Chereads / Relationshi(t) / Chapter 22 - 22 Cla Kabur

Chapter 22 - 22 Cla Kabur

"Ini penting, kau tenanglah, aku tidak selingkuh," ucap Cla. Perlahan tapi pasti ia lepas pegangan Javier.

Javier menatap nanar Cla mengambil piring makanan bagiannya. "Aku menghargai makanan. Asal kau tahu, aku sudah mengajukan banding keluar dari posisi presdir. Tapi kau tenang saja, aku bisa urus diriku sendiri. Aku ingin lihat bagaimana respon Mom. Keputusan ini membawa dampak buruk yang lebih banyak, walau bagaimanapun Jav, aku memang perempuan, tapi aku aku anak tunggal."

Cla beranjak. Javier tak lagi mencegah, bisa ia lihat wajah Cla kusut. Sudah pasti perempuan itu dikuasi amarah.

"Hah... Dia cemburu? Biasanya tidak pernah. Dia kan tahu aku sering bermain perempuan. Bahkan lihat aku tidur dengan jalang pun pernah," monolog Javier.

"Perempuan buat pusing." Puas ngedumel, Javier menggeleng. Tingkah perempuan terlalu ribet. Tak jarang Javier bingung.

***

"Sialan, aku tidak bodoh! Agaknya aku harus menemui David nih biar direkrut jadi salah satu mafia. Biar ku bunuh lelaki brengsek." Cla ngedumel.

Cepat-cepat Cla ambil ponsel. Ia ingin belajar menembak lagi. Bertemu Velo dan Lily bukan hal baik. Cla tak mau diintilin Lily.

Setiap pagi Cla dikirim jadwal rapat, hari itu Cla free. Oke, Cla pakai kesempatan itu lanjut menekuni belajar menembak.

Baru ingin menghubungi David, seseorang berdehem. Cla hampir tersedak air liur. Ia lihat Yanuar melambaikan tangan tepat di depannya. Sok akrab.

"Halo Cla."

"Heh, duda curut, kenapa kau di sini?"

Yanuar angkat bahu acuh. "Tadinya aku utusan Kakek menemui Javier, saat lihat kamu di sini, ku rasa tugas negara itu bisa aku kesampingkan."

Yanuar tersenyum miring. "Aku dengar kamu menyebut David mafia," ucap Yanuar. Senyum smirknya makin terlihat jelas.

Bukan keren hingga Cla ketar-ketir, yang ada Cla jijik. Namun tak menutup kemungkinan, Cla terpikir akan hal buruk. Tidak!

Posisi David dalam masalah besar!

Itu akibat mulut tak dapat dikontrol Cla. Cla bingung. Posisi Cla terpojok. Habislah riwayat Cla. Setelah itu David mungkin akan memotong leher Cla.

Masih cka ingat benar aura David sebagai anggota pusat mafia. Seram.

"Cih." Cla meludah. Yanuar mundur teratur. Cla bukan sekedar perempuan panas, Cla mengandung poison.

"Sok percaya diri sekali. Aku pasti sangat menarik sampai omong kosong pun diperhatikan," ucap Cla berbangga hati. Mata menatap Yanuar remeh.

Yanuar menghela napas, kemudian ia pun tersenyum miring. "Aku bisa mengajarimu menembak, beladiri atau apapun. Kau tak tahu otot dan tubuh kekarku ini bukan hanya hasil m gym."

"No! Aku perempuan anggun, mana mungkin belajar beladiri."

"Bagus lho Cla. Kau tak membutuhkan orang lain untuk melindungimu." Seolah tak tahu apa-apa, persis sales meyakinkan calon customer, Yanuar menyampaikan manfaat belajar beladiri.

"Sekarang jam kerja tahu, kau tidak kerja?" Cla coba mengalihkan pembicaraan. Sedetik kemudian Cla lihat ruang kerja Javier. Oke, biar Cla berpikir lagi.

Ia kesal dengan Javier, saat itu tak ada salahnya Cla ikut Yanuar.

"Aku masih belum terikat. Yanuar bukan tipeku sih, tapi dia cukup bisa jadi teman." Cla bertekad dalam hati. Javier tak bisa buat Claris mati rasa. Biar cukup Claris atasi mau ke mana ia bawa hidupnya.

"Don't play with me, Javier Yunan."

Cla mengangguk mantap.

***

"Makan-makan sendiri, mandi-mandi sendiri. Hidup terus sendiri, hidup menyendiri."

Javier tersenyum miring lihat Cla menjemur baju di rumah dekat sungai. Gerakan perempuan itu santai. Seolah masalah hidup tak pernah menghampiri hidupnya.

