Chereads / CIPO wartawan cilik / Chapter 2 - Rebutan Anjing Emas

Chapter 2 - Rebutan Anjing Emas

Pak Kreo oleh anak-anak dijuluki pendongeng hantu, karena suka bercerita tentang yang seram-seram. Tapi Pak Kreo pintar, agar anak-anak tidak takut mendengar ceritanya maka ceritanya dibumbui dengan hal yang lucu-lucu. Pada suatu hari Pak Kreo bercerita tentang anjing. Konon katanya, anjing bisa melihat hantu.

"Bila anjing melihat hantu maka anjing itu akan mengonggong atau melolong. Pernahkah kalian melihat anjing menggonggong padahal saat itu tidak ada siapa pun, nah, saat itu si anjing sedang melihat gendruwo."

"Mungkin juga anjing itu sedang iseng," timpal Nini.

"Atau anjing itu sedang kurang kerjaan," tambah Piping.

Cipo menyikut mereka berdua, agar tidak membuyarkan Pak Kreo bercerita. Memang asyik kalau dia bercerita, sehingga mereka sering menunggu-nunggu kapan si pencerita itu memiliki waktu luang. Pak Kreo bekerja sebagai tukang batu. Tapi apakah cerita itu betul? Anjing galak memang suka dipelihara orang pelit agar tidak ada pengemis atau peminta sumbangan yang datang ke rumahnya.

"Ada juga orang yang selalu digonggong anjing ke mana pun dia pergi," kata Pak Kreo. "Mengapa orang itu selalu digonggong anjing? Malahan anjing-anjing itu akan mengikuti orang itu sampai betul-betul orang itu pergi meninggalkan desa tempat anjing-anjing itu berada. Orang itu pencari atau pedagang anjing, yang selalu menangkapi atau membeli anjing. Memang di beberapa tempat ada penjual sate anjing, katanya untuk obat atau jamu. Bahkan bila orang itu sudah berhenti menangkapi membeli anjing pun akan tetap digonggong."

"Mengapa begitu?" tanya Jalu.

"Rupaya, anjing itu menaruh rasa dendam," kata Pak Kreo. Anak-anak tertawa. "Lho, memang benar begitu. Anjing yang tidak mengenal orang itu sebagai pedagang anjing pun akan menggonggongnya, bahkan ketika orang itu sudah berhenti dari berdagang anjing selama dua puluh tahun. Mungkin bau keringatnya khas, sehingga anjing sangat mengenalinya sebagai mantan penjual anjing. Itulah kelebihan yang dberikan Tuhan kepada anjing. Daya cium anjing sangat tajam."

"Mungkin gara-gara keringatnya yang bau anjing, maka dianggap anjing dan ditantang untuk berkelahi," kata Ndul-ndul.

"Kalau begitu Cipo dan Jalu juga dianggap anjing, karena mereka kemarin digonggong anjing!" seru Piping. Cipo dan Jalu kemarin memang dikejar anjing, entahlah anjing siapa, tahu-tahu anjing itu sudah ada di jalan yang dilewatinya. Mereka harus menyelamatkan diri dengan cara mengorbankan kue yang baru saja digigitnya. Untung saja anjing itu itu mengalihkan perhatiannya kepada kue, sehingga Cipo dan Jalu bisa melarikan diri. Wah, rasanya seperti dikejar harimau.

Jalu berkata, "Bukankah anjing itu najis dan haram dimakan?"

"Ya, untuk umat Islam Tapi bagi non Muslim mungkin itu tidak jadi masalah," jawab Pak Kreo. "Tapi anjing banyak gunanya. Zaman dulu anjing digunakan untuk berburu. Sekarang ada anjing pelacak untuk membantu polisi. Bahkan ada Hadis Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa akan masuk surga bila ada orang yang sudi memberi air pada anjing yang kehausan."

