Chereads / Relationshi(t) / Chapter 17 - 17 Javier Menyuruh Claris Pulang

Chapter 17 - 17 Javier Menyuruh Claris Pulang

Saat nona Ars lihat, Javier sudah beranjak. Dahi Ars mengerut bingung, ia harus melakukan sesuatu.

"Aku sudah hilang kesempatan, pak Yunan?" Ars menatap pintu tempat Javier pergi hingga tak terlihat.

Ars menggeleng, pekerjaan tengah menunggu.

Javier mengendari mobil dengan kecepatan tinggi. Selama perjalanan ia menghubungi seseorang.

"Aish sial. Aku sebegitu buruk sampai telepon pun tidak diangkat?"

Javier mengerutu. Sedari tadi ia menghubungi Mrs Clo tapi tidak diangkat. Javier terpikat akan sesuatu. "Eeh iya, Mrs Clo tidak menyimpan nomorku. Mana mungkin dia tahu aku yang menelepon."

Javier menggeleng. Ia harus bergerak cepat.

"Huh, menyebalkan," ucap Javier pelan.

Javier menarik napas panjang. Ia sampai di tempat tujuan. Rumah family Arsen. Nama Arsen tertulis besar-besaran di gerbang rumah.

"Ini istana, bukan rumah," ucap Javier sembari menatap lurus pak satpam.

"Pak, tolong buka pintu gerbang. Aku ingin bertemu Mrs Clo."

Satpam heboh. Ia mengenal Javier. Wajah Javier, Cla dan Yanuar bergabung pada tajuk berita pemimpin perusahaan berkompeten.

Puas heboh, satpam tersebut menangkupkan tangan. "Maaf Tuan, Mrs Clo tak ingin diganggu."

"Biarkan aku masuk, kalau kau dipecat, biar aku merekrutmu."

Tawaran menggiurkan. Meski begitu satpam buka tipe orang tak setia, selama itu ia hidup berkat family Arsen.

Javier mengela napas. Ia tatap rumah megah family Arsen.

Javier keluar dari mobil.

"Saya mohon, Pak. Sekali saja, sisanya nanti biar saya yang tanggung."

Javier menangkupkan tangan. Ia harus melakukan sesuatu. Usaha Javier tidak sangat sia-sia, Javier berhasil. Pak satpam membiarkan akhirnya membiarkan Javier masuk. Hati satpam luluh.

Senyum lebar Javier berganti smirk saat ia selesai bicara begini.

"Terima kasih Pak. Lain kali aku traktir makan," ucap Javier. Jempol kedua-duanya ia berikan pada satpam.

"Hati-hati Pak, suasana hati Mrs Clo tidak terlalu baik."

"Oke, tak masalah. Aku tak akan melakukan apapun."

Untuk terakhir kalinya Javier senyum. Mata tajamnya menatap tak berkedip rumah family Arsen.

"Halo Mrs Clo."

Kebetulan Mrs Clo di ruang tengah, tepat di hadapannya ada laptop. Javier tahu calon ibu mertuanya tersebut tengah sibuk.

Segelas cokelat di meja, tak lupa ada berbagai macam jenis buah dan makanan ringan.

"Kau tetap datang? Sengaja aku tidak mengunci pintu. Kemarilah, kita bisa bicara."

Bulu kuduk Javier merinding. Semoga tak terjadi hal buruk. Sejujurnya Javier takut. Aura Mrs clo menakutkan. Pancaran tersebut tak mampu Javier tampik.

Lebih kuat dari aura gelap milik Claris.

"Ehem."

Javier duduk tepat di hadapan Mrs Clo.

"Bisa kau menjauhi puteriku?"

"Tidak bisa," ucap Javier. Ia tak mungkin melakukan ucapan Mrs Clo yang menjelma jadi perintah mutlak sekalipun. Javier sangat mencintai Claris.

Mrs Clo menghela napas. "Kau rela melakukan apapun demi menikahi putriku?"

"Tentu," jawab Javier mantap. Tak tersirat keraguan apapun darinya, ragu tersebut adalah pengecualian garis keras.

"Oke."

Mrs Clo bangkit. Javier terdiam membeku di tempat. Tepat di hadapan Javier, Mrs Clo membuka jubah kebesaran yang ia pakai. Masih ada pakaian dalam dipakai Mrs Clo.

Secepat yang Javier mampu, ia langsung mengalihkan pandangan. Napas Javier mulai tak beraturan. Mrs Clo Bokeh sudah berusia lanjut, namun tubuh indah itu seperti tak menua. Kencang dan tentunya cantik.

"Sialan, calon ibu mertuaku gila," lirih Javier dalam hati.

"Kau tahu maksudku, Javier Parklim Yunan?"

"Tahu, aku tahu," ucap Javier. Matanya tak berani melihat Mrs Clo.

