Chereads / Relationshi(t) / Chapter 21 - 21 Cla Marah ke Javier

Chapter 21 - 21 Cla Marah ke Javier

"Hey, walau bagaimanapun dia mommy aku. Orang yang buat aku lahir ke dunia ini. Mau seburuk apapun sikapnya, aku harus berbakti dengan orangtua. Mom orangtua tunggal."

Bicara soal orangtua, Claris jadi ingat Mr Jake. Belum berselang lama sih tidak bertemu. Meski begitu Claris tak menampik rasa rindu. Tak masalah, Claris ingin menanyakan kabar orangtuanya tersebut.

"Bagaimana kabar Dad, dia tidak pernah menanyakan kabarku?"

"Tidak. Jangankan kamu, Dad bahkan tak pernah menanyakan kabarku. Jangan berharap banyak darinya."

Mulut Claris mengerucut. "Tapi kan, aku anak kandung Dad. Kok aku gak dihargai?"

"Ada yang membicarakanku ternyata. Pantas telingaku gatal," ujar seseorang.

Claris menoleh, saat ia lihat orang itu Mr Jake. Claris tak dapat mengontrol diri, rasa excited membawanya menghambur ke pelukan Mr Jake.

Sayang pergerakan Cla ditahan Javier. Claris langsung menatap kesal. Apa salahnya dia bermanja-manja dengan orangtua kandung sendiri?

Javier menatap Cla seperti menyadarkan Cla. Bahwa orang di hadapan mereka saat itu Mr Jake. Tak perlu berucap, cara menendang Javier mengatakan 'dia memang orangtuamu, tapi kamu anak tak dianggap.'

Langsung kena mental Claris dapat tatapan begitu. Jangan tanya bagaimana perasaan Cla, kepala Cla bahkan sudah mengeluarkan asap.

Pandangan Cla beralih Mrs Jake yang sudah ingin duduk. Benar, dari tingkah orangtua tersebut, tidak ada rasa apapun. Sangat salah kalau Cla berharap dapat bermanja-manja.

Kepala Cla menekuk dalam.

"Claris, ke mari."

Cla mendongkrak. Saat ia lihat, dadnya merentangkan tangan siap menyambut pelukan Claris yang sempat tertunda. Oke, saat itu Claris bisa. Claris ingin dekat dengan sang daddy.

"Vier, c'mon, Daddy menerimaku. Please jangan berlebihan. Kalau Daddy bersikap aneh, aku tak sangat bodoh melawan balik."

Claris menipis tangan Javier. Tangan itu terus menahan. Javier mengalah, Cla kalau sudah menginginkan sesuatu memang sulit dihentikan.

Ingin belajar menembak pun tak bisa dicegah. Setidaknya Cla tahu mana yang lumrah dan tidak ia lakukan. Semua itu sudah cukup baik.

Untuk pertama kalinya, Claris memeluk erat tubuh daddynya. Sosok ayah yang ia bayangkan dalam otak akhirnya nyata, bukan sekedar bayangan lagi.

"Dad, i miss you."

"Really, kalau begitu bisa kau buat mommymu minta maaf pada Dad?"

Pelukan Claris melonggar, hampir tak bisa melakukan hal apapun. Claris seperti di ambang-ambang hidup dan mati. Dirinya bingung.

Tak jauh dari tempat itu tangan Javier meremas kuat sopa. Tindakan Javier tergantung sikap Cla.

***

"Menurutmu aku harus apa?"

"Lihat kondisi mommymu, bisa atau tidak disuruh minta maaf," ujar Javier. Tidak ingin ribet-ribet.

Saat itu Javier tengah membuka berkas kantor. Di sebelah lagi, berada tak jauh darinya terdapat laptop untuk mengurus tugas sebagai ketua mafia.

Cla berada di pangkuan Javier. Tangan Cla memilin baju yang Javier pakai. Tidak hanya Javier yang bekerja, Cla pun begitu. Sekretaris sekaligus asisten pribadi Claris disuruh mengerjakan sebagian tugas.

Sudah punya dua karyawan, rugi kalau tidak dimanfaatkan baik-baik.

"Lily itu juga kerja sebagai editor penulis flatform. Aku sudah menyediki tugasnya."

"Oh."

Sejak Claris tahu Javier mafia, lelaki itu sudah tidak sehumble dulu. Justru Javier terkesan dingin. Claris paham calon suaminya sedang sibuk. Mau melakukan apapun, Javier pantas mendiamkan Cla.

"Oke, sudah aku putuskan Vier, aku akan berusaha dulu. Mom keras kepala, tapi bukan berarti aku langsung menyerah."

"Kau tahu Cla?"

"Apa?"

Claris menatap Javier lurus, saat ia lihat, wajah Javier suram. Wajah serius yang kelebihan, sehingga bukan aura gelap lagi yang terlihat melainkan suram mirip suasana di dorm berhantu.