Cuping hidung anjing yang selalu basah itu sebagai indera pencium yang sangat tajam. Daya cium anjing tampaknya tidak ada tandingan. Gara-gara daya ciumnya itulah anjing dimanfaatkan polisi untuk membantu tugas-tugas tertentu. Oleh karena itu ada sebutan anjing polisi, dan belum pernah ada kucing polisi atau kura-kura polisi. Ya, karena hanya anjinglah yang bisa digunakan untuk melacak keberadaan penjahat atau benda-benda lain seperti narkoba. Meskipun demikian anjing polisi tetaplah harus dilatih. Ada sekolah untuk anjing pelacak, tentu saja tidak diberi pelajaran berhitung atau membaca.

Kapan anjing dipelihara oleh manusia? Tidak ada catatan yang pasti, tapi kemungkinan sudah lama sekali. Bisa jadi sejak manusia memelihara ternak. Anjing dipelihara bisa membantu menjaga ternak. Sementara anjing dan kucing, di belahan bumi mana pun, selalu bermusuhan. Meskipun kadang juga ditemui anjing dan kucing yang hidup rukun, tapi itu jarang terjadi.

Cipo pernah menyaksikan seorang pedagang anjing, setelah membayar harga anjing itu dia menangkap sendiri anjing yang dibelinya, dan itu bukan pekerjaan susah baginya. Pedagang itu memberi umpan kepada anjing yang dibelinya. Umpan itu dipasang di tengah-tengah jerat tali yang diletakkan di tanah. Segalak-galaknya anjing tetaplah bodoh, sehingga umpan itu dimakannya. Begitu umpan dimakan maka jerat tali itu ditarik sehingga leher anjing itu tercekik dan tak berkutik. Lalu, anjing itu dimasukkan ke dalam karung goni yang ujungnya diikat. Tentu saja anjing itu terus meronta. Kasihan.

Suatu hari ada anjing tersesat di desa mereka, anak-anak mengejarnya sampai anjing itu lari terbirit-birit, ketakutan. Anjing itu berlari masuk ke dalam kebun Paman Odar. Mengetahui anak-anak hendak menyakiti anjing itu Paman Odar melarangnya. "He, jangan sakiti! Kasihan!" Oleh Paman Odar anjing itu ditangkap. "Apakah di antara kalian ada yang tahu siapa pemiliknya?"

Anak-anak menggeleng. "Kami tidak tahu," jawab Ndul-ndul. "Anjing itu akan Paman apakan?"

"Akan Paman rawat sampai pemiliknya datang. Kalau tidak paman kurung nanti kalian kejar dan timpuki dengan batu. Jangan begitu, anjing juga makhluk Allah, seperti kita."

"Akan paman kurung di mana?" tanya Jalu.

"Di kandang ayam. Biarlah untuk sementara anjing ini saya kurung di situ," kata Paman Odar. Anehnya, anjing itu tidak begitu suka makan nasi. Paman Odar sempat bingung. Namun ketika anak-anak ada yang iseng melemparkan roti langsung saja disambarnya. Wah, anjingnya sombong banget, hanya doyan roti. Paman Odar geleng-gelang kepala.

Suatu hari Cipo melihat koran dan melihat ada iklan tentang anjing yang hilang. Cipo memperhatikan foto anjing itu baik-baik. Tampaknya mirip sekali dengan yang ada di rumah Paman Odar. Cipo bergegas ke rumah Paman Odar. "Paman, ternyata anjing itu ada yang punya. Mungkinkah anjing ini miliknya?" kata Cipo.

Paman Odar mengamati koran yang dibawa Cipo. Membandingkannya dengan anjing yang dipeliharanya. "Benar, tampaknya anjing ini yang dicarinya. Ada nomor teleponnya. Coba kamu hubungi nomor telepon itu, katakan ada anjingnya di sini."

Cipo melihat nomor telepon itu. "Lho, kok nomor Jakarta? Mengapa anjing itu bisa sampai di sini. Jangan-jangan berjalan menyusuri rel, mengikuti kereta api?"

"Ah, kamu suka ngawur!" seru Paman Odar. Cipo menghubungi nomor telepon itu. Ada jawaban, orang itu memberi nomor hape, Cipo mencatatnya. "Kita sms-sms terus, kami akan ke sana menjemputnya. Namaku Rick, kamu siapa?"

