Lelaki bermata biru, dengan rambut sebahu yang terurai membebat luka di kaki depan seekor serigala.
Serigala berwarna cokelat dengan mata kuning jernih, berukuran lebih besar dari serigala pada umumnya.
Saat lelaki itu berbalik untuk meletakan ramuan obat, serigala akan menjilat luka yang sudah terbungkus kain pembebat.
" jangan terus kau jilati atau luka mu tidak akan sembuh. " suara seorang ayah yang berwibawa dan anehnya serigala itu seperti mengerti dan berhenti menjilati kain.
Ia meringik kemudian merebahkan kepalanya.
Sambil meletakan wadah ramuan lelaki itu bicara, " kenapa kau bisa terluka? ... apakah dia melukai mu? ... "
Ia mengaing sendu, sesekali melolong.
" haha ... jadi kau kena jebakan?! ... "
Dia kembali berhadapan dengan serigala coklat itu membelainya sambil tersenyum.
" sebentar lagi adik mu akan menemui mu! bersikaplah kuat jika kau tidak mau diejek. "
suara lolongan panjang membahana disekitar gua.
Telinga Zark berkedut, dia mempercepat larinya menerobos beberapa semak belukar dengan tangan kosong.
melewati beberapa binatang kecil yang lari tunggang langgang saat dia menjejakkan kaki.
" Auuuuuuuuufffff... " ia membalas lolongan, masih sambil berlari tanpa goyah atau suara pecah tetap stabil.
Dihadapannya terbentang sungai dengan aliran yang lumayan deras, tanpa ragu dia menceburkan diri dan berenang.
Lelaki itu mulai menyalakan api unggun.
duduk bersebelahan dengan serigala yang dia beri nama Billy, sejak tadi tangannya terus membelai kepala Billy.
" kau tahu alasan apa yang membuat dia menangkap mu? ... " tangannya merengkuh leher Billy.
***
" Fuah .... disini lebih dingin daripada air laut di kota. " setelah air dari tubuh dan pakaiannya di rasa cukup kering ia kembali melintasi hutan, bertelanjang kaki menikmati sensasi tanah dalam hutan.
yang kadang berbatu atau malah rapuh karena ternyata hanya tanah gambus.
" Aauuufff... " sekali lagi ia melolong.
memastikan dimana titik keberadaan kakaknya Billy.
Billy mengangkat kepalanya melolong lebih keras kemudian bangkit dan berdiri di mulut gua, ' ayah ' mereka menyusul berdiri disamping Billy.
" sepertinya dia sudah ingat. " ia tersenyum.
***
James membukakan pintu, mempersilahkan Clara keluar dari mobil.
" kau akan tetap menginap di rumah tuan Hoppkins itu? ... " Clara memastikan sekali lagi.
James mengangguk, " iya ... jika kau memang sangat membutuhkan ku, kau bisa menghubungi ku lewat ponsel. "
" baiklah, tapi saat ini tunggulah disini sampai aku kembali. " Clara tidak bisa memberitahukan alasan sebenarnya jika ia pasti rindu jika James tidak berada di kediamannya.
" baik. " sahut James dengan wajah datar.
Clara mulai berjalan meninggalkan James, tetapi tiba-tiba di langkah ke sepuluh ia berbalik dan kembali bertanya.
" apakah Zark lebih berharga dari apa pun? "
" iya. " James menjawabnya cepat bahkan tanpa keraguan dan Clara merasakan itu.
" bagaimana dengan aku? ... "
" kau juga berharga... kalian adalah hal yang berharga untuk ku. "
Clara kemudian pergi.
***
Mereka sudah saling bertatap muka, Zark perlahan ke mulut gua.
Dan ketika dia hampir sangat dekat lelaki itu merentangkan tangan seperti ingin memeluk.
" kau sudah ingat? ... " tanya lelaki itu kepada Zark yang sekarang berada dalam pelukannya.
Dan terasa jika Zark memberikan gelengan.
" ayah? ... " ia meragukan ucapannya.
" panggil saja sesukamu. " pria itu sedikit berdehem menahan tawa.
" mengapa kau sering muncul di mimpiku? ... "
" benarkah?? ... mungkin karena kita terikat. " Ia berjalan memasuki gua duduk didepan perapian, dan Billy mengikutinya.
Zark pe4lahan melangkah, ia sempat berdiri cukup lama dibelakang pria itu.
