Chereads / Relationshi(t) / Chapter 19 - 19 Claris Tak Biar Hal Buruk Terjadi

Chapter 19 - 19 Claris Tak Biar Hal Buruk Terjadi

"Kau bisa menembak?" Otak Cla penuh gambaran mafia. Memegang pistol, darah, pisau, basoka, bom, dan yang tak kalah penting, manipulasi. Bunglon seperti mereka jelas sulit terdeteksi.

Cla tak paham, ia bingung terhadap isi pikiran sendiri. Tak tahu hal baik. Bagi Cla,akal sehatnya mulai membawa ia gila.

Mind driving crazy.

Melihat Javier bungkam, Cla berdiri. Wajah merah menahan marah. Seumur hidup baru kali itu Cla merasa sangat-sangat dibodohi. Cla pintar, tak pernah merasa bodoh.

"Jawab sialan!"

"Cla jaga sikapmu," ucap Mrs Clo.

"Di hadapanmu mafia."

Javier mengigit bibir. Cla kuat, untuk ukuran perempuan, tenaga Cla di luar batas. Cla bisa melakukan apapun.

"Benar," ucap Javier.

Cla membuang wajah.

***

"Jadi apa saja yang kau lakukan?"

Cla melihat-lihat markas Javier. Lebih tepatnya ruang senjata. Tepat seperti dugaan Claris, pistol, pisau, gas air mata, abu perusak penglihatan, senapan, bahkan bom pun berada di situ.

Besar rasa marah Claris tak membuat penasaran Claris hilang. Melihat dunia baru, diri Claris menggebu-gebu ingin mempelajari dunia tersebut.

"Boleh aku belajar menembak?"

Mata tajam Claris tertuju ke sebuah pistol. Ekspresi Claris datar, tidak menunjukkan emosi. Di balik itu, perasaan Claris menggebu-gebu, tak sabar belajar menembak.

"Are you sure?"

Claris melihat Javier. "Kau lihat keraguan di mataku?" Javier menghela napas berat. Bukan hanya sebab Claris pintar ia menempati posisi presdir. Mata Claris menunjukkan jikalau suka hal-hal baru. Tak peduli hal tersebut mengandung aspek bahaya.

Hidup Claris terbiasa datar.

"Di umurku yang sekarang, belum terlambat mempelajari beladiri. Kau tak perlu khawatir, tenagaku cukup kuat. Bukankah kalau ingin menikah denganmu aku harus pantas?"

Mata tajam Claris menyipit. "Tergantung scala cangkupan duniamu, kalau besar, kau punya banyak musuh. Aku tak mau menyusahkanmu, jadi aku harus punya kekuatan sendiri."

Javier gusar. Menghargai apapun yang ada pada Claris, isi pikiran kaku, semuanya, Javier tak menampik apapun. Claris adalah perempuan kuat.

Tapi soal saat itu, tidak, Javier harus membatasi Claris. Semangat Claris tetaplah menggebu-gebu. Iya untuk hal baik, tapi kalimat mengenai hal berbahaya.

"Perempuan ada untuk dilindungi, Cla," ujar Javier mulai tidak sabaran.

"Kau mau lihat aku mati?"

"Tidak." Cepat-cepat Javier menggeleng.

Senyum misterius muncul di wajah Claris. "Nah, itu kau paham. Ayo, aku tak masalah bukan kau yang melatih. Rasa penasaranku tak memperdulikan siapapun yang aku lihat."

"Cla..." Javier mulai merengek. Saat itu cocok disebut mafia bukan Javier, akan tetapi Claris.

Claris memutar mata malas. "Javier." Cla memegang bahu Javier. "Hear me. Kematian tepat depan mata. Baik kau dan aku harus tidak tahu kapan akan mati. Kau mafia, duniamu gelap. Saling gelapnya darah bagai air, bukan sesuatu yang sakral. Ayo, kita tak punya banyak waktu."

"Jangan merengek," ucap Cla menekankan hal yang ia rasakan. "Aku marah, kau menyembunyikan hal penting seperti ini di belakangku. Harusnya hal seperti ini tidak terjadi, Javier yang terhormat. Belum pernah aku merasa dibodohi sampai jadi idiot." Cla merajuk, tangan dilipat di dada sembari mulut menggembung lucu.

"Oke, follow me," pungkas Javier. Harus Javier yang mengalah. Claris tak bisa dibiarkan.

Mata Cla tak berkedip. Hari sudah malam. Penerangan bagus dan Claris pikir saat itu sudah cukup. Hasrat menggebu-gebu kebebasan depan mata Claris.

"Pistol ini. Pegang."

