kita ... aku tidak mau ... " mata Clara mulai berkaca-kaca.
" aku tidak mau kau terbunuh olehnya. " suaranya mulai parau.
" tidak apa ... toh aku hidup hanya sebatang kara. " sekali lagi tanparan mendarat di pipi yang sama dan Clara berlari tanpa menoleh kebelakang.
***
James meletakan semangkuk bubur bersanding dengan segelas air di meja kecil dekat ranjang.
" kalian berkelahi ?!... "
" tidak ! "
James menarik sebuah kursi agar lebih dekat ke meja.
" wajah James merah, Clara memukul James?! "
" kami biasa melakukannya, sebentar lagi dia akan membaik dan bermain lagi dengan mu. "
***
Clara tidak bisa menghentikan air matanya mengalir, setiap kali ia menghapus air mata maka air mata akan semakin deras men8galir.
dadanya menjadi nyeri setiap kali terlintas pikiran jika James akan terluka apalagi sampai mati.
Sarah dan Angelica yang jarang melihat Clara menangis sesedih itu menjadi penasaran dan mengejar saudara bungsu mereka.
" ada apa dengan mu? ... " Sarah menggenggam tangan Clara, sementara tangan Clara yang lainnya berusaha menghapus air mata yang belum habis juga.
" tidak ada ... " Clara masuk ke kamar bahkan dia menguncinya.
***
" aku tidak akan menyakiti mu James. "
" aku tahu. " James menyendok penuh bubur dan memberikannya kepada Zark.
" James... James ... " suara lantang seseorang dari luar rumahnya.
James sudah hapal siapa pemilik suara tersebut.
" habiskan makanannya, aku akan menemui seseorang. " James berjalan keluar menemui kakaknya Clara.
Sarah sang juara taekwondo yang hobby memukul seseorang yang mengganggu adik kesayangannya, tidak peduli siapa yang salah.
benar saja belum sempat James bicara, sebuah tinju menghajar wajah James di sisi yang sama.
hidung James berdarah, kepalanya mendadak pening.
Instingnya bilang ini akibat tenaga yang dikeluarkan Sandra sangat besar saat memukulnya.
" kau apakan adik ku? " ia bertanya dengan posisi tangan yang siap meninju.
" dia yang menamparku dua kali, kami tidak melakukan kekerasan apa pun. "
" omong kosong! adik ku menangis bahkan mengunci kamarnya. "
kali ini tendangan lutut menghantam ulu hatinya.
James muntah, sensasi mual dan nyeri menghantam lambung dan dadanya.
***
Zark yang ingin menjelaskan semuanya, malah melihat James di hajar habis-habisan dan tanpa perlawanan.
dia marah dan langsung menghambur keluar rumah.
Beruntung James masih sempat memegangi bagian belakang tshirt Zark, sehingga lelaki yang sangat marah itu hanya bisa menggeram sambil terus menggertakan giginya.
" jangan Zark ... hentikan, ku mohon. " James mulai kehabisan tenaga.
rasa pening, mual dan nyeri menjalari sekujur tubuhnya dan menjadi satu-kesatuan yang menyakitkan.
" Zark ...y "
***
Zark menoleh, dia dapati tubuh James ambruk.
" lemah ! kau ... kau temannya? ... ingatkan dia, dia hanya menumpang bisa saja kami mengusirnya jika dia banyak tingkah. " Sarah melempar wajah Zark dengan sarung tangan yang ternyata terciprat muntahan James.
Zark berjongkok, geraman dan kemarahannya sirna ketika tangannya menyentuh kulit James.
***
James membuka mata dan dia tidak banyak bicara.
hanya air matanya yang tiba-tiba mengalir.
Dia sudah terbiasa diperlakukan secara tidak adil seperti ini, tapi entah mengapa kali ini hatinya jauh lebih sakit.
Zark menghapus air mata James, " tidak apa-apa James? " kali ini terdengar lembut Zark berbicara.
" tidak apa-apa... " James berusaha tersenyum.
" berjanjilah padaku satu hal... " James tiba-tiba seakan tidak mau membuang waktu.
" mmmm .... janji seperti apa? "
" jangan berkèlahi untuk membelaku. "
Zark tentu saja menolak, bahkan dia juga menolak saat James berusaha menjelaskan maksud ucapannya.
" ku mohon .... kau akan lelah jika terus membelaku. aku cuma anak sebatang kara yang diangkat dalam keluarga kaya. Jangan persulit hidup mu. "
Zark menggeleng, lagi-lagi menggeleng. Tangan James yang menggenggamnya ia ciumi dan terdengar suara lirih bagai mantra azimat yang mengalun dari mulut Zark.
