Chereads / Relationshi(t) / Chapter 26 - 26 Javier Tegas Mempertahankan Cla

Chapter 26 - 26 Javier Tegas Mempertahankan Cla

"Oke." Cla mengangguk. Ia lihat David pergi menyisakan ruang Cla kosong. Cla ikut kepergian David sampai lelaki itu menghilang di balik pintu.

"Shit, penyamarannya bagus. Dia punya duality sempurna. Baru aku lihat ada spesies orang seperti itu. Javier dan David spesies bunglon kelas atas."

Cla menghela napas. "Pantas saja tidak ada yang tahu posisi dia yang sebenarnya. Aku jadi heran, umur David di CV benar atau tidak?"

Cla meringis lihat usia David ternyata lebih muda setahun darinya. Tahu David mafia berposisi sebagai hacker, Cla minta berkas CV lelaki itu. "Wah, bocah meresahkan ternyata. Oke, dia lulusan terbaik dan aku beruntung dia pilih melamar pekerjaan di Arsen Corp ketimbang perusaan lain." Cla mengangguk-angguk. Kaki mengetuk pelan kaki meja. Tak lama kemudian Cla pun melihat pintu.

Sekitar beberapa kali pintu diketuk sebelum memunculkan si pelaku. Tubuh Cla kaku. Ia lihat Yanuar masuk sembari jas ia perbaiki letaknya.

"Huh, menyebalkan, tak pernah aku tahu akan jadi seperti ini," gumam Claris dalam hati.

"Morning Ms Arsen."

"Arsen Yunan. Mulai sekarang panggil aku begitu."

Yanuar sempat terhenti, langkah santai menghampiri Cla di ruangan terhenti selama beberapa detik.

"Oh, kita bicara di sofa. Duduklah."

Sudah Claris siapkan beberapa cemilan. Nanti Cla akan panggil Velo menyuruh office girl kantor membuat minuman untuk Yanuar.

Yanuar lihat langkah Cla yang anggun gemulai. Yanuar berdecih, ia tertarik dengan magnet pada diri Cla. Jelas-jelas Cla menyukai Javier. Meski begitu Yanuar tak dapat bergantung rasa suka yang ia pikir. Dirinya terus menyukai Cla.

"Kau mau minum apa, Mr Parklim?"

"Kopi americano."

"Oke, wait."

Tangan Cla memegang ponsel. Pergerakan Cla terhenti saat Yanuar terus memperhatikan dirinya. Lebih tepatnya cincin di jari Claris. Cla bersmirk, cincin pernikahan.

Tujuan mata Javier adalah benda itu.

"Jangan menyukaiku, aku sudah menikah dengan Javier." Cla melihat Yanuar sembari telinga fokus ke sambungan telepon.

"Aku juga tidak berharap banyak. Mungkin aku akan memepet adik angkatmu," ucap Yanuar sembari angkat bahu acuh. Sengaja menggoda Claris.

Cla bersmirk, guyonan Yanuar sangat-sangat tidak terhormat. Bukan senyum, yang ada Cla tersinggung lahir batin.

Cla sudah selesai. Sebentar lagi Velo akan bawa minuman pesanan Cla.

"Rekomedasi perempuan baik dong, Cla."

Ucapan Yanuar aneh-aneh, random tak berujung.

"Kita teman?"

Cla mendelik. Lalu ekspresi wajah julid muncul. "Ayo fokus Mr Parklim, aku tidak suka buang-buang waktu."

"Dasar tidak tahu terima kasih, aku mengajarkanmu banyak hal. Kau pasti kaget aku bisa beladiri. Ybaur melihat ke sepatu Cla. "Masih tertarik latihan?"

"Untuk saat ini masih belum, aku sibuk urus perusahaan. Surat resignku tertahan, Mom tidak mau kehilangan pewaris tunggal," ucap Cla sembari bahu diangkat tinggi-tinggi.

"Nona, silahkan diminum."

Tangan Cla menutup bagian dada Velo. Cla seriusan anggap velo adik. Cla tak mau sang adik kenapa-napa. Cla tipe kakak overprotektif. Sejauh itu yang Claris tahu, Yanuar orang menyebalkan, entahlah kalau hal lain pada lelaki itu, Cla masih belum tahu.

"Nona, ada tamu." Velo berucap.

"Siapa?"

"Mr Jake Yunan."

Detik itu juga Cla menatap datar. Mungkin akan ada beberapa hal yang bisa Cla perbuat. Tapi untuk saat itu masih belum. Pernikahan Cla dan Javier mungkin tidak dapat restu Mr Jake. Kemungkinan besar begitulah.

"Suruh masuk."

"Kau yakin?"

