Javier tak terima, ingin bertindak. Kalau bukan sebab Cla pegang erat tangan Javier, Javier mungkin marah.
"Ayo."
Cla menatap Mr Jake sejenak. Air mata mengumpul. Lalu Cla mengalihkan pandangan. Tak mau lihat Mr Jake.
Sampai di luar, Cla dan Javier saling lihat. "Ayo menemui Mom." Javier mengajak Claris.
Cla mendongkrak. Javier satu-satunya tempat Cla bertumpu. Cla mengangguk. Digandeng Javier tangannya. Sudah cukup, Cla tak tahu harus melakukan hal seperti apa. Bingung.
Selama perjalanan Cla tak berucap. Jalanan malam lebih menarik. Cla tatap lampu menerangi malam.
"Cla."
"Em."
"Lily menghubungiku."
"Ya terus?"
Javier tersenyum miris. Tak mau menambah beban berpikir Cla. Well, sudah terlanjur berucap, Javier ingin meyakinkan Claris.
"Can you trust me?"
"Maybe," jawab Cla singkat.
Javier meringis. Satu hal yang ia tahu dari sikap Cla. Cla jarang melibatkan perasaan. Makanya setiap client menggoda, Cla tak menunjukkan ketertarikan.
Tertarik Cla hanya sebatas job. Selebihnya Cla merupakan orang tenang nyaman ke dunia sendiri. Tidak lebih.
"Kau marah?"
"No." Cla menatap Javier. "Akhir-akhir ini aku hanya terpikir kenyataan menyakitkan. Suatu saat nanti lebih banyak rasa sakit. Kau tak usah khawatir, aku cukup kuat. Kalau tidak begitu, mana mungkin sampai sekarang aku masih ada." Cla bersmirk. Mata memutar malas.
"Ku tekankan, Javier Yunan, aku tidak lemah," ucap Cla. Sasy adalah curi khas Lyra.
Javier balas senyum tersebut dengan senyum tak kalah seram. "Wah, aku terkesan, Cla."
"Kau harus terbiasa. Beginilah alur hidup yang aku anut."
Javier mengangguk. Seseorang kuat bertumpu bagaimana bersikap. Bukan hal lain. Pikiran pun sangat berpengaruh.
"Setelah ini, apa yang kita lakukan?"
"Ku pikir kita harus makan sesuatu."
"Ouh, aku ingin masak makam malam di rumah. Aku sudah belajar."
Javier diam-diam meringis. Kepercayaan diri Cla terlalu kuat. Well, bagus sih. Urusan kantor terselesaikan, masalahnya soal masakan, Cla harus banyak belajar.
Kemampuan Cla terfokus ke kantor, bukan masak.
Cla senyum tipis. Paham bentuk kekhawatiran Javier. Tak harus begitu juga, Cla tak akan meracuni. "Kau tak usah khawatir Javier. Makan makananku tak akan mati kok. Palingan gak enak. Nanti kita masak sama-sama. Kalau gak enak kan hasil bersama."
Claris bersmirk. "Tidak ada alasanmu memarahiku. Well, sudah makan masakanku, kau terlihat baik. Tidak mencret-mencret kan?"
Javier pasrah, perempuan memang selalu benar. Javier tak mampu sekedar lawan.
"Oke."
***
"Minta maaf?"
Mrs Clo berdecih. Javier mengelap keringat halus. Keringat mengalir di sekitar jidat. Mrs Clo memperbaiki posisi duduk. Otak Javier pasti ngeres terus, gerakan itu pun dianggap sensual.
Cla menatap datar. Sebelah alis terangkat. Mommynya jarang bersikap mirip ulat merayap begitu. Bisa dibilang tak pernah. Lihat sikap Mrs Clo, Cla jadi teringat ikut bulu gendung di iklan teh.
Cla menggelaeng. "Ya Tuhan, biar begitu-begitu, Mom orang yang melahirkanku ke dunia."
Cla meringis. Tak boleh, berpikir aneh-aneh mengenai ibu sendiri.
"Tidak, yang salah dia."
"Bukan Mom, yang salah ego. Kalian bertengkar terus, aku yang jadi korban."
"Mom tidak menyakitimu Cla. Jake yang melakukan itu."
Andai di depannya saat itu bukan ibu mertua, sudah pasti Javier bunuh sekalian. Sayang sekali, sikap Javier harus ditekan. Tak mungkin ia marah ke ibu mertua. Javier kesal. Kalau begitu kapan selesai?
Javier sibuk bertanya-tanya.
Cla terbuat dari apa tahan dengan sikap Mrs Clo. Huh, kalau Javier sudah tekanan batin setiap saat setiap detik.
"Aku bukan ingin marah-marah, tapi ini menyakitkan." Cla berucap. Ia muak berada di posisi yang menyebalkan seperti saat itu.