"Cla pasti akan sangat kecewa, Mrs Clo. Anda memalukan," ucap Javier gamblang. Untuk kali itu Javier tak ingin merasa salah, sebab memang itulah yang terjadi. Mulut Javier tak bisa bohong.

"Dia mulai berontak, jadi bisa kau beri saran mengendalikannya?" Mrs Clo memiringkan kepala, menatap Javier tanpa berkedip.

Tangan Javier terangkat, sebelum itu ia menghela napas panjang. Sudah sering Javier lihat perempuan full naked. Tangan Javier sedikit bergetar, tidak terlalu terlihat sebab Javier dapat mengendalikan diri dengan baik.

"Pakai dulu pakaian Mom. Aku anak, bukan lelaki."

Mrs Clo mendengus, ia pun kembali memakai jubahnya. Tatapan terlihat santai. Posisi Mrs Clo tetap duduk nyaman di kursi.

"Sudah."

Javier memejamkan mata sebelum akhirnya berani melihat ke Mrs Clo. "Shit!"

Javier terjungkal. Sekali buka mata Mrs Clo berada tepat depan wajah. Suara tawa menggema. Javier terlihat seperti orang idoit, persis anak orang hilang di tengah kerumunan.

"Apa saranmu? Hilangkan Jake, aku membencinya."

"Tidak bisa rujuk?" Javier bangkit, ia menatap Mrs Clo lurus. Tak dapat ia pungkiri, rasa takut menghantuinya lebih jauh. Tepat setelah Javier bicara, ia pukul mulut.

Javier akui ia bodoh. Ia bahkan belum tahu apapun soal apa yang terjadi antara Mrs Clo dan Mr Jake.

"Tidak."

Mrs Clo melipat tangan. Tak terlihat sedikitpun rasa khawatir. Elegan berhasil menutupi rasa lain. Tak terkecuali rasa menyebalkan yang mati-matian Mrs Clo lupa.

Soal segala hal buruk, semua itu tak pernah baik dalam beberapa alasan.

"Bagaimana kalau bertemu sekali saja? Aku sudah membujuk Dad."

"Tidak perlu. Jawab pertanyaanku, kalau kau tidak bisa. Pergi." Mrs Clo berucap tanpa melihat sedikitpun ke Javier.

Kalau Javier tipe orang mudah takut, ia pasti akan langsung tersinggung dapat perlakuan begitu. Sangat buruk.

"Aku sibuk."

Mrs Clo kembali fokus ke pekerjaan. Javier menelan ludah sulit. Ia terjebak situasi sulit. Bukan diusir yang Javier pikirkan, akan tetapi lebih buruk dari itu. "Aku akan keluar dari perusahaan Yunan Corp. Aku punya usaha sendiri."

"Kau kan mafia."

Glek. Anak dan ibu tak jauh beda, sama-sama panas. Javier menetralkan ekspresi kembali.

"Bawa Claris pulang dulu. Waktumu sampai malam ini. Sekarang pergi, aku tidak mau menampungmu makan di sini."

Tangan Javier mengepal. Ia diremehkan, tapi Javier tak punya pilihan. Ia harus pulanb. Untuk saat ini seperti itulah.

Keluar dari rumah, bulu kuduk Javier berdiri.

"Huh, di sini pasti ada hantunya," celutuk Javier.

***

"Aku serius Cla. Kau harus pulang. Tenanglah, aku ikut bersamamu. Kau tak perlu khawatir."

"Terserah Javier, aku tidak mau."

Cla keras kepala. "Kau tak tahu bagaimana Mommy. Dia licik."

Dengan sepenuh hati Javier setuju. Bayangan tindakan gila Mrs Clo menari-nari di otak. Selama Javier hidup, ia tak pernah dapat pengalaman horor. Pengalaman paling horor ketimbang lihat hantu langsung adalah saat disukai calon ibu mertua!

Javier berani jamin.

"Aku tahu."

"Kau tahu apa?"

Cla menatap penuh selidik, detik itu juga Javier pikir ia sudah melakukan kesalahan. Demi menutupi kesalahan tersebut, Javier mengangkat sebelah alis. Tangan menggaruk kepala.

Javier tak masalah ia terlihat menye-menye. Toh Javier terbiasa tampil apa adanya depam Cla.

"Mata kalian." Javier menunjuk Claris tepat di mata.

"Cara kalian menatap menakutkan, tentu aku tahu. Gelap seperti kalian menunjukkan dua sisi. Satu ambisius kerja, satunya lagi ambius hal baik untuk dirinya." Javier angkat bahu acuh. Lidah seperti menari dalam mulut.

Puas berdebat, Cla duduk, ia tak mungkin berada di keadaan itu terus. Biar ia yang atasi lebih baik. "So, aku harus melakukan apa?"

Cla gusar. Ia tak mau pulang. Sampai kapanpun tidak pernah. Daripada pulang, lebih baik Claris menyendiri di rumah pribadinya.

*****