"Sekarang sudah larut malam nona Cla, kau tidak tidur?"
Alis Cla terangkat. Pertanyaan bagus. Cla suka gaya Lily. Yang jelas Cla tak akan kalah.
"Oh." Cla mengerutkan kening. "Kau benar. Kalau bukan ada perlu, aku tak akan mengorbankan waktu tidur."
"Lalu apa perlumu denganku."
Cla sedikit tertohok. Tak pernah terpikir akan berakhir begitu, rasanya Cla ingin menelan Lily hidup-hidup. Memang sialan tuh perempuan.
"Aku sudah menikah dengan Javier. Kalau kau masih punya harga diri dan urat malu, jangan mengharapkan javier lagi. Menikahlah dengan David."
Lily bungkam. Untuk sementara Cla anggap ia menang. Sebelum Lily melontarkan kalimat pamungkas balas ucapan menohok, Cla memilih ngacir pergi.
"Pikirkan baik-baik tawaran baik David, kalau kau tidak mau, aku rekomendasikan Velo untuknya. David banyak berjuang dan aku suka semangat kerja yang ia tunjukkan. Beberapa hal yang harus kau tahu, David pun tak kalah kaya."
"Nona!"
Cla berbalik. Barusan ia teriaki. Tengah malam di rumah sakit. "Maaf, seperti ucapanmu aku harus tidur. Pikirkan baik-baik soal tawaranku."
Cepat-cepat Cla pergi. Hampir mirip berlari. Terlihat takut Lily menyusul, mencekal lengan atau salah satu bagian tubuh. Membalik Cla. Cukup terhormat kalau hanya ucapan menohok, ditampar yang paling menyedihkan.
Sampai di suatu tempat, Cla menghela napas. Dirinya mirip atlet lari sampai di garis finish. Napas saling memburu.
"Huh, berasa dikejar hantu. Padahal dia manusia imut dan cantik," monolog Cla. "Lagian aku kok takut? Lily perempuan, aku juga sudah belajar beladiri. Hah… kalau bukan gak mau buat keributan di rumah sakit, sudah aku ladeni. Baku hantam pun gak masalah. Untunglah akal sehatku masih bagus," lanjut Cla ngedumel. Cla tahu yang ia pikirkan.
"Cla?"
Cla berbalik, tepat di depannya Javier menatap datar. Tangan dimasukkan di saku celana. Beberapa hal terpikir oleh Claris, kalau Javier tak baik, dengan senang Cla hati balas perlakuan tersebut.
***
Pagi hari menjelang. Semalam Javier ngomel. Bersikap buruk bagai lelaki itu suami kejam tak sayang istri. Segala bentuk perlakuan buruk Javier, ujung-ujungnya Javier dan Cla tidur satu bangker. Sempit, Cla dan Javier sempat berdebat.
Javier terlalu menganggu. Cla tak habis pikir dengan lelaki itu. Presdir, akan tetapi tidak tahu diri.
"Jav, sudah pagi. Kau tidak ke kantor?"
"Pergi, tapi bukan sekarang."
"Kapan, hari sudah pukul..."
Ucapan Cla terhenti. Ia lihat jam dinging rumah sakit baru menunjukkan pukul 04.30. Jantung Cla berdegup kencang. Gara-gara semalam Cla tidur dengan Javier satu tempat sempit, Claris jadi tak mampu sekedar mengatur diri. Cla pasti terlihat seperti orang bodoh depan Javier.
"Kau grogi? Masa sih sikapmu seperti orang mabuk?"
Cla menutup mulut Javier pakai tangan. "Jangan macam-macam. Aku bukan orang bodoh. Tidurku tak nyaman, kau sih maksa. Tempat sempit keras kepala tidur bersama. Jangan main-main, sana menyingkir, mumpung sudah bangun aku mau mandi."
"Perasaan aku gak sakit parah." Cla lanjut mendumel. Javier senyum lihat kelakukan Cla. Perempuan itu imut. Javier senang lihat wajah Cla imut nan menggemaskan.
"Alat mandimu belum siap, Cla."
Claris berbalik. Harusnya semua serba siap, saat tahu tidak ada, Cla kesal. Ingin rasanya Cla ngamuk.
"Lah, terus, aku harus apa?"
"Tidak apapun, cuci wajah cukup."
Cla mendengus. Ia lihat Javier meraih tab. Oke, Cla akan jadi istri tak dianggap walau tanpa surat perjanjian. Javier terlalu sibuk sampai istri sendiri dianggurin.