Cla meringis. Lihat kelakukan mommynya, Cla menyerah. Sifat keras kepala tak terbendung.
"Oke Mom. Aku hanya ingin bilang, aku akan tinggal di apartemen Javier. Well, kami sudah menikah."
"Oke, bagus kau bilang, Cla. Mom merasa kau hargai."
Javier bergerak gelisah. Tatapan mommy Cla tajam. Lebih menakutkan sejak pertama kali bertemu dulu.
"Eum...." Mata Javier melihat ke kanan kiri. "Mom, kalau tidak ada yang mau minta maaf, apa yang harus dilakukan?"
"Tidak ada."
Demi kerang ajaib film Spongebob. Bertanya ke Mrs Clo sama seperti bertanya ke kerang ajaib. Buat kepala Javier pusing.
"Kalau begitu kami izin ke dapur, Mom." Javier menyerah. Sudah cukup lebih baik ia menjauh. Sudah cukup. Javier butuh perkembangan pikiran bagus.
"Kalian ingin masak?"
"Em."
"Pergilah."
Cla tarik Javier. Mental Javier mirip remahan roti berhadapan dengan mommynya, Claris sadar. Sampai dapur Cla kurung tubuh Javier. Sekedar ingin melakukan itu. Tak ada maksud lain.
"Hati-hati dengan Mom. Jangan sampai terjebak. Aku tahu bagaimana Mom. Setelah aku lihat-lihat, Mom tertarik ke kamu. Bukannya apa-apa Javier. Kalau Mom kurang ajar menusukku dari belakang, aku pun bisa membalas. Apapun bisa aku lakukan."
Javier meringis. "Bukankah lebih baik kau perbaiki keadaan?" Javier bertanya polos. Cla sampai terpikir soal anak kecil. Penyamaran David dan Javier totalitas tanpa batas. Javier versi anak kecil bertubuh dewasa!
"Huh, menyebalkan. Berkorban perasaan sedikit untukku tak mau, apalagi aku memperbaiki keadaan. Kalau aku tidak cuek dan kuat, sudah lama aku gila, Javier Yunan."
Javier menunduk. "Bicaralah lagi dengan Mom. Aku bantu kok."
Cla berdecak. "Kan sudah pernah kita melakukan itu."
Cla merogoh saku. Ponsel keluar, Cla memainkan lidah dalam mulut. David. Cla ingat ia kasih tugas khusus.
"Sekarang aku sudah tahu siapa pelakunya. Eh, nih anak baru kasih kabar."
Cla berdecak. Saat kesal, kebanyakan hal terjadi ya begitulah. "Sebentar, Jav."
"Oke."
Cle menjauh.
Javier lihat berbagai macam alat masak. Di situ juga ada bahan-bahan. Tinggal masak, setelah itu selesai.
[Halo David. Kamu kasih kabar telat. Aku sudah tahu, kau sih lama.]
[Yanuar kecelakaan.]
Tak perlu berbasa-basi, David berucap.
[What? Terus apa hubungannya denganku?]
[Kau tak ingin menjenguk? Kau tahu siapa yang nabrak?]
[Siapa?]
Lupa sudah pikiran Claris soal penculikan, saat itu Cla terpikir akan hal lain.
[Velo dan Ars.]
Alis Cla mengerut. Muncul satu pertanyaan di otak, sejak kapan Velo sekretaris Arsen Corp berteman baik dengan Ars sekretaris Yunan Corp?
Bukannya Cla kepo. Urusan pribadi Velo bukan halnyang harus Cla pikirkan. Istilah lainnya terserah.
[Oke, aku setuju.]
[Rumahku, sudah kau urus?]
[Sudah.]
Cla mengangguk. Hal pertama yang harus ia lakukan mengunjungi Yanuar. Well, Cla tak serius bertanya, 'apa hubungannya denganku.' Tidak sedikitpun. Yanuar sudah Cla anggap teman. Sejauh itu, belum Cla temukan alasan ia dongkol ke Yanuar.
"Lumayan dibuat geng." Cla bergumam dalam hati. Pas untuk dirinya sendiri. Cla mulai hidup bebas mulai dari Yanuar dan teman-teman kantor.
Cla senyum.
"Javier, ayo. Kita harus pergi."
"Heh, kamu bilang kan mau masak. Lagian hari sudah malam."
"Yanuar kecelakaan."
Wajah Javier datar, sebelas duabelas dengan lantai rumah. Bedanya Javier punya wajah menawan, bukan keramik diukir.
Cla mengela napas, paham isi pikiran Javier. Wajar lelaki itu tersinggung.
Cla mendekat ke Javier, memeluk erat tubuh lelaki tersebut. "Penabraknya sekertarismu dan aku lho, yakin kau tak mau pergi?" Cla memainkan kancing kemeja Javier.
Mata Javier membulat, kaget dengar ucapan Cla. Javier tak mampu berucap. Speechles.
*****