"Apa?" Cla kembali mengajukan pertanyaan. Ia lihat Javier tak kunjung berucap. Kening mengerut menunjukkan betapa Javier tengah memikirkan hal berat.

"Hey."

Plak. Pukulan paling ampuh menyadarkan Javier. Kalau Javier melamun, lebih baik dipukul.

Javier akhirnya tersadar, ia menatap Claris serius. "Mommymu Cla, dia full naked depanku. Dia..."

"What!?"

Cla bangkit, kurang perhitungan, kepala Cla bertabrakan dengan dagu Javier. Sakit. Javier tak menduga ia akan dapat sikap tiba-tiba Cla.

"Hati-hati, daguku sakit."

"Sorry. Kau bilang apa? Mommyku keganjenan?"

Cla menggeleng tegas. Membayangkan mommy Cla menggoda Javier, kepala Cla pusing. Pada akhirnya Cla pun menghela napas. Hal mengerikan tersebut lebih baik Cla buang jauh-jauh.

"Serius Cla. I don't lie."

Claris menjauh dari Javier. Betapa pun sikap mommynya buruk, Cla sering kecewa, bayangan Mrs Clo membesarkan Cla sendiri tak pernah Cla biarkan. Cla tak mungkin main-main. Berpikir aneh-aneh terhadap sang ibu, tidak. Cla masih harus berpikir dua sampai tiga kali.

Dirinya tahu yang ia pikirkan.

"Jav, Mommy buruk. I know, walau bagaimanapun dia yang membesarkanku."

"Lalu hidupmu seluruhnya ingin kau serahkan ke mommymu? Sadar Cla. Aku tidak tahu isi pikiran mommymu, tapi yang aku tahu, dia bermuka dua."

"Coba kau tanyakan maksudnya. Dia ingin menguasai hidupmu. Bahkan tubuhmu mungkin adalah miliknya, baik dari atas sampai bawah."

Mata Cla terpejam. Tak tahu harus menyikapi info mengejutkan Javier. Cla bingung. Dirinya penuh hal buruk menguasi otak.

"Oke, nanti aku tanyakan," putus Cla. Dcla sangat bingung.

Tok. Tok. Tok.

Claris beralih fokus, saat ia lihat orang yang masuk tersebut nona Ars. Cla menghela napas, bersyukur posisi ia dan Javier tidak saling berpangkuan.

Kalau iya, sudah habis diri Cla. Malu!

"Ini makanan Anda, Pak."

"Lalu ini untuk nona Cla."

Cla mengangguk, tak lama kemudian ia pun menatap lekat makanan di hadapannya.

"Ars, nanti temui aku. Berikan proposal kemarin."

"Baik Pak, saya permisi." Nona Ars menunduk. Ia pun mohon undur diri. Cla menghela napas.

"Kau pernah mencicipi tubuh nona Ars?"

Saat Cla lihat, Javier menatap tajam. Cla ambil kesimpulan Javier tak suka ada orang menyinggung sang sekretaris. Oke, Claris pun cukup overprotektif terhadap Velo. Padahal Velo perempuan. Bagi Cla, Velo adik perempuan menggemaskan yang harus dilindungi.

"Jaga mulutmu Cla, Ars beda dengan perempuan mainanku. Aku bermain pun dengan jalang, tak pernah dengan perawan. Jangan berpikir buruk mengenainya."

Di balik pintu Nona Ars tersenyum, ia belum pergi. Dapat hal yang ia inginkan, barulah Ars pergi menjauh.

Cla mendengus, sikap Javier lebih dari atasan pada bawahan. Bagi Cla begitulah.

"Oke."

Cla melihat ponsel, ia harap akan ada seseorang menghubunginya. Setidaknya satu. Tak masalah orang itu Velo, Lily, David atau bahkan Yanuar. Yang penting Cla ada alasan pergi. Habis Javier menyebalkan. Cla tak mau makan siang dengan orang itu. Cla marah.

Harapan Cla terkabul. Si penelepon pilihan terakhir, Yanuar!

"Jangan angkat." Javier melihat sekilas ponsel Cla, sejak tahu Parklim adakah keluarga kandung, meski Javier tak mau, ia simpan kontak Yanuar.

Nomor Yanuar pun dijafal Javier di luar kepala.

Cla mendengus.

"Kamu baru calon suami Javier. Mom bilang dia menyuruh kita menjalin hubungan lebih dulu. Dan yang tak kalah penting. Banyak perempuan menyukaimu, sakah satunya Lily. Oke, kau hot. Kau pantas berada di posisi ini," ucap Cla acuh.

"Maaf, singkirkan tanganmu," ucap Cla. Dirinya ingin pergi tak peduli Javier marah atau bagaimanapun.

[Oke, aku akan pergi. Sampai jumpa.]

"Cla." Javier tahan tangan Cla.

*****