Clara sibuk bermain bersama Zark di tepi pantai, sebentar berlari-lari, sebentar membuat istana pasir, sebentar mereka tampak tertawa karena hal sepele.
James berdecak bosan, " memang seharusnya aku di rumah. " ia menggerutu.
mata James melihat Clara berlari kearah pantai sambil menggandeng Zark.
***
suara tawa nyaring penuh kebahagiaan terdengar di telinga Zark, saat itu dia hanya diam memperhatikan keduanya bersenang-senang.
Clara menunjuk kesebuah tempat dan itu nyaris ketengah pantai, James sudah hapal jika Clara akan mengajak Zark menggali pasir mencari kerang atau mungkin kepiting.
Seperti kebiasaannya jika ke pantai.
Clara dan Zark yang bergandengan terus berlari tanpa menyadari jika ombak besar hampir dua meter bergulung kearah mereka.
tunggu ... dua meter? ... itu pasti tsunami.
dan memang itu hanyalah mimpi James di siang bolong.
***
keringat dingin sudah membanjiri setengah tubuhnya, dia bahkan seperti orang kehabisan napas saat bangun dan tersadar kalau tadi hanya mimpi.
" James ... !!! " Clara berlari kearahnya dengan wajah panik.
" Zark, berkelahi ... cepat tolong dia ! " Clara yang panik menunjuk-nunjuk tempat dimana Zark yang katanya berkelahi.
tanpa banyak bicara James bangkit dan berlari mencari keramaian dengan satu pemikiran, dalam keramaian mungkin disitu Zark berkelahi.
James menyibak kerumunan dengan kedua tangan dan tubuhnya.
disana, ditengah kerumunan tepat didepan kedua matanya Zark berkelahi.
gaya berkelahi yang sedikit aneh, bukan karena Zark kalah dikeroyok. tetapi, Zark menggelantung di tubuh salah satu lelaki, mmm mungkin mendekap dengan kedua kaki mengunci tubuh lelaki itu dan tangan yang mencengkram bahunya sampai berdarah.
Gigi Zark mencabik separuh wajah lelaki itu.
Clara yang tergopoh-gopoh menyusul, seketika histeris.
***
" dia orang yang melindungi lelaki itu, hajar saja dia ... lempari batu, bunuh saja. "
suara memprovokasi sudah saling bersahut-sahutan.
Zark yang dipegangi James memberontak hebat, ingatannya di pasar beberapa hari yang lalu mengganggunya.
" kalian gila?? ... obati dulu luka teman kalian. " James mencoba mengalihkan perhatian.
Sayangnya dia gagal, memang salah satu yang terluka parah sudah dievakuasi tetapi sisa yang lain malah memukuli James dan Zark, orang-orang pun hanya mwnjadi penonton sementara Clara sudah terduduk dengan wajah ketakutan karena ngeri melihat darah dimana-mana.
keributan baru berakhir 30 menit sesudahnya, setelah salah satu pengunjung pantai berinisiatif melapor pada penjaga pantai dan penjaga pantailah yang menghubungi polisi setempat.
beberapa pemuda yang terlibat keributan diamankan dan diinterogasi termasuk James dan Zark.
Clara memaksa ikut dan mengaku menjadi saksi yang terlibat.
***
Mata Clara tidak bisa berhenti menatap wajah Zark.
Saat dalam mobil polisi menuju markas polisi bahkan dalam ruang interogasi sekali pun matanya tak luput memandang Zark.
Sebenarnya Clara sangat ketakutan, bahkan tubuhnya gemetar.
Tetapi sorot mata Zark, seperti menghipnotisnya untuk terus menatap kepadanya.
Mata yang berkilau kekuningan seperti Citrin, dengan kornea hitam kecoklatan yang tampak indah.
Clara mencoba mengalihkan perhatian kepada James yang masih memegangi Zark.
tetapi kembali indera penglihatannya hanya menginginkan Zark.
bekas darah yang mengering hampir diseluruh permukaan wajah terutama bagian mulut dengan tatapan tajam yang berasal dari mata berwarna kuning, mengingatkan Clara dengan seauatu yang familiar.
tetapi, dia lupa apa itu.
" aku haus James... " akhirnya setelah sepanjang perjalanan hanya menggeram, itu adalah kalimat panjang pertama yang diucapkan Zark.
James menatap Zark yang mulai pucat, merasa tidak tega.
" pak kami haus boleh kami minta air. "
" kalau dia mau minum, kami juga butuh air... bapak tidak tahu bagaimana dia menyiksa kami sampai kami kehilangan banyak cairan. kami juga butuh asupan cairan. " salah satu lelaki yang paling kurus menimpali, dengan penuh semangat dia berteriak bahkan sampai menggebrak meja.
