" anak sialan. " itu adalah kata terakhir yang aku ingat sebelum aku menceburkan diri ke laut.
Sejak awal melaut aku memang sudah mewanti-wanti dengan Zark si pembuat onar setiap kali kami berada jauh dari rumah.
apalagi ini pantai, aku masih sedikit sangsi dengan keadaan Zark, tapi sepertinya dia tidak mengalami trauma malah asyik kesana-kemari dan menggoda tuan Hoppkins dengan memanggilnya kakek.
Dia pasti sangat senang saat di panggil kakek tadi, aku lirik wajah tuan Hoppkins jadi merah dan terus tersenyum.
Zark masih terdengar mendendangkan senandung lagu dari mulutnya, berceloteh sendirian mengomentari apa pun yang ia lihat.
entah burung camar, terik matahari sampai gulungan ombak pun ia sapa.
Dari ujung mataku, aku bisa melihat ia mulai melepas sepatu bootsnya oleh karena itu aku menegurnya agar kembali memakai sepatunya.
suara derap kaki saat ia berlari pun aku dengar, sampai akhirnya suara riak air seperti benda yang di lempar ke air membuyarkan konsentrasi.
Ku sudahi pekerjaan yang belum selesai dan secara otomatis kepalaku mengarah ke air, ada bekas-bekas riak disana.
Entahlah, apa yang aku pikirkan saat itu.
Aku hanya melompat dan masih sempat melihat ke kedalaman air, hanya bias biru saja sampai akhirnya berubah hitam.
***
Ikut dengan James sebenarnya sangat menyenangkan, aku bertemu dengan tuan Hoppkins yang baik dan sangat ramah, aku senang memanggilnya kakek karena wajahnya langsung berubah merah dan tersenyum lebar sekali.
Ngomong-ngomong aku belum pernah melihat James tersenyum lebar seperti tuan Hoppkins.
kira-kira bagaimana ya jika James tersenyum lebar apakah akan semakin tampan atau malah jadi aneh?
intinya hari ini aku senang berada dekat James di tempat baru, mengenal orang baik yang lain.
Tetapi, aku sangat bosan setelah melempar jala tidak ada lagi hal yang bisa aku lakukan.
kata James aku hanya tinggal menunggu, tetapi diam sambil duduk saja rasanya aneh.
Aku mau bergerak kalau perlu aku mau berlari dan melompat.
Aku melambai dan menyapa 'kakek' pada tuan Hoppkins.
beberapa kali berkeliling, iseng melepas sepatu dan aku mau melompat.
Iya melompat kedalam air.
Yang pertama aku rasakan saat melompat tentu saja sensasi terkejut, tetapi setelah melihat kedalam air, keterkejutan itu berubah menjadi takjub.
sebelumnya akan aku beritahu jika aku bisa menyelam, keahlian yang ku pelajari saat bersama Billy.
Dan menyelam itu sangat membantu ku dalam mencari ikan untuk makanan ku dan Billy serta kawanan kami waktu itu dan Billy sering mengajak ku berenang di aliran sungai yang tidak terlalu deras.
katanya disana banyak makanan dan memang iya disana banyak makanan.
Mendapatkan kesempatan berenang, aku langsung menyelam dan mencari area yang mungkin banyak ikan atau makanan lainnya.
tetapi belum ada tiga menit aku berenang lalu menyelam terdengar suara tuan Hoppkins.
" bocah gila... kau lupa tidak bisa berenang? "
tidak bisa berenang? ... aku bisa berenang.
Dan intuisi ku tidak salah, setelah ku ikuti arah suara tuan Hoppkins, aku melihat sesuatu yang jatuh semakin kebawah dan semakin di dekati, aku malah menjadi panik, karena itu adalah James.
" dasar gila... " suara hatiku sampai jelas ku dengar saat itu, sambil terus mengayuh kaki dan tangan agar gerakan ku semakin cepat menuju James.
Pertama yang ku lakukan adalah memegang dagunya agar aku puas melihat wajah serta memastikan apakah dia sadar atau malah sudah tidak sadar sejak tubuhnya terkena air.
Dan dengan sedikit usaha aku berhasil membawa James keluar.
Yang ku rasakan saat tubuh kami ke permukaan adalah rasa sakit kepala yang luar biasa, mataku hampir gelap jika saja aku tidak menggelengkan kepala untuk memperoleh kesadaran.
Sebuah pelampung terlempar kearahku, jatuh sekitar setengah meter dari kami, sambil terus berenang membawa James, aku mendekati pelampung itu.
merebahkan James, lebih tepatnya menelungkupkan dia.
Semetara itu tuan Hoppkins menarik tali yang mengikat pelampung, membawa kami kembali ke kapal.