Cla angkat bahu acuh. "Well, setidaknya kau dan Dad dekat. Aku penasaran proyek apa yang kalian garap. Bisa kamu ajak Dad bahas di sini."

"Kau presdir paling bar-bar yang pernah aku temui, Cla."

Cla melihat pintu ruang dibuka. Harus Cla selesaikan saat itu.

***

Cla mengetuk-ngetuk jari ke meja. Pikiran Cla penuh. Berpikir dari satu hal ke hal yang lain. Dari sekian banyak tema berpikir, yang paling banyak otak Cla proses soal Mr Jake.

"Anak tak dianggap. Aku korban keegoisan orangtua. Demi anak sendiri tak mau mengalah."

Cla pijat kepala. Beban hidup menumpuk.

"Hancur lebur aku kalau tak bertahan," lanjut Cla. Denyutan di otak lebih kuat.

"Untunglah aku strong."

Senyum miring muncul. Cara Cla bertahan salah satunya dengan membanggakan diri sendiri. Pujian orang luar kurang puas, Cla puji diri sendiri.

"Hah..."

Tok. Tok. Tok.

"Masuk."

Cla tak ingin diganggu, but no problem. Cla harap seseorang itu Javier. Harapan Cla terkabul. Javier tengah menatap lurus. Tatapan penuh penguatan.

"Javier." Cla merengek. Air mata tertahan. Tak ingin menangis, justru air mata tersebut sulit terkontrol.

Secepat yang Javier mampu, ia menghampiri Cla. Merengkuh Cla ke sebuah pelukan.

"Cla, are you oke?"

"No, i'm so sick." Cla menenggelamkan wajah. Mencari kenyamanan.

Air mata merembes. Bisa Javier rasakan Cla menangis. Demi mengurangi beban, Javier usap pelan kepala Cla.

"Aku berusaha keras Javier. Baik Mom dan Dad tak mau mengalah. Demi anak satu-satunya sepertiku pun tetap mempertahankan ego masing-masing. Kalau aku tidak kuat, kemungkinan aku bunuh diri."

Klepak. Javier pukul mulut Cla. Pelukan terlepas. Tak rela perempuan itu bicara aneh-aneh. "Jangan bicara begitu. Aku bawa kabar si penculik kamu."

"Aku tahu."

Cla berdecih. "Orangtua membunuh anak sudah dibilang kejam. Ada yang lebih kejam, orang tua dibutakan hasrat ingin menang. Dad pelakunya. Sayang sekali sampai sekarang aku belum tahu motif Dad."

"Cla."

Pelukan kedua terjadi, kali itu Javier memperkuat rengkuhan. Bisa Javier rasa, tubuh Cla bergetar.

"David dan kamu bisa diandalkan. Bukan aku besar kepala, Vier. Yanuar sepertinya mengharapkanku. Biar aku cari seseorang untuknya."

Javier menggeleng, tak setuju ucapan Claris.

"Nanti jadi pelampiasan, Cla. Kau mau niat baik jadi mak comblang berakhir kamu dianggap nenek lampir? Kasihan perempuan yang kamu suruh dekat Yanuar."

Cla mendelik. Hendak ia lepas pelukan Javier. Sudah tahu sifat Javier, Cla melemahkan tenaga sebentar. Javier tak mungkin lepas pelukan tersebut. Yup berhasil. Javier lengah. Kesempatan itu Cla pakai sebaik mungkin.

Bugh!

Kepala Javier terkena pukulan.

"Shit, Cla kau tak tahu terima kasih. Punggungku sakit."

Javier usap bokong. Bukan kasihan, yang ada Cla berdecih. "Bukan punggung, bokongmu yang sakit," ucap Cla acuh.

"Oh ya. Ayo kembali ke jalan pembicaraan."

Mata Cla menerawang.

"Velo. Aku memilih Velo. Dia akan ku latih siap menghadapi kekuatan titan Yanuar."

Sembari usap bekas pukulan Cla, Javier berucap. Tatapan super serius.

"Oh, mumpung bicara Yanuar, ada beberapa hal yang ingin aku bahas. Dia tahu mengenai organisasi kami. Kau membocorkan sesuatu?"

Keringat halus bercampur besar meluncur di sela-sela wajah Cla. Ada yang sebesar biji kacang, ada juga yang kecil-kecil. Baru Javier bertanya, Cla sudah ketar-ketir.

Perubahan ekspresi dan tubuh Cla terlihat jelas.

"Eum..."

"Oke, cukup." Tangan Javier terangkat.

"Yanuar posisinya masih abu-abu. Aku usahakan dia jadi teman, bukan musuh. Atau paling tidak setengah teman."

*****