Javier gemas, tak habis pikir dengan sikap Cla. "Pulang, Claris cantik hot nan mempesona," ujar Javier. Tangan terangkat seperti ingin mengucek-ngucek wajah Cla. Pokoknya penampakan Cla sangat tak layak lihat.
Pikiran Javier membayangkan ia mengucek baju kotor yang ada noda besar di sana.
Berkas di tangan Martin ia pakai memukul Javier. Mulut lelaki itu sudah di luar batas. Beberapa hal dapat Cla maklumi, yang satu itu sudah tidak.
"Diam. Oke, kita lakukan. Jangan bicara lagi atau aku akan membunuhmu."
"Iya, aku diam cantik. Sekarang ayo kita pergi." Javier bangkit. Bersikap membawa pulang Claris termasuk tugas suci nan berharga. Harus dilakukan.
Cepat, tidak Bokeh tunda-tunda waktu.
"Harus sekarang?"
"Tentu cantik," ucap Javier. Rona merah di pipi Claris mengatakan kalau Javier mungkin bisa menggoda Claris. Maybe sesuka hati.
Senyum Cla makin lebar. Persis anak gadis perawan malu-malu taik kucing. Masih dengan wajah sama, Cla mendekati Javier. Dahi Javier mengerut lihat kelakuan Cla.
Saat Cla mendekat, Javier menjauh semampu yang ia bisa. "Awas kamu. Jangan memukul, kesabaran orang ada batasnya, Claris." Emosi Javier menggebu-gebu. Sekitar satu detik, Javier mengalihkan pandangan.
Keputusan Cla bisa berubah kalau ia main-main. But, saat itu Javier tidak main-main, ketika Cla bersikap aneh, disana letak tanda pukulan datang.
Javier ingin ambil jalan aman, kalau bisa ia dan Cla tidak bertengkar. Javier harus bawa Cla kembali ke rumah.
Cla tersenyum sinis. Setelah itu ekspresi tersebut berganti senyum tipis. "Bagus, kau sudah paham bagaimana aku. Ayo. Mom tidak suka menunggu."
Cla bangkit. Javier sontak mengusap dada pelan. Tak dapat ia tampik, dirinya takut. Tak pernah ia tahu benar akan berakhir buruk. Cla adalah teka-teki gelap.
"Ibu dan anak tak jauh beda. Buah jatuh tepat di akar pohon." Javier mengusap dada.
Angkat bahu sebentar, Javier pun mengikuti Cla.
***
"Mom."
Muak menunggu tanpa kepastian, Cla pegang bahu sang ibu. Duduk nyaman di kursi sudah Cla dan Javier lakukan. Memberi ruang untuk sang ibu pun sudah. Saat itu Cla pikir ia cukup diam.
Tatapan Cla penuh pengharapan. Sekali kabur sudah buat ibunya marah besar, apalagi kesalahan lain. Cla tak dapat membayangkan sikap dingin atau bahkan marah tersebut diekspresikan berbentuk tindakan nyata.
Serang, maybe.
"Mom, bicaralah."
"Kau tetap ingin menikah dengan bocah ini?"
Javier tegak 100°. Mrs Clo menunjuk Javier. Terbersit niat di otak Javier ingin menurunkan jari Mrs Clo. Jari Mrs Clo tepat di depan wajah. Javier takut nanti kelepasan mencolok matanya.
"Kau yakin dia baik? Nanti hidupmu bagaimana, Claris Arsen?"
Javier melihat ke arah lain. Dalam pikiran Javier Mrs Clo bermuka dua. "Modelan seperti ini cocok masuk casting perfilman," pikir Javier dalam hati.
"Masuk film aja, Bibi."
Javier tersenyum setengah memaksa dapat tatapan super menakutkan Mrs Clo. Sudah Javier usahakan sebaik mungkin ia sembunyikan sikap buruk calon ibu mertua. Agaknya Javier harus berpikir dua kali kalau masih ingin menyembunyikan. Mrs Clo tak pantas dapat anggapan baik terus.
"Maksudmu Javier?" Claris bertanya.
"Ah..." Javier melirik Mrs Clo sekilas. Senyum lebar terus ia berikan. Senyum sudah, sikap sopan apalagi. Semuanya tanpa terkecuali Javier berikan.
"Begini, bukankah Mrs Clo, kita harus bicara baik-baik. Masalah film dan aktingnya bisa kita bicarakan. Setiap orang pernah menonton film walau hanya sekali. Jadi Bibi... ayolah kita bicarakan baik-baik."
"Kurang ajar," Mrs Clo bangkit. Cla menatap mommynya kaget. Tak tahu sebab sikap tiba-tiba mommynya. Cla menatap mommynya dari atas sampai bawah. Melihat bingung.
