"Dia bukan lagi kamuflase, tapi aneh. nih lelaki buat kepala aku berdenyut," lirih Cla dalam hati.
Tangan Cla membentuk kepalan kuat. Tinju. Ia lihat, Lily tengah menunggu di luar. Menyebalkan.
Cla berbalik menatap Javier. Ekspresi Cla datar.
"Lily, kira-kira apa yang kita lakukan."
"Ya suruh masuk," ucap Javier. Terlihat kekhawatiran dari cara ia menatap. Mata mencuri-curi pandang ke pintu. Cla mengangguk, ia pegang kalung pemberian Javier. Cla pegang kuat-kuat kalung itu.
"Oke." Cla mengangguk.
Ceklek. Setelah kunci pintu dibuka, Cla pun menatap Lily yang tengah menatap lurus. Sebelah alis Cla terangkat. Ia lihat Lily wajahnya pucat. Mirip mayat hidup.
"Kenapa kau ke sini?"
Cla bukan tipe orang berbasi-basi, Cla langsung to the point.
Lily pucat. Saat Cla perhatikan lebih detail, tangan Lily luka. Darah merembes.
"Shit. Ikut aku."
Javier menarik Lily. Bersikap mengobati perempaun itu. Cla memainkan lidah dalam mulut. Bukan hal baru lihat Javier dekat perempuan. Entah kenapa, kalau perempau itu Lily. Cla jealous.
"Kalau dia hamil, aku usahakan gugur," gumam Claris dalam hati. Cla tertarik periksa keadaan di luar. Otak dan gerak tubuh singkron. Mata Cla menatap lurus arah luar. Terbersit niat memastikan keadaan, hal itu memang benar-benar Cla perbuat.
Biarlah Javier mengobati tangan Lily. Toh kalau Cla lihat, Cla pasti sakit hati. Pergerakan Cla teratur. Mengendap-endap khas intel perempuan handal.
Sebuah tangan membekap Cla, Cla refleks menahan napas, bau menyengat khas obat bius memaksa otak Cla berpikir. Bugh!
Cla menyikut tubuh seseorang di belakangnya. Sekali berbalik, Cla layangkan satu pukulan.
Bugh!
Cla bangga, memukul seseorang dengan kemampuan sendiri menyenangkan. Cka tak perlu bergantung dengan orang lain. Selagi beberapa hal bisa Cla lakukan sendiri, tak ada alasan minta orang lain melakukan itu.
"Gocha."
Cla raih kerah baju orang di hadapannya. Tatapan Cla tajam. Menusuk seperti jarum. "Siapa yang menyuruhmu Paman?"
Orang itu diam, kepala Cla mulai berkunang-kunang. Gawat, pasti dosis obat bius yang dipakai besar. Cla harus menyingkir. Soal siapa dalang di balik rencana penculikan, bisa Cla atasi nanti.
Bugh.
Sangat tidak berperasaan Claris dorong tubuh paman-paman tersebut. Sembari menutup mulut, Cla beranjak. Sampai depan pintu, Cla tutup pintu rapat-rapat.
Cla bersyukur paman yang tadi tidak mencegat.
"Shit, rencananya bagus. Untunglah aku belajar beladiri. Kalau tidak pasti aku sudah habis." ucap Cla. Tak lama kemudian Cla pun menuju kamar.
Mata Javier membulat, ia baru ingin bertanya di mana letak kotak P3K, atau pilihan kedua membawa Lily ke rumah sakit. Lihat Cla berjalan sempoyongan seperti orang mabuk. Cepat-cepat Javier menghampiri Cla.
"Terjadi sesuatu?"
Tangan Cla mengalung di leher Javier, menjadikan Javier tempat bertumpu, Cla yakin ia tak akan sampai ke kamar. Cla tak mampu.
"Pusing," ucap Cla.
Javier kalut, ia gendong tubuh Cla. Lily berada tepat di belakang kedua makhluk Tuhan itu. Tatapan Lily dingin.
Javier berbalik. Bertepatan dengan itu ia bertemu pandang dengan Lily.
"Ikut aku Ly. Kau masih bisa jalan? Cla sakit."
"Hem." Lily menjawab pendek. Tak lama kemudian ia pun ikut ucapan Javier. Mengekor Javier sampai tiba di mobil.
***
"Enggh." Perlahan Cla buka mata. Retina masih menyesuaikan diri. Cahaya masuk ke retina.
"Sudah bangun?"
"Mom?"
