Cla meringis. Cara Javier berucap seolah Cla melakukan kesalahan fatal. Fatality persis di game.
Sesekali Cla masih menangis senggukan. Cla marah, Javier pun marah. "Javier..."
Cla menghambur ke pelukan Javier. Memeluk lelaki tersebut erat.
"Aku hampir gila. Sial sekali." Air mata Cla merembes. Lebih sakit sakit hati ketimbang fisik kalau masalahnya perihal keluarga. Soal jatuh cinta, Cla belum pernah merasakan. So, Cla tak peduli.
"Kau tahu salah satu cara menghilangkan stess?"
"Apa itu?"
"Seks," ucap Javier gamblang.
Dengan senang hati Cla pukul lengan Javier. Tak terelakkan suara mengaduh sakit muncul. Salah Javier.
"Kau gila." Claris membuang wajah, tak mau lihat wajah Javier walau sebentar.
Mulut Javier mengerucut. "Ayolah Cla. Cuman sebentar kok. Aku janji gak macam-macam, toh kita sudah menikah. Kau dapat dosa lah gak melayani suami."
Cla tersentak. Baru ia ingat, ia dan Javier sudah menikah. Sebuah pernikahan dadakan. Ingat posisi itu, Cla meringis. Bawa-bawa dosa, jelas Javier tak berhak. Sifat Javier tak cocok bahas dosa. Kurang tepat.
"Kau apa-apaan sih?"
Salah tingkah, Cla pukul lengan Javier. Pipi Cla bersemu. Di tengah-tengah masalah, seks salah satu alternatif. Oke, berdasar artikel yang Cla baca di internet, seperti yang Javier ucap. Benar seks bisa menghilangkan stess.
Cla menggeleng. Tidak boleh. Ada hal yang lebih baik. "Solusi masuk akal Vier, aku butuh itu."
Terlihat raut kecewa. Harga diri Javier sebagai seorang lelaki diinjak-injak. Cla tak menghargai Javier. Sial sekali Claris. Tak segan-segan Javier mengumpati Claris. Dirasa toh Claris menyebalkan.
"Nanti malam kita temui Dad. Sekarang bisa aku mendapat hakku?"
Kalau Javier sudah melihat Cla dengan tatapan penuh harap, Cla tak punya banyak pilihan. Satu-satunya hal yang harus Cla perbuat ya menurut.
Mulut Cla mengerucut.
"Ini kantor, Javier. Ingat tempat dong. Kau pikir aku bodoh?"
"Cla. Please."
Pergolakan pikiran mengusai. Pada akhirnya Cla mengangguk. Javier berhak. Toh suami sendiri.
"Sekarang istirahat makan siang. Ruang kerja kamu tinggal dikunci."
Pasrah, tak ada yang mampu Cla perbuat. Javier memang menyebalkan. Pandai memanfaatkan situasi pula. Paket completed.
"Ya sudah ayo."
"Jangan misuh-misuh dong sayang."
"Hoek."
Javier terkekeh lihat Cla mempraktikkan adegan muntah. Sungguh Javier tak tersinggung. Yang ada Javier gemas.
"Utu, utu, utu, kau menggemaskan. Ayo kita lakukan."
Javier tarik Cla ke pangkuan. Posisi saling berhadapan makin buat Cla nerveos. Otak Cla blank. Tangan Javier berkeliaran di dada. Menggerayangi tubuh yang terdapat titik sensitif.
Cla menatap datar. Oke, saat itu Cla habis. Javier bukan orang baik. Javier tetaplah Javier. Mesum tingkat dewa.
***
"Sudah Vier. Ganjel tahu gak, lepas."
"Sssttt, aku ingin terus begini. Tolong biarkan."
Emosi mengumpul di ujung. Tinggal Cla lampiaskan maka semua selesai. Lihat wajah kelelahan Javier, niat buruk Claris terhenti.
Cla tak mau buat Javier tertekan. Menambah beban untuk lelaki itu. Sungguh, tidak. Mungkin lain kali. Waktunya tidak tepat.
"Hiks, padahal ini nih ngeganjel."
Cla kelepasan pukul bahu Javier. Otomatis Javier buka mata. Tersadar, Cla cenggesan. Javier rolling eyes. Pasti Cla terpaksa.
"Ya sudah aku lepas." Javier cemberut. Jujur Javier kesal.
"Sudah banget sih minta main-main sama kamu," ucap Javier.
Rasa bersalah muncul. Cla tak sampai hati. "Eeh, jangan deh. Tetap begini."
Senyum Javier muncul. Ia suka. "Nah, gitu dong. Ini nih baru bagus," ucap Javier. Senang bisa berada di keadaan itu.