"Paman Odar," jawab Cipo, "tolong catat alamat kami." Cipo memberi alamat desa mereka secara lengkap.

"Yogyakarta?"

"Ya, betul."

"Mengapa anjing kami bisa sampai di sana?" orang itu heran. "Aku pikir kamu tinggal di Jakarta."

"Kalau begitu bukan anjing Anda. Atau bisa saja jatuh dari kapal terbang," kata Cipo, yang mendengar jawaban tertawa.

"Begini saja, kalau bisa tolong anjing itu difoto. Lalu fotonya kamu kirim lewat pos atau internet ke alamat kami. Bisa pakai internet?"

"Makhluk Mars juga bisa berinternet. Tapi biayanya mahal, kami tidak punya uang," kata Cipo.

"Nanti kami ganti, walaupun seandainya itu bukan anjing kami. Tolong dirawat baik-baik, kami akan segera ke sana."

"Baik," jawab Cipo.

"Bagaimana?" tanya Paman Odar.

"Kita harus memotret anjing ini, lalu mengirim gambarnya lewat internet," jawab Cipo.

"Aduh, kok malah membuat pusing kepala," seru Paman Odar. "Kamu punya kamera, jangan untuk petentang-petenteng saja. Ayo, lekas kamu potret anjing itu!" kata Paman Odar. "Ambil kameramu, bos!'

Cipo berlari pulang mengambil kamera. "Ada apa, kok tergesa-gesa?" tanya ayahnya.

"Memotret anjing, Yah."

"Anjing?"

"Ya." Cipo menceritakan perihal anjing itu.

Ayahnya malah akan membantu. "Biar Ayah yang ambil gambarnya dengan kamera Ayah. Biar cepat terkirim." Ayah dan anak itu pergi bersama ke rumah Paman Odar. Ayah Cipo memotret anjing itu dari depan, atas, dan samping. Akhirnya, dengan bantuan komputer Ayah Cipo yang sudah online mereka tidak perlu pergi ke warnet. Foto anjing itu telah terkirin ke alamat. Tidak berselang lama, Rick menghubungi Cipo dan menyatakan kalau anjing itu benar-benar milik mereka. Rick akan datang ke desa mereka, secepatnya.

Tetapi sebelum Rick datang, seseorang dengan mobil jeep merah datang ke desa mereka. Orang itu disertai oleh seseorang, Pak Mul, warga desa sebelah. Pak Mul mendengar siaran radio tentang orang yang mencari anjingnya yang hilang. Tampaknya Pak Mul mengetahui ada anjing yang ditangkap Paman Odar. Pak Mul lalu menghubungi orang itu. "Namaku Danto, pemilik anjing itu," kata orang itu dan terlihat congkak. Orang itu menunjukkan katepenya. Paman Odar, Cipo, dan yang lainnya kebingungan. "Anjing itu terlepas saat anak kami lengah, lupa menutup pintu kandang. Kami mencari ke sana kemari. Sampai akhirnya kami mendapat kabar dari Pak Mul bahwa ditemukan anjing di desa ini. Sudah setengah bulan anjingku menghilang."

Orang yang mengaku bernama Danto lalu mendekati kandang ayam yang berisi anjing. Tetapi begitu mendekat, anjing itu justru tidak mau mendekat. Malah menjauh ke pojok kandang. Tentu saja itu membuat Paman Odar, Cipo, Jalu, juga orang-orang yang ada di tempat itu ragu-ragu. Anjing tidak akan menunjukkan sikap seperti itu kepada pemiliknya, walaupun mereka sudah lama berpisah. Orang yang mengaku bernama Danto tahu kalau tidak dipercayai sebagai pemiliknya. "Aku belum lama membeli anjing ini," kata Danto.

"Namanya siapa anjing itu?" tanya Cipo.

Orang itu sedikit bingung. "Bengok! Namanya Bengok, tapi mungkin dia belum begitu hapal dengan namanya."