Suasana pun kembali ricuh.
" James ... aku haus! " lama-kelamaan suara Zark semakin hilang.
James jadi hilang akal, dia berdiri dan membawa Zark pergi ke kamar mandi.
mereka akhirnya sampai setelah bertanya dimana kamar mandi kepada polisi yang mereka temui, dari ruang satu ke ruang yang lainnya.
James buru-buru menyalakan keran, membasuh wajah Zark yang diselimuti darah dan meminta Zark meminum air dari tangannya.
Zark menolak, tubuhnya semakin lemah bahkan napas terengahnya semakin jelas dipendengaran James.
dan hal itu sungguh membuatnya ngeri, karena mengingatkannya kepada anjing kecil peliharaannya tiga tahun lalu yang akhirnya harus mati karena overheat.
" Zark .... kau tidak matikan? ... hei bocah. "
***
Beberapa polisi yang mengikuti mereka terpaksa mendobrak pintu kamar mandi, karena merasa curiga dengan kegaduhan yang terjadi.
James tidak berusaha membela diri, tetapi dia memelas kepada polisi agar menolong Zark.
" tolong pak, dia seperti mau mati. tolong dia pak. " tidak bisa mengendalikan amarahnya, sehingga tubuh James mengartikannya menjadi gemetaran hebat.
Clara hampir melompat dari kursi saat melihat tubuh Zark di gotong beberapa anggota polisi dan James dibelakangnya, dengan pengawalan polisi dan kedua tangan yang terborgol.
" kau menyadari sesuatu? ... " Clara berlari kepada James dan membisikan kata.
James menatap Clara dengan tatapan tidak mengerti.
" kau tidak melihatnya? .... matanya berubah warna. kuning .... seperti mata kucing atau .... binatang sejenisnya. " Clara memelankan bicaranya.
namun sangat nyata bahwa dia sangat yakin dengan pembicaraannya.
" apa maksud mu? ... sebaiknya setelah ini berakhir kau pulang dan istirahat. kau pasti demam. " James meninggalkan Clara.
dan sekarang gadis ini paham bahwa yang melihat mata Zark berubah warna hanya dia seorang.
Siapa sebenarnya Zark, lelaki yang muncul tiba-tiba itu seringkali melakukan hal yang sulit diterima logika.
apakah dia penyihir?... atau siluman yang sedang berwujud manusia.
tetapi, mengapa dia tampak lemah seperti ini.
***
James dan Clara menunggui Zark, mereka diperbolehkan pulang cepat oleh polisi karena melihat kondisi Zark yang menyedihkan.
Mata Zark terbuka dan lagi-lagi Clara melihat bahwa warna matanya memang kuning, bahkan kali ini berkilatan.
" aku haus James. " ia lirih.
James cekatan mendudukan Zark dan memberikan segelas air.
Sesudahnya mereka bertiga hanya diam mencipta hening dan rasa canggung.
" akan aku ambilkan makanan untuk mu. " James mulai berdiri, dia pun tidak nyaman dengan suasana hening begini.
" James sudah makan? ... "
" kami berdua sudah makan, tinggal kau Zark. bersabarlah. akan segera aku ambilkan untuk mu. " James meninggalkan mereka berdua dengan rasa canggung yang kental.
***
Clara sudah tidak bisa menahan diri, " aku akan bantu James. " kursi yang ia duduki hampir saja terjungkal kebelakang saat Clara mencoba berdiri.
lalu secara lembut Zark menggenggam salah satu tangan Clara.
Terlalu jelas gemetar yang Zark rasakan dari tubuh Clara.
" apa kau takut Clara?... " ia masih berbicara dengan suara yang lemah.
Clara membeku dan hawa dingin itu cepat menjalar kesekujur tubuh termasuk tangan yang sedang di genggam Zark.
" aku tidak bermaksud membuat mu takut, apalagi menyakiti mu. "
Zark teringat bagaimana Clara gemetaran hebat saat melihat dirinya menggigit salah satu pemuda di pantai.
Clara menggeleng, dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Zark.
" tolong percaya padaku! " Zark yang sadar keinginan Clara melepaskan diri, membuat Zark semakin kuat menggenggam Clara dan dengan nada memohon ia memastikan jika Clara percaya padanya.
Clara lekas menarik tangannya dan berlari menuju pintu dan saat pintu terbuka, disana James masih berdiri sambil menatapnya.
***