James bersungut-sungut, sambil sesekali ia berjingkat menahan panas aspal yang menyentuh kakinya.
Pantofel kesayangannya hadiah pemberian nona Dominiqie telah berpindah kepemilikan.
" jangan cengeng... "
" kau mau coba jalan di aspal panas?... " James ketus.
Clara mendengus, indera penciumannya sudah mulai terbiasa dengan bebauan pemuda yang dia gandeng.
Aroma busuk, bercampur anyir darah dari luka-luka menganga yang diperoleh dari warga beberapa jam lalu.
Beberapa saat kemudian James hampir saja menabrak punggung kurus pemuda di depannya, yang tiba-tiba berhenti disebuah butik
James melongok dan melihat Clara sedang memperhatikan plang nama butik.
" kau ... " belim selesai James bicara, Clara sudah melesat masuk dan tentu saja bersama penuda tersebut.
Namun, baru dua menit mereka masuk, seorang security agak tambun dengan perut buncit dan kepala sedikit plontos mendorong keluar tubuh Clara dan pemuda tersebut.
Clara terjerembab diantara anak tangga batu di depan toko dan keseleo, sepatu high heels putihnya patah.
Sementara James terkekeh menyambut mereka.
" kau pikir, orang-orang akan menerima dia? " James menunjuk wajah kumal pemuda tersebut.
Clara agak miris, saat dia menatap untuk yang kesekian kali pemuda itu, bahkan para lalat sudah berdatangan mengerubungi luka yang darahnya mulai kering.
" lalu ... apakah aku harus menendangnya. " Clara sudah sangat kesal, belum lagi ngilu di pergelangan kakinya semakin terasa karena ia terus berdiri.
" setidaknya dia harus mandi ... " saran James.
Teringat dengan pom bensin yang ia lewati tadi, akhirnya dengan terpincang Clara menggandeng lelaki itu. Rencananya ia akan menumpang memakai toilet disana.
" hei ... kau yakin bisa berjalan sampai sana? "
Clara hanya melihat sebentar dan kembali berjalan.
" naiklah ... kaki mu mulai bengkak. Akan aku antar kalian sampai pom bensin. " James menawarkan tumpangan.
Clara tidak menggubris, sehingga terpaksa james memakai cara keras untuk membujuk Clara.
" ku bilang naik ! " bagaimana caranya James berhasil membuat Clara berada di punggungnya.
" berikan sepatu mu. "
James menatap lelaki itu, " hei ... kau mengerti bahasa manusia kan? ... pegang ujung jas ku dan jangan kau lepas ya. "
***
Nona Dominique gusar matahari sudah tinggi tetapi anaknya beserta James belum pulang.
Beberapa kali dia menghubungi Janes pun selalu operator yang mengatakan sedang tidak aktif.
Menghubungi anaknya?
Itu adalah hal yang sangat mustahil karena ponselnya sengaja ia tinggal di kamar.
Rasanya kepala nyonya Dominique mau pecah jika berhubungan dengan anak bungsunya Clara.
Ketiga kakaknya sangat jauh berbeda.
Dior kakak tertua penuh disiplin dan tenang lalu penurut, Angelica anak keduanya pendiam, anggun dan cerdas, lalu Sisca ya mereka memiliki kesamaan sedikit hanya sebatas menggemari bela diri, selebihnya Sisca sangat bisa menempatkan diri.
Dia tahu kapan akan menjadi wanita anggun dan kapan dia mengeluarkan sisi maskulinnya.
Atau jangan-jangan ini semua akibat Robert sang suami yang terlalu memanjakannya.
Ah, kepala nyonya Dominique berdenyut lagi.
Dan dia harus mengecek makan siang, perjamuan para orang penting sebentar lagi akan dimulai.
Pertemuan sekaligus perjodohan anak keduanya dengan salah satu anak lelaki pejabat tamu undangan.
***
" kamu tidak lelah? ... "
" aku sangat lelah, punggung ku rasanya terbakar. " James menjawab dengan suara napas yang beradu.
" maafkan aku ... " Clara yang tidak enak hati menjadi lunak.
" tidak masalah, aku diminta ibu mu menjadi pengawal nona muda. "
" bukankah kau yang menginginkannya, mungkin jika kau meminta ibu menikahiku... keinginan mu akan terkabul. "
James tersenyum, dia menoleh memastikan keadaan pemuda.