Kesal tak terbendung, Cla menghentakkan kaki kuat-kuat. Javier senyum lihat kelakuan Cla. Baru semalam mereka menikah, Cla sudah terlihat menggemaskan. Sikap perempaun berubah 180°.
"Aku ingin menciumnya. Bodoh." Javier memukul kepala. "Kenapa aku tidak minta cium?"
Javier tak habis pikir. "Morning kiss pasti seru," ucap Javier.
Di otak Javier sudah terbayang bibir penuh nan sexy Cla. Lalu bergantian terlintas bibir perempuan yang pernah Javier tiduri. "Oh ya, banyak yang sexy. But, hanya Cla sih yang tubuhnya pas untukku." Javier mengangguk-angguk.
"Heh, bayangin apa kamu?" Baru keluar kamar mandi, wajah Cla sewot. Percuma cuci wajah, toh tak berpengaruh. Wajah Cla kusut walau terlihat lebih segar.
"Bibirmu. Aku mau minta morning kiss." Javier berucap jujur.
Cla mengangguk.
"Hanya morning kiss, jangan yang lain."
"Hem." Bibir Javier maju beberapa centi. Terlihat tak suka ucapan Claris. Tak masalah sih, yang penting Javier dapat ciuman.
Cup. Claris mencium kilat bibir sang sumai. Baru hendak protes, tahu-tahu Claris menarik tengkuk Javier. Memperdalam ciuman mereka agar lebih terasa intes. Lebih daripada itu, Cla lumat sekaligus mengigit gemas.
"Akh."
Javier meringis. Ia pikir bibirnya terluka.
Ciuman Claris lepas. "Sudah, bibirmu manis, aku tergoda luar dalam."
"Kau tergoda atau gemas? Sadar tidak sih bibirku kau gigit?"
"Sadar kok," ucap Cla polos.
Lalu Cla pun tersenyum. "Minggir, aku juga mau kerja. Parkklim buat beberapa penawaran. Well, sebagai presdir profesional. Aku tertarik."
"Kau apa?"
Claris menatap bosan. "Profesiaonal Jav. Toh walau bagaimanpaun hati dan tubuhku milikmu. Kalau dia berani macam-macam, aku tendang adik kecilnya. Sekalian aku ingin cari tahu, dia baik atau tidak. Kalau baik kan bisa aku comblangkan untuk Velo."
"Aku heran, benar atau tidak sih Velo kau anggap adik. Masa sih mau dicomblangin ke Yanuar si duda?"
"Baru rencana Javier sayang. Kau jangan aneh-aneh deh. Soal jodoh bukan aku yang atur. Selama Velo bahagia, aku tak menuntut dia harus menikah dengan siapa." Tak mau kalah Claris lanjut mengoceh. "Yanuar harus menikah biar bisa move on dariku. Aku gak mau dia mengejarku terus. Kan aku sudah menikah. "
"Ya jangan sampai kau mengorbankan Velo."
Javier mendengus. Sementara itu Cla menatap datar. Terserah Javier. Cla menatap lurus.
"Rekomendasikan satu temanmu, kau ada?"
"Tidak, Yanuar sudah dewasa, dia harus tahu perempuan mana yang tepat ia sukai. Tidak punya malu dan harga diri Yanuar masih menyukaimu. "
"Ya siapa tahu dia jadi pebinor. Kan kamu pun juga banyak yang suka. Pelakor betebaran di mana-mana," ucap Cla. Terlihat cuek, Cla pun angkat bahu acuh.
Tangan Javier sempat mengepal, rasa msatah tersebut Javier ekspresikan ke bangker rumah sakit. Javier mengepalkan tangan kuat. Dalam hati Javier curhat. Mencurahkan isi hati yang ia pendam "Huh, anak itu sudah kelewat batas. Perempuan memang merepotkan," gumam Javier dalam hati.
Diam-diam Javier mengeleng.
***
"David, tolong cari siapa yang ingin menculikku tadi malam. Dan satu lagi, periksa keadaan rumahku dekat sungai. Barang-barangku juga kau urus. Ajak Lily ikut bersamammu."
"Katakan padaku kalau dia menolak." vla menatap serius. David kembali ke mode karyawan anteng penuh perhatian. Cka tahu, auranya yang lebih dominan.
"Baik Nona, saya permisi."
Otak ada untuk dipakai, prinsip hidup yang selalu Cla anut.
*****