"Sudah sembuh, kan?"
Javier memukul kepala. Di hari libur yang indah, Cla mengiring monster kecil-kecil ke apartemen. Monster bongsor modelan David, Yanuar dan Javier sendiri. Sisanya Cla sendiri adalah monster kecil setengah besar. Monster kecil kekesalan Javier.
"Sudah. Ngapain nih kita dikumpulkan di sini?" Yanuar bertanya.
David mengangguk, satu hal yang pasti, David masih pakai mode anak buah patuh ke atasan. Bedanya David setengah mode. Setengah mode yang lain ketinggalan di kantor Cla. Buktinya David makan kue. Mata sibuk lihat Cla menjelaskan tujuan mereka dapat undangan semi formal.
"Aku mau buat circle."
"What the hell?"
Javier oknum tersangka kehebohan. Sementara itu, Cla diam.
Brak!
Cla pukul meja. "Javier, c'mon." Cla melihat satu persatu antara Yanuar dan David. "Kalian harus ikut, aku gak mau tahu."
David mengangguk. "Satu hal yang mau aku tahu Nona. Visi misi grup."
Cla senyum miring. David mode kehilangan hormat. Sedikit terisnggy, namun lebih banyak tertantang.
Yanuar menyeringai. "David, are you sure? Kau berpikir saatnya menikmati hidup?"
"Ku pikir begitulah." David angkat bahu acuh.
"Sebelum visi misi, anggota perempuan siapa?" David lanjut berucap.
"Aku, Velo, Lily dan Ars."
"Pengecualian Lily. Aku gak mau dia ikut." David berucap serius, air muka sama begitu.
Alis Cla terangkat. "Apa yang salah?"
"Dia buat masalah. Maksudku sumber masalah kalau bergabung. Kau mau terlibat masalah?" David memiringkan kepala. Tatapan tertuju ke Javier.
Cla mengangguk setuju. Ia paham maksud David. David melindungi Lily buat onar ke Javier. Jadi diri atas hubungan mereka. "Oh." Claris mengangguk paham.
"Oke, cukup kami bertiga."
"Visi misi?"
"Party, healing, senang-senang, libur dan refreshing."
"Setuju." Yanuar paling heboh. Sampai kaki terkatuk kaki meja.
"Hahaha, rasain. Memangnya enak?" Javier paling sensitif ke Yanuar, sorak gembira tersebut berasal darinya.
"Sialan." Yanuar berdecih. Botol minuman hampir ia lempar ke Javier kalau tidak ditahan Claris.
"Wow, kau cepat belajar." Yanuar menaikkan sebelah alis. Senang lihat mimik Cla. Kecepatan bergerak Cla patut diacungi jempol.
"Begitulah."
Cla kibas rambut cuek. David menghindar dengan estetik plus cool. Takut terkena kibasan rambut Cla.
"Urus anggota perempuan. Setelah ini kita buat party peresmian."
"Siapa kamu sok ngatur?" Cla mendengus.
David mengerjap bingung. Lupa kalau ia pakai mode anak buah, bukan mafia di bidang hacker. Tak baik.
"Oh, Nona benar. Aku minta maaf."
Yanuar angkat sebelah alis.
***
"Kenalkan ini teman aku, namanya Sray."
Javier jabat tangan Sray. Saat itu Javier berkunjung ke rumah Parklim family bersama Cla. Cla datar, muka sebelas duabelas dengan lantai. Sray sekertaris baru Yanuar. Senyum lelaki itu, Claris tak suka.
Lebih tepat disebut seringai, bukan senyum.
Acara makan berlanjut. Cla hendak izin ke toilet. Tangan Cla mengepal kuat, tangan kurang ajar Sray meremat sedikit lengannya.
"Kurang ajar," lirih Cla.
Bugh. Javier melayangkan bogem mentah ke Sray.
"Jaga tanganmu."
***
"Javier sudah, jangan ngamuk-ngamuk lagi."
"Kamu gak tersinggung, gak masalah disentuh?"
Claris datar. Tangan maju pukul wajah Javier. Biar sadar. Tersisalah Javier pegang pipi bekas dipukul Claris. Claris tarik kerah baju Javier. "Heh, kamu pikir aku gak tersinggung? Aku tampar tuh wajah songong dia. Tapi bukan begini cara tepat, Javier. Marah tuh harus dikontrol."
Claris marah-marah. Mata memutar malas. Tak lama kemudian Cla senyum tipis.
"Kita pulang, gak enak berhenti di tengah jalan."
"Gak mau."
Javier merajuk. Kesal. Mulut mengerucut.
Muncul rasa bersalah. Cla tak sampai hati lihat komuk Javier. Bulu kuduk Cla berdiri. Saat itu mereka berhenti di tengah jalan. Saat merajuk, Javier bersikap mirip anak kecil. Padahal umur asli, lebih tua Javier.