Mulai saat itu Cla resmi berontak. Tidak pergi ke rumah family Yunan, Cla putuskan hidup sendiri. Banyak panggilan Cla abaikan. Hidup sendiri lebih buat hasrat bertahan lebih menggebu-gebu. Saat di suatu tempat tak dapat hal yang diinginkan, cari ke tempat lain.

Cla akan kembali saat waktu dan situasinya membaik.

"Badan gadis, gak usah repot-repot berpikir soal suami. Aku nikmati dulu hidup sebagai anak pinggiran," monolog Cla.

Senyum tercetak jelas. Mata Cla meneliti baju hasil jemurannya. "Aku sudah ikuti instruksi di internet. Kok kusut begini?"

"Kalau gak bisa urus baju, gak usah dipaksa, Claris."

Bugh!

Javier tak menduga kalau Claris akan memukul. Memang tujuan Javier ingin mengagetkan Cla, tapi bukan pukulan yang harus ia dapat. Dua kali latihan berdampak baik pada tindakan Cla. Tak segan-segan Cla memukul saat merasa situasi tak aman.

"Aduh, Javier!"

Pukulan Cla kuat. Perut Javier seperti ingin memuntahkan apapun yang ia makan. Claris kalut, cepat-cepat ia bawa Javier masuk ke rumah.

"Idoit, kau apa-apaan sih. Hari sudah malam dan kau. Apa yang kau lakukan di sini?" Hati dongkol, meski begitu Cla perlakukan Javier sebaik mungkin.

Cla tuntun Javier duduk di kursi. "Sebentar, aku siapkan air panas. Siapa tahu perutmu lebam."

"Claris Yunan Arsen."

Pergerakan Cla terhenti. Javier memang tidak membentak, namun deep voice mengerikan itu sangat berpengaruh pada diri Cla. Tubuh Cla meremang.

"Apa yang kau pikirkan, kau pikir orang-orang diam kau bersikap seperti anak kecil begini?"

Cla diam. Hari dan perasaan sakit dengar ucapan Javier. Respon buruk, oke, Cla tahu. Cara Javier menyampaikan pengertian kurang tepat. Bukan paham, yang ada Claris kesal.

Claris berbalik. "Orang-orang tahu aku di sini. Paham kok. Mom licik, aku tahu. Selicik apapun Mom, aku yakin ia tidak mencariku. Harga dirinya terlalu kuat. Mom mau, aku yang kembali, bukan dia yang memintaku atau bahkan menyuruhku."

"Kau pewaris tunggal dua perusahaan besar Cla. Posisimu central."

Cla bergeming. Sementara itu Javier lanjut berucap. "Lebih dari pada itu, aku mencintaimu. Bagaimana bisa aku membiarkanmu hidup sendiri meski itu pilihanmu sendiri?"

Air mata Cla hampir tumpah. Apalagi saat Javier memeluk erat dirinya. Cla seperti sudah tak berpijak di bumi sejak Javier merengkuh tubuhnya ke pelukan hangat.

"Aku anak tak diharapkan, Javier. Makanya Mom bersikap keras. Setidaknya Mom masih punya keturunan, aku adalah orang itu. Semua serba perfect dan aku tertekan. Mom tahunya aku harus ikut semua yang ia katakan. Padahal aku tidak suka. Jalanku masih panjang," ucap Cla.

Sesetes air mata turun. Cla tak ingin menangis. Air mata tersebut cepat Cla hapus.

"Kau jahat Vier," ucap Cla. Sudah cukup bermain kucing-kucingan. Cla akan buat pengakuan.

"Kau pasti sengaja buat aku serba salah." Tangan Cla memukul dada bidang Javier.

"Hey berhenti dulu. Aku sulit napas. Kau ingin buat aku mati?"

"Terserah, yang penting kau rasakan sakit sepertiku."

"Kau cemburu?"

Cla auto diam. Saat Javier bicara, Cla jadi terpikir soal harga diri. Memang sudah agak telat. No problem, Cla tahu yang ia pikirkan, tak boleh membiarkan hal buruk terjadi.

But... Cla malu.

"Cla, kau tak apa-apa?"

"Tidak, aku baik," ucap Cla gamblang.

"Asal kau tahu, aku sangat menyayangimu, Claris. Kau bisa mempercayaiku, aku serius menyukaimu. Tidak pernah terpikir olehku berpaling."

"Banyak yang suka kamu Javier. Jangan bicara aneh." Cla mendengus.

"Aku serius, Cla. Kau bisa mempercayaiku."

Mulut Cla mengerucut. Samar-samar matanya melihat ada orang mengintip di luar jendela.

"Kau menjemur pakaian malam-malam Cla, kau aneh." Javier tak sadar ada orang mengintai mereka. Sedangkan cla sudah melihat-lihat yang terjadi barusan.

*****