"Lho, seharusnya Anda sudah mengetahui nama anjing itu begitu membelinya. Empunya anjing pasti memberi tahu namanya," kata Paman Odar.

"Itulah kesalahanku, aku tak sempat menanyakan namanya," kata Danto. "Apakah bisa kuambil sekarang. Kuberi uang untuk mengganti memeliharanya."

Paman Odar menolak. "Bukan saya sombong, pak. Tapi anjing itu juga akan diambil oleh orang yang mengaku pemiliknya. Orang itu akan ke sini. Dia orang Jakarta."

Danto memandangi mereka. "Kalau begitu saudara-saudara secara tidak langsung menyebut aku ini penipu?" kata Danto geram.

Paman Odar kebingungan untuk menjawabnya. Tapi beberapa saat keluar juga suaranya, "Bukan begitu, kami jadi bingung karena ada dua orang yang mengaku pemilik anjing itu. Tentu saja bukan dua-duanya pemilik anjing itu."

"Aku tidak terima. Itu anjingku!" kata Danto. "Boleh atau tidak, anjing itu akan aku bawa pulang!" ancamnya.

"Lho jangan begitu, pak!" kata Paman Odar. Tapi dia tidak bisa semena-mena, karena di tempat itu kini sudah banyal orang.

"Aku akan laporkan kepada polisi!" ancam Danto. Lalu pergi bersama mobilnya.

"Maaf ya, Kang Odar. Bukan maksudku membuatmu susah," kata Pak Mul.

"Lho, bukan Kang Mul yang membuatku susah," kata Paman Odar. Pak Mul mohon diri pulang ke desanya.

"Gawat, orang itu akan lapor ke polisi!" Paman Odar buru-buru hendak mencegahnya. Tapi langkahnya dicekal oleh Pak Jarot. "Biarkan saja dia lapor ke polisi. Polisi tidak akan gegabah memberikan anjing itu kepada orang yang tidak berhak." Paman Odar mengangguk.

"Paman tidak usah bingung. Paman tidak mencuri anjing itu. Justru Paman yang menolongnya," kata Jalu.

"Ya, biar Cipo nanti yang mewakili Paman jika berurusan dengan polisi," kata Ndul-Ndul.

Cipo jadi cemberut. "Lho, memangnya polisi itu jahat sampai Paman takut? Tidak usah khawatir. Bukankah Paman tidak bersalah seupil pun?"

Keesokan harinya, sepulang sekolah, Cipo pergi ke kantor polisi. Menemui Briptu Sanusi. "Pak, apakah kemarin ada orang bernama Danto yang melaporkan kehilangan anjing dan menemukan anjing itu di desa saya?"

"Tentang kehilangan anjing? Tidak ada," jawab Briptu Sanusi. "Tapi kamu tanyakan sama Briptu Andi. Siapa tahu saat saya pergi ada yang datang ke sini dan lapor." Tapi ketika Cipo menanyakan hal itu kepada Briptu Andi, ternyata juga tidak ada. Sangat besar kemungkinannya orang itu hanya mengaku-aku saja. Dua hari kemudian orang dari Jakarta datang.

"Aku yang bernama Rick, kita sudah saling kenal walau hanya lewat telepon." Rick ternyata seorang Indo, peranakan Itali. Dia datang bersama pamannya, Pak Pacini yang asli Itali. "Mana Paman Odar?"

"Saya," jawab Paman Odar.

"Lho, di telepon suaranya masih anak-anak?"

"Itu bukan suara saya, tapi suara Cipo. Ini bocahnya," kata Paman Odar sambil menunjuk Cipo, yang ditunjuk tertawa.

"Boleh kami lihat anjing itu?" tanya Rick.

"Silakan, anjing itu ada di kandang," kata Paman Odar. Rick lalu sejenak berbicara dengan Pak Pacini. Entahlah, apa yang mereka bicarakan. Bukan dengan bahasa Inggris, mungkin dengan bahsa Itali. Mereka beramai-ramai pergi ke kandang tempat anjing itu berada. Bukan main, Pak Pacini sangat gembira begitu melihat anjing itu.