" kau lelah??... "
Pemuda itu diam saja hanya memandang James.
" apa kamu capek? ... " James menghentak kakinya pelan dan pemuda itu mengangguk.
" sebentar lagi sampai. "
***
James membawa pemuda itu ke toilet dan menyalakan keran di wastafel.
Melihat air mengalir pemuda itu sangat antusias, tangannya menengadah menampung air dan setelah penuh ia meminumnya.
" kau haus hah? ... " James terkekeh.
" sudah ... ikut aku. " James menariknya ke kubikal dan mulai menyiramnya dengan shower yang ada disana.
Shower yang bersebelahan dengan closet.
Tubuh pemuda yang penuh luka itu tidak menerima disiram dadakan dan serangan langsung mengenai pipi sebelah kiri James.
" shit ... " James mengumpat, tangan kirinya memegangi pipi yang luka.
Spontan mata James melihat kuku pemuda itu.
Kotor, panjang yang tidak simetris tampak seperti bukan kuku manusia, tapi tidak kuku binatang buas juga.
Hanya kuku rusak yang tajam karena tak terurus.
Dia menghela napas, sepertinya kesabarannya harus lebih besar, bahkan lebih dari saat ia berhadapan dengan nona mudanya yang manja.
Pemuda itu mendesis kemudian menggeram.
" apa kau ini? ... anak anjing? ... " James siap-siap berperang.
***
Clara senyam-senyum mengingat bagaimana James membantu mengobati keselonya.
Rasanya seperti tuan puteri saat James menyentuh kakinya.
" jangan terus memukul ku... itu sakit. " James mulai geram hampir ia habis kesabaran karena Clara histeris dan terus saja memukul kepala, pundak atau apa saja yang bisa di raih saat James berusaha mengoleskan salep di kakinya yang terkilir.
" tapi itu sakit James !!! " nada bicaranya merengek.
" tapi aku juga sakit kalau kau terus memukuli ku. " James melotot.
Melihat keringat sebesar biji jagung terus mengalir di dahi James, Clara jadi tak tega dan mulai tenang saat diobati.
Sementara itu pertarungan antara James dan pemuda anjing itu terus berlanjut, bagaimana James tidak beranggapan dia anjing.
Semenjak tadi lelaki kurus itu terus saja berusaha lari dan yang paling brutal adalah dia terus saja menggigit bagian tubuh James setiap kali James berhasil memegangnya.
Tidak mau James kehabisan darah hanya karena memandikan manusia setengah anjing ini, sebuah bogem mengenai pipi lelaki itu.
Toilet hening beberapa saat, James diam untuk mengambil napas sementara lelakinitu diam karena merasa sensasi terbakar di pipinya.
" sebaiknya kita selesaikan lebih cepat. " ujar James saat sudah mampu mengendalikan emosi.
***
Satu jam berlalu, Clara tergesa berdiri ketika melihat lelaki itu berasama James.
Ternyata setelah dimandikan dan diberi pakaian lelaki itu mengalami perubahan yang lumayan banyak.
Kecuali rambut coklat panjangnya yang gimbal dan kelihatannya mengeras.
" kenapa ada luka ? " Clara melihat kening James mengalami luka sobek cukup besar.
" itu karena manusia setengah anjing yang kau suruh mandi membenci air. " James duduk diantara belanjaan disebelah Clara tadi duduk.
" kenapa kau melukainya, mandi kan baik ... coba lihat, sekarang kau tampak tampan. "
James mendengus dengan cengiran mengerikan.
" kukunya buruk sekali, aku harus ke rumah sakit untuk cek tetanus. "
" mmm ... " Clara manggut-manggut sambil memperhatikan dengan detail lelaki itu.
" ayo kita ke salon. " ide itu muncul begitu saja.
James lemas sementara pemuda itu melongo bingung.
***
Angelica sejak tadi tersenyum, mematut dirinya dalam cermin sambil berandai-andai akan sebahagia apa saat pertemuannya dengan pemuda perjodohan itu.
sedang asyik melamun ia teringay dengan adik bungsunya yang sejak tadi tak terlihat.
mungkinkah mereka berdua kembali terlibat dengan petualangan besar seperti sebelum-sebelumnya.
***