James sudah terlihat pucat, saat kembali ke kapal tubuh ku sempat lemas dan aku sengaja berbaring beberapa detik, menghilangkan lelah, menghilangkan pusing, mengambil napas.
Dan tersadar jika James harus diselamatkan pada tahap selanjutnya.
BAMM...
Kepala ku terasa di hantam besi, telingaku berdenging sampai terasa tuli, namun demikian sayup aku mendengar.
beri dia napas buatan, pompa air yang terminum olehnya.
Saat mataku terpejam potongan-potongan seperti roll film terlihat jelas, apa dan bagaimana yang harus ku lakukan pada James.
***
Clara sudah siap menunggu sarapan bersama, dia akan masuk kuliah pagi.
sebenarnya dia agak kecewa karena saat ia melongok ke kediaman James, kedua orang itu tidak ada disana. ia kira salah satu diantaranya minimal Zark ada di rumah dan bisa mengobrol sebentar di rumah.
***
" James?? .... James bodoh, dasar gila ... pria payah. " hampir semua umpatan aku lontarkan pada James.
setiap aku memompa dadanya tanpa sadar mulut ku mengumpat, ada sedikit kesal disana.
dia tidak juga bangun, bahkan setelah lima menit ku pompa dan ku berikan napas buatan seperti arahan seseorang di kepala ku.
nekat, ku miringkan badannya, sebelumnya ku sobek asal kaos yang ia pakai, mungkin ia susah bernapas karena terhimpit pakaian yang basah, itu pikiranku.
" James... cepat bangun!!! " rasanya ingin ku koyak dia, jadi kalau pun dia mati di mataku dia jelaa mati karena terluka, bukan mati yang begini.
Sekali lagi ku tarik napas, dan memberikannya kehidupan.
" uhuk... " malah aku yang terbatuk-batuk, saat konsentrasi pecah dan terlalu berambisi.
" kamu tidak apa? ... aku sudah panggilkan dokter. beberapa saat lagi mereka pasti datang. " aku paham maksud baik tuan Hoppkins.
Tapi sekarang pikiranku entah kemana.
" kau mati James? .... sungguhan? " ku pegangi tangannya, hari ini serasa berhenti.
mataku terasa panas.
Aku mau James bangun.
***
Zark yang sudah mulai putus asa masih mencoba di usaha terakhirnya, satu tarikan napas ia berikan kepada James dan seperti keajaiban James batuk dan mulai membuka mata.
Pertama kali membuka mata yang menyambutnya adalah tatapan dari bermata kuning, dengan kilatan yang redup.
Zark memiringkan tubuh James sehingga ia bisa memuntahkan sisa air.
keadaan beberapa detik hanya diam, memberikan waktu pada James untuk kembali bernapas dan Zark mengatur napasnya yang sudah separuh ia berikan.
James duduk dan melihat kearah tuan Hoppkins lalu kepada Zark.
" aku yang tenggelam kenapa kau yang pucat? ... " maksud hati James ingin mencairkan suasana malah disambut tatapan amarah, sorot mata berwarna kuning milik Zark kembali.
" kau merobek pakaian ku? ... "
Zark menggeram, bahkan kali ini saat ia menggertakan giginya muncul dua taring disana.
tidak ingin penampilan Zark yang seperti itu terlihat orang lain, James langsung memeluk Zark.
" maafkan aku... aku lupa kalau tidak bisa berenang. jangan marah... yang penting aku hidupkan? "
Zark menggeliat, bahkan ia yang biasa menyukai James bisa begitu marah.
" jangan Zark, adik ku tidak akan mudah marah... maafkan aku. " James kali ini merekatkan pelukannya, berbisik lembut kepada Zark.
***
" sebaiknya kita pulang saja, keadaan kalian basah kuyub... cepat ganti baju dan hangatkan diri, atau kau mau ke rumah sakit saja Janes? ... ambulance akan menjemput mu. "
James melihat tuan Hoppkins tanpa melepas peluknya dari Zark.
" adik mu juga sudah menggigil. " tuan Hoppkins mengingatkan.
" aku pulang saja pak, Zark sepertinya demam... "
" baiklah, kalian harus istirahat setelah sampai rumah. "
" aku tidak mau pulang. " Zark menatap tuan Hoppkins dengan tatapan sendu, dia sudah kembali seperti semula.
" jangan bercanda, kau mau disini dan demam mu makin parah? ... "
" aku boleh ke rumah kakek Hoppkins?... "
" tentu saja. " tuan Hoppkins tidak keberatan sama sekali.
sementara James jengah, entah kekacauan apalagi yang akan diperbuat di tempat baru dan itu kediaman tuan Hoppkins.
***