"Pizazo!" teriaknya. Mungkin itulah nama anjing itu Pizazo. Anjing itu menggonggong lalu berputar-putar. Begitu tangan Pak Pacini dijulurkan, anjing itu menyongsong dengan menggosokkan kepalanya ke tangan itu. Wah, pasti ini pemiliknya yang asli. Pak Pacini bicara kepada Rick, lalu Rick berkata kepada Paman Odar.

"Maaf, apakah kandangnya bisa dibuka?" Paman Odar lalu membuka kunci gembok kandang. Mungkin dalam hati Rick dan Pak Pacini tertawa, masa anjingnya dikurung di kandang ayam.

"Saya hanya bisa mengurungnya di sini. Mohon dimaklumi."

"Oh, itu tidak masalah," kata Rick sambil tertawa. "Yang penting anjing ini selamat." Begitu keluar kandang, anjing itu langsung melompat ke arah Pak Pacini yang sengaja jongkok menunggunya. Pak Pacini menggendong anjing itu dengan gembira. Tapi kegembiraan itu harus diurungkan, karena orang yang mengaku bernama Danto datang. Kini bersama beberapa orang lain yang berbadan sangar, mungkin preman pasar.

Begitu melihat anjing itu berada di gendongan Pak Pacini, Danto berteriak, "He, mau kamu apakan anjingku itu?" Rick dan Pak Pacini saling berpandangan, tidak tahu apa yang dimaksud orang yang baru datang itu.

"Maaf, Pak Danto juga mengaku sebagai pemilik anjing ini," kata Paman Odar.

"Aku memang pemiliknya. Anjing itu aku dapat dengan membelinya!"

"Kalau begitu Anda penadah anjing curian!" seru Rick.

"Enak saja, menuduh orang sembarangan!" seru Danto. Orang-orangnya hendak mengeroyok Rick. Tapi niat itu diurungkan, karena tempat itu sudah penuh orang yang hendak mengetahui apa yang terjadi.

"Sebaiknya kita panggil polisi saja," usul Pak Jio. Usul itu sebetulnya tidak disetujui Danto, tapi tidak ada jalan lain. Briptu Sanusi dan Britu Anwar segera tiba.

"Ada apa?"

"Rebutan anjing," jawab Cipo.

"Bagaimana duduk persoalannya? Coba ceritakan kepada kami," kata Briptu Anwar. Paman Odar lalu bercerita tentang anjing penemuannya. Setelah Paman Odar selesai bercerita, Briptu Anwar berkata, "Apakah Pak Danto memiliki surat-surat dokumen anjing itu?"

"Apakah anjing harus kartu tanda lahir?" balas Danto ketus.

"Untuk anjing-anjing tertentu jawabnya, ya. Dan anjing ini kulihat bukan anjing sembarangan. Apakah saudara Rick memiliki dokumennya?"

"Ada. Tapi tidak kami bawa," jawab Rick.

"Dia bohong!" seru teman Danto.

"Tidak usah berdebat. Gampang kok untuk menentukan siapa pemilik anjing ini yang sebenarnya," kata Briptu Anwar. "Boleh aku pinjam anjingnya?" Rick menerjemahkan kata-kata itu kepada Pak Pacini, yang selanjutnya menyerahkan anjing itu. "Ayo kita ke lapangan!" seru Briptu Anwar. Semua orang berangkat ke lapangan, tapi bukan lapangan melainkan sawah yang kebetulan saat itu sedang tidak ditanami karena musim kemarau yang berkepanjangan. "Pak Danto berdiri di sini dan Pak Pacini di sana!" kata Briptu Anwar.

Jarak Danto dan Pak Pacini ada sekitar duapuluh meter. Briptu Anwar membawa anjing itu menjauh. Kira-kira seratus meter berhenti dan siap melepaskan anjingnya itu. "Anjing ini akan kulepas, siapa yang didatanginya pastilah pemiliknya!" kata Briptu Anwar

"Bengok! Bengok, sini!" teriak Danto ketika anjing itu dilepas. Pak Pacini kalem saja. Tapi anjing itu berlari kencang menuju Pak Pacini.

