Chereads / Relationshi(t) / Chapter 16 - 16 Sekertaris Javier Menyukainya

Chapter 16 - 16 Sekertaris Javier Menyukainya

"Nona." Valo serba salah, ia selalu ikut ke manapun Cla pergi. Di mana ada atasan, di situ ada sekertaris atau tidak asisten pribadi.

Bohong Velo jarang terlihat. Soal Cla melindungi Velo, itu baru benar. Tapi sudahlah, Velo pikir tidak ada yang salah. Benar. Velo pun jarang terlihat.

"Aku mengenalnya kok. Penampilannya tidak banyak berubah." Yanuar melihat Velo seperti meneliti. Menelisik seolah-olah dengan perhatian intens itu, Yanuar dapat mengetahui kepribadian Velo. Pertanyaan Yanuar tadi ingin menghisap Cla, tidak lebih.

Padahal jangankan dapat tahu, warna kepribadian yang merupakan hal besar pun Yanuar tak mendapatkan hal tersebut. Sangat jauh.

"Duduklah, sekalian kamu coba masakan perdanaku."

"No nona. Anda tidak pernah memasak."

"Ya terus?"

Cla menatap garang. Aura gelap khas pemimpin kejam muncul. Aura yang sering Cla perlihatkan pada karyawan dan seluruh aspek perkantoran.

Velo menatap datar, ia terlalu realistis untuk tidak tahu harus terjadi. Dalam bentuk apapun, Velo sangat-sangat jujur.

"Nona, Anda pintar. Kepintaran pun ada batasnya, tidak semua hal dapat Anda atasi, Nona."

Tepat setelah Velo berucap, Cla mengendus. Benar ia payah soal dapur. Masakan Cla, Cla pun juga memakannya kok, dan hasilnya tidak sangat buruk.

"Dusuk dulu. Kau lihat mereka." Tidak takut sedikitpun, Cla menunjuk orang-orang di meja makan. Tak terkecuali Mr Jake. "Mereka tidak mati," pungkas Cla gamblang, lalu kembali fokus melihat Velo. Cla mengusap wajah. "Oke, masakan ini kelebihan micin. Aku tahu mereka minum air banyak tadi, tapi mereka tidak mati," jelas Cla panjang lebar sehingga menjadi luas. Cara Cla menjelaskan seperti guru.

Velo adalah anak kecil bandel.

Pada akhirnya Velo menyerah. Sekilas ia melihat jam, sudah saatnya mereka pergi.

Cepat-cepat Velo menuang air di gelas, teko air tidak jauh-jauh, seolah benda itu adalah oksigen yang mana jika tidak dipakai, maka akan mati.

Yanuar tak berkedip lihat Velo makan masakan Cla tanpa jeda. Pastilah tengah berperang dengan waktu, cara makan seperti orang kesetanan.

Makanan di piring tandas, tepat setelah itu Velo minum air. Sekitar tiga gelas lenyap di perut Velo.

"Sudah nona, seperti ucapanmu. Masakan ini tidak terlalu buruk. Semangat, lain kali aku akan mengajari Anda memasak."

Cla terkekeh yang dipaksakan. Velo sangat-sangat bisa diandalkan dalam situasi apapun. Demi waktu, Velo rela memakan masakan perdana Cla yang rasanya sangat-sangat tidak enak. Tapi bagus sih.

Cla bangga.

"Ya sudah, ayo ikut aku. Ini bukan rumah orang lain. Itu." Untuk kedua kalinya Claris menunjuk Mr Jake tanpa rasa takut.

"Dia adalah daddyku."

"Sugar Daddy?"

Klepak. Bukan Claris memukul, Velo sendiri yang melakukan hal tersebut. Memukul mulut. Velo sadar diri ia salah berucap. Velo lancang. Jelas-jelas Velo mengatai Cla secara tidak langsung. "Maaf Nona." Valo kembali menunduk dalam. Berharap dengan begitu maaf ia dapat. Sebuah pengampunan pasti.

Klepak. Nah pukulan satu ini baru Claris yang lakukan. Ia muak lihat kelakuan Velo.

"Jaga mulut kamu vel, mana ada presdir perempuan berkompeten sepertiku punya sugar daddy. Dia Daddy, ayah kandung aku."

Selama Cla hidup, ia lupa kapan terakhir kali bicara sangat menggebu-gebu. Ia tak pernah melakukan itu sejak apapun yang ia pikirkan. Hidup Cla cenderung diam dan berjalan konstan.

"Jangan aneh-aneh, ayo pergi."

Cla menarik Velo masuk ke kamar Javier.

"Cla." Javier hendak berucap. Claris sudah lebih dulu memotong. "Aku pinjam kamar kamu sebentar," ucap Cla.

Velo menatap sembari mulut mengangga lebar. Kamar?