Berhenti di tempat baik-baik bakal beda ceritanya.
"Jav. Yakin kita gak mau pergi?"
"Lha, memangnya salah?" Javier angkat bahu acuh.
"Vier." Cla pukul lengan Javier. "Ini nih di hutan. Kalau mau berhenti ingat-ingat tempat, dong."
Javier mendengus. Pada akhirnya ia mengangguk. Cla sudah takut, Javier tak sampai hati.
"Teman-teman ngajak ke nginap villa angker nih. Setuju?"
"Ngapain ke villa angker. Mau nyerahin nyawa?"
Javier terkekeh. Gemas lihat reaksi Cla. Sembari menghidupkan mesin mobil, Javier berucap. "Menghilangkan stress. Gak bakal terjadi hal buruk, kok. Kamu tenang aja."
"Asal gak buat aneh-aneh, gak melanggar pantangan, benar, kan?"
"Tepat sekali. Sekalian nih ya, villa di kampung pemandangan bagus. Kamu pasti suka. Otak harus direfreh biar nyaman. Beraktivitas terus, otak kaku."
Cla berpikir. Agaknya bagus. "oke, aku tanya ke Velo dan Ars. Kalau mereka ikut, aku ikut."
"Mereka ikut. Rencana ini pun mereka yang atur. Makanya, punya grup tuh dibuka, jangan dianggurin. Cukup aku yang kamu anggurin gara-gara job. Untung kamu nikah sama aku, coba kalau yang lain, bisa-bisa tuh lelaki jajan di tempat lain."
Cla tahu maksud Javier jajan di tempat lain. Kurang ajar tuh orang. Cla sangat ingin sumpah mulut Javier. Terpikir saat itu mobil bergerak konstan, Cla urung niat pukul Javier. Cla masih sayang nyawa. Belum mau mati.
"Ha?"
"Kok aku mencium bau-bau rencana busuk?"
Javier bersmirk. "Bagus kamu sadar. Aku berpikir begitu. Tenanglah, kita pergi ke orang pintar. Sekalian aku lihat, apakah benar atau tidak Ars menyukaiku. Sampai sekarang aku belum terpikir ke arah sana. Well, masih belum bisa dipastikan. Aku cukup sadar, akal sehat masih aku pakai baik-baik, mengajak ke tempat misterius begitu pasti lagi ada maunya."
"Bagus deh kamu sadar." Claris ulangi ucapan Javier. Javier bersmirk lihat tingkah Cla. Claris Arsen cantik dan hot secara bersamaan.
"Tujuan pertama kita ke mana?"
"Dukun."
Bulu kuduk Cla berdiri. Pantas jalan diambil Javier aneh, ternyata toh pergi ke tempat lain. "Gak bisa ditunda besok?"
"Are you scary?"
"Me?" Cla menunjuk dirinya. "Hahaha, you wish."
"Ck, berhenti di hutan sebentar sudah merinding."
Klepak!
Javier pantas dapat pukulan. Toh pukulan Cla adalah pukulan sayang.
"Heh, congormu. Kamu tuh yang banyak takut. Takut ketinggian, takut kecepatan tinggi rollercoaster, terus...." Cla terlihat berpikir. "Takut mati," lanjut Cla.
"Alasan klasik," ucap Javier. "Sekarang kau diam. Aku mode pemimpin mafia, bukan pemimpin bos baby."
"Sialan, dia pikir aku takut." Cla putar mata malas. Rambut diusap pelan.
Javier senyum. Emosinya memang tak terkontrol. Well, saat dibutuhkan, Javier tidak terlalu takut. Di waktu terjepit, ketakutan Javier hilang. Justru ketakutan tersebut berubah jadi kekuatan. Kekuatan terbesar tak terbantahkan.
Javier sudah sering membuktikan.
Javier dan Cla sampai. Mata Cla tak berkedip lihat rumah orang pintar di hadapannya.
"Huh, aura gelap di sini kuat. Kamu serius gak takut?"
"Serius, ayo turun. Don't worry, nih tuh tempat orang pintar langganan aku."
Cla berekspresi seadanya. Bahkan orang pintar pun langganan oleh Javier. "Club langganan, restoran langganan, makanan langganan, sekarang dukun pun langganan." Cla berdecih.
Tangan Cla ditarik Javier. Sekali masuk Cla usap tengkuk. Merinding.
"Halo Mbah. Good night."
Mata Cla mengerjap bingung. Barusan Cla tak salah lihat, Javier high five ke dukun. Tuh dukun berpenampilan khas dukun pada umumnya. Javier benar tidak takut.
*****