"Bukan Anda pemiliknya!" kata Briptu Sanusi kepada Danto.

"Tapi aku telah membelinya," ujar Danto lirih.

Rick mendekati Danto. "Begini saja, berapa Pak Danto membeli anjing itu. Kami ganti."

"Tidak, tidak usah. Aku telah ditipu penjual anjing itu. Aku membelinya di pasar hewan Jatinegara, Jakarta. Saat di ibu kota aku melihat-lihat anak kelinci anggora disana. Saat itu aku didatangi orang dan diancam untuk membeli anjing itu," kata Danto. "Bagaimana kalau saudara menunjukkan bukti sekali lagi, tunjukkan keistimewaan anjing itu kepadaku? Biar aku tidak penasaran." Rick berbicara kepada Pak Pacini. Pak Pacini mengangguk, lalu menyerahkan anjingnya kepada Rick. Pak Pacini pergi ke suatu tempat, lalu diambilnya dahan kayu. Ditusuknya tanah, dalamnya sekitar 50 cm, lalu dimasukkannya sesuatu. Tanah itu lalu ditimbun lagi sampai tanahnya mampat. Pak Pacini memberi tanda dengan tangannya kepada Rick yang segera melepaskana anjing itu. Anjing itu berlari-lari mendekati Pak Pacini lalu mengendus tanah yang ditimbun tadi. Anjing itu menggali tanah dengan kaki depannya.

"Pizazo! Pizazo!" seru Pak Pacini. Anjing itu menghentikan aksi menggalinya. Pak Pacini melanjutkan menggali tanah dan mengambil sesuatu, yang ditanamnya tadi.

"Bagaimana, apakah saudara sudah cukup puas?" tanya Rick kepada Danto.

"Aku minta maaf atas semua kejadian ini," jawab Danto. Dia menyalami Rick, Pak Pacini, dan Paman Odar.

"Lupakan semua itu," kata Rick.

Cipo melihat Briptu Anwar. Diam diam Cipo mengacungkan jempolnya, Briptu Anwar tertawa. Cipo lalu mendekati Rick. "Apa yang Pak Pacini tanam di tanah tadi, dagingkah?" tanya Cipo kepada Rick.

"O, kamu belum tahu kehebatannya, ya? Dia itu anjing berburu," kata Rick.

"Berburu babi hutan, maksudnya?' tanya Ndul-ndul.

"Bukan tetapi berburu jamur," jawab Rick.

"Jamur?" tanya Cipo setengah tak percaya. "Jamur merang?"

"Atau malah jamur kulit?" tanya Jalu.

Rick tertawa. "Bukan, bukan jamur sembaranan. Tetapi jamur emas. Sehingga Pizazo merupakan anjing yang sangat mahal. Bukan karena rasnya, tetapi karena Pizazo terlatih untuk berburu jamur yang berada di bawah tanah." Orang-orang Itali tidak main-main dengan "truffle" atau jamur yang tumbuh di bawah tanah. Bisnis jamur jenis ini sangat serius. Jamur ini sangat dicari-cari karena harganya sama dengan emas, terutama bagi pecinta makanan dan restoran yang menyukai cita rasa janur ini. Ya, sekelas sarang burung walet. Karena alasan itulah maka para pemburu jamur sangat merahasiakan lokasi di mana ditemukan jamur itu. Ketakutan itu dapat dimaklumi. Jamur memproduksi jutaan spora, bila amur-jamur itu saat ini ditemukan maka pada tahun-tahun selanjutnya akan muncul kembali. Dan itu berarti panen uang bagi penemunya.