Lumrahnya, banyak hal buruk terjadi. Contohnya otak setengah polos Velo berpikir aneh-aneh. Dua orang berlawanan jenis memakai kamar sama, mustahil tak berpikir aneh-aneh mengenai itu.

Claris sadar, ia menoyor kepala Velo yang setengah polos tersebut.

"Jangan berpikir macam-macam, aku dan bayi Dugong itu hanya tidur."

"Bayi Dugong?" Wajah Velo persis orang bodoh di perempatan jalan. Bukan orang gila.

Claris mengibaskan rambut dengan sebegitu elegan. "Maksudku Javier. Mulai sekarang dia bayi Dugong," ucap Cla acuh.

"Tapi...?"

Deg. Keringat dingin mengalir di sela-sela punggung Cla. Javier belum membersihkan kamar.

"Dasar pemalas," ucap Cla lirih.

"Nona, kalau kamar berantakan begini, pasti bukan hanya sekedar tidur," celutuk Velo sembari mata mengerjap lamat.

"Sialan," Claris mengumpat dalam hati.

***

Lupakan soal adegan romantis. Cla tak berangkat kerja dengan Javier ataupun Yanuar. Cla lebih memilih sekretaris imut dan setengah polosnya. Sekretaris Cla lebih baik dari dua pilihan.

Dalam bentuk apapun, Cla tak ingin pusing. Cukup dia yang menjalani hidup dengan dirinya. Sesuatu yang menyebalkan, Cla ingin menghindar. Ada kesempatan menghindar, Cla pakai cara tersebut dengan baik.

Kali itu Cla yang menyetir. Catat dan camkan, bukan Velo.

"Velo, jangan kepincut lelaki jahat. Kamu baik, harus dapat pasangan hidup yang baik juga."

"Baik Nona, terima kasih atas sarannya."

Kaku. Cla hampir akan meringis kalau tidak ingat ia punya kepribadian yang lebih dingin. Klop, baik Cla maupun Velo punya sifat tak jauh beda.

"Ada clientku menggodamu?"

"Tidak ada, aura Nona melindungiku ampuh."

Velo bicara seadanya. Cla angkat bahu acuh, baginya Velo adalah adik. Cla tak punya saudara. Sekelebat pikiran muncul, bagaimana wajah sang kakak?

Akankah mirip dengannya?

Cla serius bertanya-tanya. Tak pernah Velo Suga ia punya kakak.

"Hiks." Cla mengusap hidung.

Velo melirik Cla, ingin mencari tahu atasannya tersebut melakukan apa. Velo tersadar ada hal aneh.

Velo menatap datar, ia lihat sudut mata Claris memerah, menahan air mata. Velo tahu. Sembari melihat ke arah lai, Velo berucap. Cara Velo memberikan perhatian begitulah.

"Jangan ditahan Nona. Menangiskah kalau ingin menangis. Hati-hati nyetir saja Nona, saya masih muda, belum menikah."

Cla menatap sinis, tidak ia tunjukkan langsung ke Velo sih, Cla melakukan hal itu sembari menatap lurus. Keselamatan lebih penting.

"Jangan main-main, kau pikir aku mau mati. Aku juga masih muda, bukan cuma kamu."

Dengan telaten Cla memarkirkan mobil di parkir khusus petinggi perusahaan.

"Aku akan resign," ucap Cla gamblang.

"What!?" Kaget Velo tidak main-main, mata bulat indah tersebut hampir akan keluar dari tempat asal. Mata indah nan bulat. Mata belo.

"Terjadi sesuatu Nona?"

"Iya, ayo turun, aku cerita secara singkat di ruangan."

Velo mengangguk. Ia tak sampai hati melihat sang atasan.

***

Javier duduk nyaman di kursi kebanggaan. Berkas, laptop, tab yang menampilkan grafik berada tepat di depan Javier. Pikiran Javier tidak fokus. Ada banyak hal yang ia pikirkan saat itu.

Yang paling banyak adalah mengenai Mrs Clo.

Javier melihat jam, sudah hampir mendekati makan siang. Oke, ia harus melakukan sesuatu. Tiba-tiba Javier bangkit. Sekretarisnya menatap bingung.

"Nona Ars, saya harus pergi. Kita percepat jadwal istirahat. Sampai jumpa."

"Maaf Pak, Anda mau ke mana?" Nona Ars bertanya sopan. Sembari bertanya begitu, Ars menunduk penuh hormat.

Javier maklum, meski begitu urusan tersebut bagi Javier bukan ranah Ars. Tidak boleh.

"Maaf, bukan urusanmu. Segeralah cari pacar yang serius nona Ars. Sepanjang hidupmu tak mungkin kamu pakai bekerja terus."

"Eh?"

Nona Ars menatap lurus. Bingung tak disembunyikan. Tidak banyak yang tahu, Ars menyimpan rasa terhadap Javier.

*****