"Eeh?" Cla sudah menduga pistol berat, walau begitu tak menutup kemungkinan Cla tidak kaget. Pistol tersebut terjatuh kalau saja Javier tak membantu Cla.

"Payah, kau pikir ini mainan?"

"Heh, aku baru pertama kali pegang benda seperti ini. Jangan marah-marah, ajari aku cara menahannya."

Mulut Javier mengerucut. Cla sangat-sangat menyebalkan. Mulut dan tingkahnya elegan, tapi tak menutup kemungkinan buat sebal.

"Pegang seperti ini."

Mata Cla tak beralih barang sedikit. Wow, sensasi luar masuk sempurna di otak Cla.

"Pusatkan tenagamu di lengan dan tubuh. Efek kejutan nanti bisa membuatmu terhuyung."

"Em."

"Kau mendengarkan atau tidak?" Javier marah-marah. Claris kesal, mata terfokus ke depan. Satu objek melekat sempurna di mata Claris.

Hitungan detik...

Dor!!!!

Tubuh Claris terhuyung, mata Cla membulat ketika Javier berada tepat di belakang menahan agar tidak jatuh.

"Aish, lenganku sakit," cicit Cla.

"Idoit," ucap Javier. Perkataan dan isi hati Javier tak singkron, ucapan boleh kasar, di balik itu sebenarnya Javier mengkhawatirkan Cla.

Tak buang banyak waktu, Javier menarik Cla. Membalik posisi Cla agar berada tepat di depannya. Memeluk erat tubuh cantik tersebut.

"Sialan, kau membuatku takut."

Tiba-tiba Claris mewek. Tak pernah terpikir olehnya akan dipeluk begitu. Peluru keluar menembus target, malah jagung Cla yang sakit. "Hua Javier, sensasinya kok buat sakit. Tapi menyenangkan," ucap Cla. Air mata mengalir.

"Kamu sih idiot."

"Shut up. Aku sakit hati, tahu gak."

Claris menenggelamkan wajah di dada bidang Javier. Mencari kenyamanan. Bau parfum fernomon menyeruak di indera penciuman Cla.

"Kita ulang. Hati-hati atau aku setubuhi kamu di sini."

"Heh!"

Claris hendak beringsut mundur. Aura Javier aneh. Baru dalam pelukan pun Claris tahu kalau Javier aneh. Pasti saat itu Javier tengah menatap mesum.

"Awas," ucap Cla saat Javier hendak memeluk. Cla tak akan tinggal diam, apapun yang Javier lakukan, Cla tak ingin habis di tangan lelaki itu.

"Hehehe, jangan takut Claris cantik, aku tak akan macam-macam."

"Ehem."

Cla mengalihkan pandangan. Mata Cla tak berkedip lihat David. David!

Karyawan di Arsen Corp!

Javier diam, dirinya memposisikan tangan di dada. Posisi khas bos angkuh. Tak banyak yang tahu, David teman Javier dan mereka cukup dekat.

David berposisi sebagai hacker.

"Ada masalah?"

"Dia sudah tahu?" David menunjuk Cla. Saat itu David menguarkan aura 180° beda jauh saat di kantor.

Saat bertemu pandang, tubuh Cla bergetar.

"Oh." Claris mengangguk paham.

"Kau berposisi sebagai apa di sini, David?" Cla bertanya. Tangan kembali meraih pistol. Biar lebih terlihat keren. Cla tidak mau kalah saing.

David harus tetap di bawah aura Cla. Bukan di dominan.

David angkat bahu acuh.

"Hacker. Aku juga bisa bermain senjata api," ujar David sembari melihat sebentar target tembakan. "Pemula yang ceroboh. But, tembakanmu bagus. Jarang ada orang bisa capai target itu untuk orang baru." David mengangguk-angguk. Terkesan dengan kemampuan Claris.

"Kau tolong keluar, aku ingin mengajari Claris." Javier mengibaskan tangan. Seolah David salah lalat.

"Oke, aku akan tunggu di luar. Nanti kita bicara."

Claris mendengus. Baru kali itu merasa sangat-sangat bodoh.

"Cih, tertipu dua kali bukan hal baik, ya. Sensasinya seperti aku orang paling bodoh sedunia."

"Cukup ngedumel Cla. Lanjut belajar."

Cla mendengus, sejak David muncul, Javier mulai menunjukkan sisi lain. Sisi yang bagi Claris seorang mafia sejati.

***

"Lily bilang ingin kau yang tertanggung jawab."

"Terus?" Bukan Javier yang mengatakan hal tersebut, tapi Claris. Ia sudah yakin menikah dengan Javier. Penghalang Claris malah Lily.

Claris tak akan membiarkan hal itu terjadi.

*****