"Mom tak mau tahu Cla. Kau harus menikah dengan Yanuar. Hubunganmu dan Javier tidak Mom restui."
"Mo Mom." Cla meringis. Ia sakit lalu dapat perlakuan begitu. Makin tambah sakit kepala Cla. "Ya sudah, kalau kau keras kepala. Cepat menikah dengan Javier. Mom mau pernikahan kalian dilaksanakan sekarang."
Mulut Cla membulat membentuk o. Mata mengerjap lamat-lamat. "Mom sudah gila. Kok bisa begini?" gumam Claris dalam hati.
Cla meringis. Pintu terbuka menampilkan wajah Javier menatap lurus. Setelan jas selalu membuat aura kharisma Javier terpancar jelas. Cla meringis, hari itu ia yakin lepas status lajang. Masa-masa indah nan bebas.
Menikah bukan perioritas Cla. But, dipaksa menikah denagn lelaki bukan pilihan sendiri, otak Cla berproses. Menikah dengan Javier lebih baik.
"Javier. Dengan bocah tengil itu bisa dibicarakan baik-baik," ucap Cla lirih.
Tepat hari itu, Cla resmi mengubah status dari gadis yang bukan gadis menjadi istri orang. Sayangnya pernikahan itu tidak dihadiri Mr Jake. Wali Clo harusnya orang itu.
"Aku masih belum percaya. Bangunkan aku kalau ini mimpi, Vier."
Klepak. Javier memukul kepala Cla. Apalagi reaksi Cla kalau bukan meringis. "Kau masih sakit, sana tidur. Malam pertama tak masalah undur. Toh aku sudah mencoba sekali."
Javier akan terus menjadi Javier. Si lelaki cap buaya darat. Harus siap batin menjadi istri Javier.
"Jav, aku bukan sakit. Aku hampir diculik," ucap Cla. Mulut mengerucut mirip bebek. "Cari gih orang itu. Otak penculikan siapa."
"Kau bodoh?"
"Lah, kok aku yang bodoh?"
Cla menatap aneh, ia tak mungkin disebut bodoh. Apa-apaan Javier.
Khas orang kesal, Cla menatap Javier penuh intimidasi. Cla tersinggung. "Aku presdir. Jelas aku tidak bodoh."
Javier mendengus. Cla terkesiap, muncul psekulasi ia salah pilih suami. Bentukan Javier saat jadi teman dan suami sangat jauh beda. Terlihat lebih dingin namun panas.
"Untuk saat ini kita tunda dulu. Kau istirahat. Aku akan urus hal ini," ucap Javier. Lalu ia pun beranjak. "Aku pergi."
Cup. Kening Cla dikecup. Javier pergi. Seiring langkah kaki Javier, hati Cla ikut dibawa pergi. Yang tinggal hanya otak beserta akal sehat yang berantakan.
Mata Cla memicing. Cla sudah pikirkan baik-baik tindakan selanjutnya yang ingin ia ambil.
"Dia pikir aku diam? Cukup bersama Mom hidupku kaku, saat sudah menikah, aku bukan lagi dapat peran pasif tapi aktif," ujar Claris, tangan mengepal kuat.
Cla menyibak selimut rumah sakit, infus dipegang, lalu bangkit dari bangker. Cla tersenyum misterius.
Hati Cla sakit, tepat di depan Cla, Javier bicara serius dengan Lily. Tangan Lily sudah diperban. Sebelah alis Cla naik. Hidup tak jauh-juah dari yang namanya masalah. Bahkan masalah teman hidup yang paling hakiki.
Tanpa masalah, tidak hidup.
Cla bersembunyi di sebuah pintu. Cla hampir kelepasn meringis. Javier menekan pintu cukup kuat. Kening Cla kepentok pintu.
"Sialan, kalau aku tidak ada misi khusus, sudah aku pelintir lehrr kamu," ucap Cla.
Sedetik kemudian Cla perbaiki penampilan. Tinggi, megah, mewah, dan yang terakhir elegan, Cla keluar. Vibe sekaligus damage yang Lyra pancarkan adalah itu. Mata menatap lurus Lily. Yang ditatap terlihat datar.
"Halo Lily." Langkah Cla pelan. Andai Cla tidak tengah pegang cairan infus, sudah Cla pakai tangan mengibas rambut, depan saingan, sebisa mungkin menonjolkan diri. Biar Cla buat mudah. Skenario miliknya tak boleh gagal. Bagaimanapun tak boleh.
*****