Ukuran jamur itu bermacam-macam, dari sepertiga ons sampai tiga setengah ons. Sekitar 1,1 kilogram jamur ini di Eropa akan dihargai 750 dollar AS! Begitu mencapai Amerika harganya akan berlipat-lipat. Persoalannya adalah sulit untuk mendapatkan jamur ini, karena hanya tumbuh di bawah permukaan tanah. Biasanya hidup pada akar sejenis pohon oak yang dijuluki "truffle oak". Sudah banyak yang mencoba membudidayakannya tetapi tidak ada yang berhasil baik, sehingga masih sangat tergantung pada alam. Pemburu jamur ditemani anjing atau babi terlatih. Anjing dan babi itu untuk mengendus keberadaan jamur yang berada di kedalaman sekitar 25 cm di bawah tanah.

"Wah, sebetulnya Paman Odar biaa kaya-raya kalau begitu," seru Jalu.

"Jamur itu tidak tumbuh di sembarang tempat, hanya tumbuh di Itali. Itu saja tidak semua wilayah Itali dan juga tidak tumbuh di semua akar pohon oak. Hanya yang beruntung saja yang bisa mendapatkannya," jelas Rick. "Tidak aneh bila anjing terlatih memburu jamur menjadi incaran penculik, karena harganya sangat mahal."

"Lantas kira-kira berapa Pak Danto membeli Pizazo, ya?" gumam Cipo.

Rick menjawab. "Tampaknya pencuri itu tidak tahu kalau Pizazo itu anjing emas, sehingga menjualnya hanya dengan harga pasar. Apalagi jika dilihat dari bentuknya, Pizazo sama sekali tidak menarik bila ikut lomba kontes anjing." Rick dan Pak Pacini mohon diri. Namun sebelumnya mereka memberi uang kepada Paman Odar, tapi ditolaknya. "Bukankah Pak Odar sudah dibuat repot olehnya, juga telah memberi makan," kata Rick.

"Ya, tapi saya hanya memberi makanan sisa," jawab Paman Odar malu-malu. Meskipun dipaksa menerima uang itu tapi Paman Odar menolaknya. "Saya sudah senang bisa menyelamatkan Pizazo. Apalagi kini sudah kembali ke pimiliknya yang asli."

Melihat kegigihan Paman Odar akhirnya Pak Pacini melepas jam tangannya, dan diserahkan kepada Paman Odar sambil mengatakan sesuatu. Rick menterjemahkannya: "Terimalah, ini sebagai kenang-kenangan. Saya tidak akan melupakan kebaikan ini." Pak Pacini lalu menarik tangan Paman Odar dan memakaikan jam tangan itu, agak kedodoran. Orang-orang tertawa melihat kejadian itu. Rick dan Pak Pacini mohon diri. Sebelum mereka pergi, Paman Odar mengelus punggung Pizazo. Anjing itu menyalak. Mungkin mengucapkan terim kasih, tapi bisa jadi mengucapkan kata selamat berpisah.

"Wah, Paman Odar mendapat hadiah jam bagus!" goda anak-anak.

"Pasti mahal harganya," timpal Cipo.

"Hus, hadiah orang tidak boleh dijual," kata Nek Imeh. Ternyata kisah anjing emas tidak berhenti sampai di situ saja. Sorenya ada yang datang ke rumah Paman Odar, Pak Onggo pimpinan yayasan rumah yatim piatu di kota kecamatan. "Terima kasih atas bantuan Pak Odar kepada anak-anak yatim piatu," kata Pak Onggo.

"Bantuan apa? Saya belum bisa membantu rumah yatim piatu itu," kata Paman Odar terkejut.

"Ada dua orang bule yang datang ke yayasan dan menyerahkan bantuan, mengatasnamakan Pak Odar."

"Masya Allah! Itu adalah Rick dan Pak Pacini. Pemilik anjing emas itu." Paman Odar. Paman Odar memang orang yang berhati emas, sehingga Tuhan telah memberkahinya. Cipo menuliskan kejadian rebutan anjing itu dan mengirimkannya ke redaksi majalah Kriminol. Sayang, setelah majalah itu terbit berita tentang rebutan anjing itu hanya dimuat sedikit saja. Cipo geleng-geleng kepala, alamat Pak Soku akan menagih tulisan lainnya. (*)