" duduklah, hangatkan dirimu setidaknya biarkan bajumu kering. kau masih bqnyak pertanyaan kan?... kemarilah!" ia menoleh.
Zark pelan menghampiri, " tanya apa pun yang kau mau... kita masih punya banyak waktu. " lanjut pria itu.
***
Hari semakin gelap, James belum juga melihat kedatangan Clara, padahal dia sudah mwngkhawatirkan Zark yang berada di kediaman tuan Hoppkins.
tiga puluh menit kemudian Clara datang, tanpa banyak bicara James membukakan pintu dan setelah Clara masuk ia bergegas melajukan mobil pulang.
" kau sangat ingin bertemu dengan Zark? ... "
" aku khawatir, dia sedang demam dan dia mudah sekali merengek kalau sakit. "
" terserahlah. "
***
Zark berdiri, seketika pembicaraan mereka terheti ketika telinganya menangkap suara lolongan Aurora.
" pulanglah ... " pria itu ikut bangkit.
ia menoleh kepada lelaki yang tampak awet muda meski dia mau saja di panggil ayah oleh Zark.
" apa aku siluman? ... "
" siluman apa? ... " dahinya berkerut.
" entahlah, serigala mungkin. "
pria itu tersenyum, membelai bahu Zark dan menyentuhnya tegas sesaat.
" pulanglah sebelum anak muda itu heboh, nanti kau akan menemukan jawabannya. "
Zark menurut ia berjalan kearah kediaman tuan Hoppkins ditemani suara lolongan Aurora dari indera pendengarnya.
***
James menemui tuan Hoppkins yang sedang duduk di kursi malasnya di teras.
yang pertama ia tanyakan tentu saja keberadaan Zark.
" pak Hoppkins, dimana Zark?... "
" dia bersama Aurora, kau mendengarnya kan? " tuan Hoppkins mendengar Aurora menyalak berulang kali.
" akan aku periksa. "
" kenapa kau sangat posesif ? ... Aurora akan menjaganya. "
Zark berlari dari balik semak menemui Aurora.
" dia sudah kembali? ... " Aurora antusias dengan pertanyaan Zark, ia berlarian mengelilingi Zark, melompat penuh antusias.
" ayo pulang .... " Zark menggendong Siberian Husky seperti mengangkat anak kucing.
Dia berlari pulang.
" kenapa basah-basahan? ... tidak hujan hari ini. " James marah alang kepalang, ia ingat kalau Zark demam tapi malah pulang basah kuyub.
Zark tersenyum dengan deretan giginya.
" coba lihat apa di lemari ada pakaian yang cocok untuk mu, jangan lama-lama bsah seperti itu nanti sakit. " tuan Hoppkins mengingatkan, segera ia menunjuk jalan mwnuju kamarnya saat Zark bergegas ke dalam.
" ayo kau juga masuk jangan tegang begitu. " tuan Hoppkins menegur James yang masih memasang wajah tegang.
***
Pria itu menepati janji, ia datang menjelaskan segalanya kepada Zark malam itu.
Kali ini yang Zark lihat si pria tidak berpenampilan serba putih lagi, tetapi dia mengenakan pakaian yang sama seperti saat mereka bertemu tadi siang.
" kau masih mempertanyakan siapa dirimu?... " ia ikut duduk disamping Zark diterangi rembulan purnama.
" kau itu manusia, sama seperti ibu mu. "
Zark langsung menoleh kepada pria itu, wajahnya sangat jelas menampakan kebingungan.
" ibuku? ... lalu bagaimana dengan ayahku? ... "
" kau ayah ku? "
Pria itu tersenyum, " tidak ... aku bukan ayah mu. " gelengan samar menyertai.
Zark membeku, aura dingin tiba-tiba menyergap tubuhnya.
" dengarkan, akan aku jelaskan semuanya perlahan agar kau mengerti. "
***
James terjaga di tengah malam, dia panik tidak menemukan Zark disampingnya.
Tanpa pikir panjang ia keluar kamar, berjalan menyusuri ruangan dan berdiri cukup lama didepan pintu yang ternyata sudah sedikit terbuka.
Dua sosok membelakanginya, salah satunya adalah Zark dan yang lain dia tidak kenal tetapi ada cahaya yang terlihat berpendar dari tubuh pria itu.
Dia melangkah perlahan hendak menghampiri, tetapi di jarak tertentu tiba-tiba kakinya tidak bisa bergerak, ia sempat melihat jika pria itu menoleh kepadanya dan tersenyum.
***