Javier hampir kelepasan tertawa lepas. Ekspresi Cla mirip orang bodoh. Javier berani sumpah, Cla terlihat berbeda. Hilang seluruh aura Cla. Gelap, no!
Cla imut dan menegaskan walau terlihat bodoh.
"Jangan menyindirku."
Javier menggeleng. "Tidak Bibi, maksudku ayo bicara baik-baik. Bisakah Bibi katakan apa yang harus kami lakukan?"
Mata Mrs Clo berkilat marah. Sedetik kemudian menghela napas, tak ingin lanjut marah. Tatapan bingung Cla bagai pedang menghunus tepat di jantung. Begitu Mrs Clo menilai Cla.
Cla makin bingung saat mommynya duduk.
"Apa yang kau suka darinya, Claris?" Melaui ekor mata Mrs Clo melihat Javier.
Mrs Clo menatap kesal. Satu-satunya point plus Javier adalah pintar dan bisa melindungi diri. Selebihnya Javier adalah lelaki tengil tak punya sopan santun.
Belum pernah ada lelaki muda nan kurang ajar mengusik ketenangan Mrs Clo. Baru Javier satu-satunya.
Otak Cla ngelag, Cla pintar, dapat pertanyaan bukan seputar pengetahuan umum, justru pusing kepala Claris.
"Oh." Mata Cla bergerak gelisah, ingin tahu penyampaian benar. Jawaban pas. Cla melirik Javier sekilas.
"Dia humoris Mom, dia punya duality menyenangkan. Orang kaku sepertiku." Cla menunjuk dirinya seolah berkata, 'ini lho aku, aku punya kepribadian begini.'
"Aku kaku. Pasangan hidup seperti Javier pasti cocok," lanjut Cla percaya diri. Bangga terhadap jawabannya. Betapa pun Cla sebenarnya jijik dengan ucapan sendiri. Tapi sudahlah, terlanjur diucapkan.
Tugas Cla mempertahankan aura. Only it.
"Dia mafia Cla. Kau benar dia punya duality. Sebelum mencintai orang lain, cari dulu asal usulnya. Selama ini kau hidup realistis."
Cla menatap Javier kaget. Mata hampir akan keluar dari tempat. Napas Cla memburu, tak paham yang ia pikir.
"Benar, Javier Yunan? Pekerjaan hoby maksudmu itu?"
"Mafia?" Cla bertanya tanpa mengalihkan pandangan sedikitpun dari Javier. Tatapan Cla menuntut.
Yang pantas disebut mafia bukan Javier, tapi Claris. Aura Claris menunjukkan bentuk kekuatan mutlak.
Tangan Javier mengepal kuat, tanpa sadar ia melihat Mrs Clo yang tengah tersenyum miring. Tatapan tersebut mengatakan, 'habislah kau.'
Javier menunduk sedetik kemudian kepala tersebut kembali tegak. "Iya, jika kau tidak bisa menerima, aku akan mendapatkanmu dengan cara lain."
"Javier Yunan!" Suara tawa menggema di seluruh ruangan. Tawa tersebut berasal dari Claris. "Mana ada mafia takut ketinggian dan cepat?" Sudut mata Claris mengeluarkan air mata. Tangan memegangi perut. Tak kuasa dengan sikap Javier yang kelewat batas.
"Mom, aku tahu soal Javier. Dia." Claris menunjuk Javier. Javier harus memundurkan wajah saat Cla melakukan itu. Tak ingin mata tercolok jari Claris.
Dua kali Javier berhadapan dengan jari buat takut.
"Dia penakut. Tidak mungkin baby Dugong ini mafia."
Mrs Clo mengeram marah. "Katakan Javier, atau aku tunjukkan buktinya. Sejak kamu dibawa Cla ke sini, aku menyelidikimu."
Tak banyak orang tahu pekerjaan hobi maksud Javier. Javier khawatir ada yang berkhianat di belakangnya.
"Siapa?" Javier mengimami di benaknya. Napas Javier tak teratur. Sibuk berpikir mencari jalan keluar.
"Cla." Javier memakai suara deep. Tawa Cla langsung berhenti. Oke, julukan bayi Dugong tak lagi pantas untuk Javier. Saat itu Javier menguarkan aura berbeda. Aura gelap.
"Bibi benar, aku mafia."
Mulut Cla mengangga lebar. Tak pernah terpikir olehnya kalau Javier mafia. Sangat tak mungkin Javier yang lemah menggeluti dunia mafia tiada akhir. Wajah Javier boleh macho. Tetap saja sikapnya mirip anak kecil. Dengan seluruh otak pintar Claris, ia tak percaya Javier menggeluti dunia hitam.
*****