"Javier, come here." Cla muak lihat kedua orang itu berdebat terus. Lebih baik Cla pisahkan.
"Kau." Cla menunjuk Yanuar. "Kalau ingin sarapan di sini tak masalah. Satu syarat, jangan buat keributan."
"Oke." Yanuar mengangkat satu jempol. Ia merasa kembali ke masa-masa muda. Tak jadi teman hidup, Cla cukup menjelma menjadi teman biasa. Tak masalah.
Hal pertama yang ingin Yanuar lakukan, ia ingin berteman dengan Cla.
"Masa mudaku yang sesungguhnya dengan cara ini, pasti seru," tekad Yanuar dalam hati.
Javier bersmirk. Bangga ia yang dipanggil Cla, bukan Yanuar. Di sana, jelas-jelas Javier yang menang, bukan Yanuar. Perbedaan sangat jauh.
Yanuar melihat aktivitas Cla memasak bersama Javier.
"Aku sudah cukup dewasa, sih. Tak mudah jealous," gumam Yanuar dalam hati. Senyum tipis senantiasa nangkring indah di sudut bibir.
***
"Ehem."
Bertepatan suara tersebut, Yanuar berbalik. Matanya bertemu pandang. Mata tajam penuh ambisi milik mr Jake mengambil alih. Yanuar suka tatapan begitu.
Langkah Yanuar pelan. Bukan hubungan antar paman dan keponakan, Yanuar memperlakukan Mr Jake seperti teman sepantaran.
"Halo Mr Jake. Morning."
Mr Jake memasukkan tangan di saku celana santai. "Morning Yanuar. Kau menonton drama sweet pagi hari?"
"Ya begitulah." Yanauar mengangkat bahu acuh. Tak lama kemudian ia pun tersenyum.
"Bisa kita bahas projek? Aku sudah bosan lihat pemandangan sweet terus," ucap Yanuar santai. Mata melirik Javier dan Claris. Setelah itu mata tersebut memutar malas.
"Belum, aku masih kaget. Cla, kenapa kau ke mari."
Cla cepat balas ucapan Mr Jake. Tak ada waktu buang-buang waktu. Cla terpikir ia harus kembali kerja.
"Aku kabur Dad. Daddy bersedia menampungku sementara waktu?" Tatapan Cla khas orang memohon. "Aku janji tak akan merepotkan Daddy."
Mr Jake memiringkan kepala.
"Hubungan kita belum dekat Cla, kau tak punya rasa tak nyaman?"
"Dad...."
Javier hendak masuk ke pembicaraan itu, sayangnya Claris lebih dulu memotong, tak membiarkan Javier ikut campur. Claris tak ingin ada keributan di pagi hari.
"No problem Vier." Cla mengusap bahu Javier pelan, mata Cla kembali fokus pada daddynya dan Yanuar yang juga tengah melihat padanya.
"Dad orangtuaku, aku anak satu-satunya. Tak mau menampungku?" Cla menggembungkan pipi.
Mr Jake mengalihkan wajah. Sikap Cla di luar pikiran. Tak terduga.
"Shit," ujar Mr Jake pelan, tetapi masih bisa didengar semua orang. Reaksi Cla menatap datar. Lebih datar dari lantai. Wajah menggemaskan hilang bagai ditelan bumi.
***
Sarapan pagi hari berlangsung khidmat. Baik Yanuar, Javier, Mr Jake maupun Cla tak ada yang bicara. Keempatnya sibuk makan.
Cla beranjak lebih dulu. Tiga lelaki menatap Cla bingung. Cla hampir kelepasan tertawa kalau tidak ingat orang-orang di hadapannya saat itu serius bingung. Bukan berekspresi bak orang bodoh.
Cla senyum tipis. "Maaf, aku sudah selesai. Ada seseorang yang harus aku sambut. Sekretarisku mengantar keperluanku."
"Lelaki atau perempuan, Cla?" Yanuar bertanya. Terlihat walah tak senang.
Javier memegang erat sendok. Cukup sudah ia abai soal rasa makanan. Perjuangan Javier besar!