"Akhirnya nih perempuan nurut. Sulit sekali buat Cla luluh. Harus aku terus ngalah. Aku lelaki, harusnya Cla menyikapi keberadaanku lebih baik." Terjadi pergolakan emosi. Otak Javier penuh. Berpikir semua hal mengenai Cla. Javier bergumam dalam hati.
"Benar ucapan Dad, harga diri tinggi Mrs Clo menurun ke Cla. Aku dibuat bak barang tak bernyawa." Bergumam lanjut.
"Javier."
Cla peluk Javier. Posisi Cla dan Javier saling berhadapan. Dengan begitu Cla mudah peluk Javier.
"Em?"
Javier ambil kesempatan mengecup dada Claris. Cla meringis. Titik sensitif, Javier coba mempengaruhi Cla. Merangsang penuh.
"Tolong jangan begini. Aku kesal."
"Hehehe." Javier mendongkrak. Ia lihat Cla tepat di matanya. Menatap dalam. Semoga setelah itu Cla dapat rangsangan lebih.
"Cantik."
Cla terpaku. Ingat Javier sering bermain perempuan, Cla bingung. Sedikit banyak hal buruk soal Javier, sebisa mungkin Cla tampik. Sial, Cla tak mampu buang.
Cla mengalihkan pandangan. "Terima kasih."
Javier mengela napas. Tak lama kemudian ia bangkit. Waktu istirahat hampir selesai. Mereka butuh makan.
"Ayo makan, sayang."
Cla mengangguk. Cla gigit bibir. Saat Javier melepas diri, Cla merasa aneh. Gesekan, tubuh Cla merinding.
Seks sangat berpengaruh pada diri Cla.
***
"Jadi, kalian mau aku yang minta maaf?"
"Benar."
Mr Jake berdecih. Ia lihat perlakuan Javier ke Cla romantis. Fondasi hubungan mereka tak kuat, Mr Jake dapat melihat. Bedanya, baik Javier maupun Cla tak terlalu peduli. Hidup hanya soal tenang.
Selama aspek itu terpenuhi, masalah jenis apapun tak sangat berpengaruh. Seni sifat cuek. Bukan orang-orang sekitar penentu mereka akan melakukan apa.
Selama ketenangan tidak diganggu, semua baik. Tak perlu takut atau yang lain.
"Tidak." Mrs Jake, mata menatap serius. Percampuran antara marah, kesal, tak bertanggung jawab sampai harga diri. Banyak rasa-rasa muncul.
Mrs Jake mengangguk.
"Kesetaraan gender bagus. Aku setuju. Soal ego, aku pikir lebih baik jangan disinggung. Biarkan keadaan begini."
Javier gusar. Cla mendengus, kalau begitu, tetap akan terus dia yang jadi korban. Pernikahan ditentang. Alasannya masa lalu tak kelar-kelar.
Cla anak kandung atau apa?
Akhir-akhir itu, pertanyaan itu yang terus menghantui pikiran Cla.
"Tolong Dad. Atas nama Mom, aku minta maaf. Aku tahu sedikit ceritanya. Semua salah paham. Lalu ego Dad dan Mom pun sama-sama kurang baik. Aku harap Dad berpikir lebih jernih. Aku anak Dad satu-satunya."
Cla mirip pengemis, oke, Cla tahu.
Mr Jake angkat sebelah alis. "Kelihatannya kau sudah tahu Claris. Kau tak punya harga diri? Harusnya saat ini kau balas dendam."
Cla tersenyum penuh arti. Tangan Javier mengepal. Sekali bergerak, Javier memukul wajah Mr Jake. Pukulan kedua, Cla tahan Javier, begitu pun Mr Jake.
Dua kali jatuh ke lubang sama, no. Mr Jake tidak sangat lemah. Seseorang memukul, tinggal pukul balik. Terlepas orang itu Javier sekalipun.
"Pergi. Aku butuh istirahat. Lain kali kita bicara."
Mr Jake butuh ruang.
"Keputusanku tetap sama. Aku mau Clo minta maaf duluan. Asal kau tahu Cla, kau memang anak satu-satunya, walau begitu aku tidak menyukaimu. Kau harus bersyukur aku tidak membenci dengan cara ekstrem."
Cla diam, tak mampu sekedar menanggapi. Sakit, hati Cla berontak. Apa-apaan ia disebut harus bersyukur. Tak ada istilah begitu. Tidak pernah.
"Benci anak sendiri, oh Tuhan. Kalau begitu sekalian bunuh aku." Cla sibuk ngedumel. Tak habis pikir. Mata memutar malas.
"Dad..."
"Keluar Javier."
Mr Jake tak mau lihat wajah Javier dan Cla. Sudah, cukupkan. Terserah. Javier sangat ingin mengamuk.
*****