James yang melihat Zark tertidur dengan mudah agak terkejut, begitu mudahnya Clara menenangkan Zark yang kesakitan.
tapi ia diam dan tenang.
Clara kembali berhadapan dengan James, ia penasaran dengan rencana yang telah dibuat James setelah tahu sedikit latar mengenai Zark.
" lalu... apa yang akan kita lakukan selanjutnya. "
James melirik Zark yang baru saja tertidur, " kita bicara diluar. " James menjauh dari kamar disusul Clara.
***
James segera duduk di kursi taman dimana mereka mendapatkan nama untuk Zark, dan Clara baru saja akan duduk disampingnya.
" sebaiknya kau pulang, istirahat. " ucap James sambil menatap Clara.
Clara yang merasa ucapan James begitu tiba-tiba menjadi heran.
" hah?? ... bagaimana dengan Zark? "
James menarik napas, ia agak kesulitan karena mendadak dadanya menjadi sangat nyeri.
" hari ini aku sangat lelah, sekujur badan ku rasanya sakit semua. "
Clara menjadi tak enak hati, " wajah mu sakit sekali ya ... biar aku obati ya. "
James menolak dengan halus ia memegang tangan Clara yang akan memeriksa wajahnya, menjauhkan wajah dari jangkauan Clara.
" Zark juga tidak mungkin aku paksa dalam keadaan seperti itu, kembali lah besok atau lusa. Mungkin ... aku sudah memikirkan cara "
Kali ini Clara setuju saja tabpa bertanya atau berdebat, dia kembali ke rumah.
James kaget tidak menemukan Zark di ranjang, saat ia memutari seisi rumah pun kosong, suaranya hampir habis karena memanggilnya juga tidak ada jawaban.
Ia berlari kembali ke taman, memanggil namanya bahkan sesak tidak ia hiraukan.
kekhawatirannya jika Zark keluar dari pandangannya dan kembali membuat kegaduhan seperti di pantai, bukan hanya kantor polisi.
Ia bisa saja di kirim ke liang lahat.
" Zark .... Zark ... dimana??? ... " dia harus membungkuk menahan sakit di kedua betis dan telapak kaki.
Ia sudah memutari taman selama satu jam dan keluar berkeliling perumahan sebanyak dua putaran.
dan perumahan disekitar sini bukan daerah perumahan yang kecil.
Sangat luas dengan fasilitas umum yang nyaris lengkap.
lapangan bola, lapangan tennis yang di gabung dengan lapangan basket, arena taman bermain.
James menyerah, ia kembali ke rumah.
" Zark sialan, kalau ada masalah tidak akan aku bantu. " dia menggerutu dibawah pohon besar.
Dibagian pojok rumahnya yang menyendiri.
" James ... "
James hapal pemilik suara ini, pemilik suara yang sedang ia cari sejak tadi. Zark.
wajahnya menoleh ke kanan kiri tidak ada siapa pun.
" aku disini, kau sedang cari apa? ... "
James menengadahkan wajahnya dan nampaklah Zark sedang duduk sambil mengayunkan kedua kaki, disebuah rumah pohon. tepat diatas kepala James.
" apa kau tidak dengar sejak tadi aku memanggil mu ! dasar tuli ... " James benar-benar kesal.
" ayo naik James, angin disini sepoi-sepoi. aku tidur disini tadi. " Zark malah sumringah dan mengundang James datang.
" kau baru bangun? ... sakit kepala mu sudah sembuh? " James menyusul, menaiki anak tangga perlahan.
Mata Zark mengikuti gerakan James, dan dia hanya menjawab James dengan senyum lebar.
James langsung merebahkan punggungnya ke lantai kayu rumah pohon.
" kenapa tiba-tiba hilang, harusnya kau pamit padaku. "
Zark ikut berbaring, " aku tidak boleh pergi?... "
" jangan pergi kalau aku tidak izinkan. "
Zark menatap langit yang hari ini sedang cerah.
" baiklah. "
" James ... siapa nama anjing mu yang sudah mati? ... "
James menoleh bingung " memang aku sudah bercerita soal anjing ku mati? ... "
" aku lihat gambar anjing di box kecil itu, aku pikir dia anjing mu?... "
" mmm ... Dior! "
***
Dalam pekat gelapnya hutan, seseorang histeris karena kehilangan sesuatu yang amat berharga.
" Aaaahchhhh... " teriakan panjang terdengar memekakan gendang telinga.