" tidak ... tidak .... aku mau menjaga mu James, aku akan selalu bersama mu dan melindungi mu ... " itu baru sepenggal kalimat yang terdengar oleh James.
Masih panjang kalimat yang ia ucapkan.
" kau akan mati jika terus membela ku... kau lihat bagaimana orang lain bersikap kepadaku kan? .... " James sampai sungkan, dia angkat tubuhnya sedikit dan ikut menggenggam tangan yang masih diciumi Zark.
" hentikan itu ... " Zark mengangkat wajahnya dan barulah James melihat kilatan berwarna kuning dari kedua mata Zark.
Sekali lagi matanya berkilat menyebar aura gelap dan anehnya James tidak merasa terganggu sama sekali.
" Zark adalah lelaki yang baik, tenanglah dan jadilah kuat. " genggaman tangan Zark terlepas dan James berujar sambil membelai kepala Zark.
" aku... akan menjaga mu James. "
James mengangguk kali ini, bahkan dia memberikan sebuah pelukan untuk Zark.
***
Clara baru keluar kamar setelah matahari mulai tenggelam, saat perutnya melantukan keroncong alarm dia sudah kelaparan.
" aku sudah membereskan orang yang membuat mu menangis. " Sarah tiba-tiba muncul membawa kabar yang mengejutkan.
" apa maksud mu kak? ... siapa yang kakak bereskan?... "
" James yang membuat mu menangis dan mengunci kamar kan? ... " Sarah tetap terdengar percaya diri.
" apa...?? ... kau!!! " Clara hampir meninju kakaknya itu tetapi berhasil dia urungkan.
tanpa banyak basa-basi Clara berlari keluar ingin memastikan.
dengan kasar Clara menghantam bahu Sarah dengan bahunya.
berlari dengan telanjang kaki, menerjang semak dan masuk kedalam rumah James dengan kasar.
Ia tengok kedalam kamar, lalu tanpa permisi ia melepas pelukan James dan Zark dengan kasar.
" kau tidak apa-apa?? ... wajah mu apa parah? " Clara berkali-kali meraba wajah James saml menceracau cemas.
" aku tidak apa-apa... bisakah kau bersikap sedikit sopan kepadaku? ... " James merasa sangat terganggu dengan kecemasan yang di tunjukan Clara.
Clara membeku, sebentar dia menyadari apa yang baru saja ia lakukan.
menerobos rumah seseorang tanpa permisi dan merusak beberapa properti juga.
***
Mata mereka saling bertemu dan Zark yang tersadar langsung menundukan wajah.
" ma... maafkan aku, kamu sungguh tidak apa-apa? " Clara tetap memastikan meski kali ini tanpa meraba.
" apa yang kakak lakukan padamu?... "
" tidak ada, pulanglah ... aku hanya butuh istirahat... "
" kalau kau mau, aku bisa disini mengobati mu. " Clara bersikeras.
James mencoba berdiri, Zark mengikuti dibelakang.
" ada apa? ... " Clara bingung dengan sikap James.
" akan aku tunjukan dimana pintunya. "
mendengar demikian Clara sangat tersinggung.
" kau marah? ... ini caramu mengusir ku? "
" tidak, lekaslah pulang sebelum ibu atau kakak mu marah. " James menggandeng Clara, tapi dengan kasar Clara menolak.
dia kembali menatap Zark yang mulai menyeringai.
lelaki itu tidak waras, pikirnya. berbalik dan kembali adalah pilihan yang tepat tetapi keadaan James yang membuatnya tertahan di satu titik.
***
Mereka hanya saling diam dan tatap saja dalam sekian menit.
" Clara ... " Zark memecah hening.
Clara sungguh tidak menginginkan penjelasan atau apa pun keluar dari mulut lelaki yang sekarang membuatnya takut.
Dia belum siap menerima konsekuensi apa pun dari kejadian hari ini.
James memegangi Zark dan menggeleng ketika Zark menatapnya, " biarkan Clara ... dia butuh berpikir. "
" tapi Clara membenci ku, aku tidak bermaksud menakutinya, waktu itu aku hanya ingin membelanya. " Zark masih terpaku dengan kejadian di pantai.
" aku tahu... "
Zark belum paham juga, " dia pasti membenci ku, Clara pasti tidak mau menemuiku. aku bersumpah ... "
ZARK ...
suara lantang dari James membuat Zark membeku.
James sendiri masih menggenggam tangan Zark bahkan semakin kuat, " aku mempercayai mu ... tidak cukup aku saja yang percaya padamu?? ... "
***