" siapa yang dengan ceroboh membiarkan dia pergi??? ... " ia marah.
matanya menyorot kebencian, mengancam setiap individu yang kini membisu bagai batu.
Ia kibaskan jubah berbulu coklat gelap.
sorot kilat kuning berpendar ketika ia melihat secercah cahaya di ujung pandang.
geraman halus namun jelas tidak bisa disembunyikan, beberapa yang terkena kibasan jubah panjang nan berat itu tersungkur beberapa centi dari tempat semula.
" temukan dia ... aku ingin bulunya menjadi pakaian ku!! " perintah telah terdengar
dan semua wajib mematuhi, jikabterlihat satu atau bahkan niat saja untuk ingkar maka taruhannya adalah nyawa.
***
Di sudut tergelap hutan lain, seekor serigala terseok menghindari sesuatu.
tidak ada tangisan atau erangan apa pun meski salah satu kakinya telah koyak dan meninggalkan jejak darah disepanjang langkahnya.
seseorang menghentikan langkahnya. serigala itu menundukan telinga dan mulai mengaing halus.
Ia menarik kaki berlumuran darah itu tanpa ekspresi dan lolongan menyayat terdengar membahana.
membangunkan hutan yang sepi
***
James terjaga dari mimpi yang aneh, dia dapati tubuh Zark menggigil disampingnya.
" anak nakal ... " hanya gelengan pasrah yang bisa James berikan.
Demam Zark kambuh, dan karena itu dia terpaksa menggendong Zark dari rumah pohon ke dalam rumah.
usaha yang dikeluarkan sangat berat, dia sampai hampir terpeleset karena hilang keseimbangan.
***
Langit sudah mulai terlihat jingga James mendapati tubuh Zark menggigil dan ketika tangannya mwnyentuh dahi Zark, panasnya tinggi mungkin 39 derajat.
merasa kasihan James menggendong Zark di punggungnya, ia hiraukan sesak serta rasa berdenyut disekitaran punggung dada dan telapak kaki, habis berjalan seharian.
namun sudah berusaha keras, ia kehilangan kendali ketika pening luar biasa seperti menggantung di kepalanya.
Kakinya kehilangan pijakan dan keseimbangan pecah seketika.
***
Zark membuka matanya saat dia merasa guncangan aneh, dan secara spontan tangan yang tadi melingkar lemah di leher James, telah berpindah posisi.
tangan kanan kuat mencengkram salah satu anak tangga gantung dan tangan kirinya melingkar lebih kuat namun tetap berada pada jarak nyaman untuk James.
Setelah dia merasa James sudah berada di posisi aman, ia mengusak kepalanya di leher James dan perlahan melepas pegangan.
Ia terpejam kembali.
***
James menyadari kalau debaran jantungnya tidak normal akibat kejadian barusan.
setelah kakinya berhasil menyentuh tanah, dia ambil napas perlahan kemudian membenarkan posisi Zark di gendongannya dan melangkah masuk.
Dia baringkan Zark dengan sedikit kasar karena dia agak bingung cara halis menurunkan seseorang dari gendongan punggung dalam posisi tertidur begini.
" maafkan aku ... " setelah berbalik dia langsung meminta maaf.
Ia benarkan posisi tidur Zark dan menyelimutinya, matanya fokus dengan kuku Zark yang terlihat pucat.
***
" siapa? ... " rupanya Zark sudah berada dalam fase tidur lelap dan bermimpi.
Mimpi dimana dia bertemu kembali dengan lelaki berambut ikal sebahu, kali ini pakaiannya berbeda bukan lagi jubah putih, tetapi kali ini ia memakai pakaian casual.
Kemeja panjang sampai pinggul yang ia biarkan menutupi celana bahan hitam debgan rambut sebahu yang dibiarkan tergerai.
" kau sudah mengingatnya? ... " ia bertanya dengan lemah lembut.
Tanganya mengulur kepada Zark yang berbaring.
" siapa kamu??... "
Lagi-lagi lelaki itu hanya tersenyum dan berbalik untuk meninggalkan Zark.
" setidaknya beritahu aku siapa Billy, apakah dia sungguh kakak ku? ... hanya itu yang ku ingat. "
Ia tersenyum kali ini lebih lebar sampai matanya menyipit, " tentu saja bukan, kalian adalah dua hal yang berbeda hanya saja kalian dekat, jika kau mau menganggapnya keluarga, saudara? ... terserah padamu. "
***