Setelah perjuangan tersebut ada orang lain mendekati Cla, otak Javier ada asap yang keluar. Javier kesal. Javier harus menandatangani nomor satu untuk Cla. Yanuar tak boleh dekat-dekat Claris.
"Perempuan," Jawab Cla pendek.
"Maaf, aku harus pergi. Kalian lanjut makan. Untuk percobaan pertama, hasil masakanku tidak terlalu buruk. Nanti aku belajar lebih giat agar hasilnya baik. Maaf ya pagi hari kalian harus makan makanan percobaan."
Yanuar heboh, tangan menyilang sembari bergerak. Memberi sign ia baik. Tak masalah, serius, Yanuar ikhlas lahir batin sarapan pagi makan masakan Cla.
"Gak apa-apa Cla, hasil masakan kamu gak terlalu buruk, kok."
"Sana pergi Cla."
Cla mendengus, tak peduli orang di hadapannya saat itu ayah penyumbang sel yang membuat ia terlahir ke dunia. Mr Jake mengusir Cla.
"Aku pergi."
Wajah Cla kentara kesal.
Baru satu langkah Cla pergi, Yanuar dan Javier menuangkan air ke gelas banyak-banyak. Masakan Cla terlalu banyak pakai micin.
"Aku heran kenapa dia pintar. Dia bilang masih ingat cara mamasak, ternyata benar cara masak doang, tidak dengan takaran bumbu," celoteh Yanuar. Gelas kedua sudah tandas.
Yanuar berjuang keras menahan dirin, saat itu hal tepat untuknya menyampaikan isi otak. Masakan Cla buruk.
"Kau." Javier menunjuk Yanuar. Mata menatap tajam tepat menusuk di hati dan pikiran. "Cla pintar, soal urusan rumah saja dia payah," Javier membela Cla. Tak dipungkiri sih, ia teriksa. Lidah dan kerongkongan Javier sakit.
Tersiksa luar dalam.
"Makan tuh cinta. Cla tidak sempurna. Manusia manapun pasti punya kekurangan," ujar Mr Jake nimbrung ke pembicaraan Yanuar dan Javier. Ia harus cepat bergegas.
"Terserah sih."
Yanuar angkat bahu acuh.
Sementara itu...
Claris menatap lurus Velo. Wajah merengut tak mau dipaksa-paksa pun terlihat. Sekilas dapat Claris lihat wajah tertekan Velo. Lihat wajah-wajah seperti itu, Claris terpikir akan beberapa hal.
Ada dua orang bujangan di dalam rumah, oke, Claris bisa memulai aksi.
"Masuk," ucap Cla. Ia memberi ruang untuk Velo masuk ke rumah.
Mata Velo membulat. Mana mungkin dia masuk!?
Masih ada banyak hal yang harus Velo lakukan!
Pekerjaan menumpuk.
"Nona, saya datang sekalian menjemput nona. Sudah saya pikirkan dengan baik. Nona boleh tinggal dengan saya. Dari pada di rumah orang seperti ini."
Wajah Cla sempat datar. Harga diri Cla seperti diinjak-injak. Menyebalkan, Cla tak biar ia tidak dihargai. Apalagi harga diri diinjak.
Velo salah paham. Mr Jake bukan orang lain, orang tua itu adalah ayah Cla. Claris pun pilih-pilih tempat untuk ia tinggali. Tempat di mana ia bernanung untuk sementara waktu. Tak boleh main-main dengannya.
"Masuk."
Mata Velo masih membulat, Cla menarik paksa Velo masuk. Saking kuatnya lebih tepat disebut menyeret. Seburuk-buruknya perlakuan Cla dalam segi pekerjaan, tak pernah Velo pikirkan ia akan tamat di tangan Cla. Seperti Cla menyuruh Velo aneh-aneh. Sikap Cla saat itu sangat-sangat di luar batas.
Menyeret lho.
"Nona, Anda. Nona!"
Pergerakan Cla terhenti. Selain sudah sampai, hal itu terjadi sebab Velo membentak. Orang-orang di meja makan menatap kaget. Yanuar yang paling heboh. Lelaki itu sampai hampir terjungkal. Untung gerak refleks Javier berhasil menyelamatkannya. Andai kata tidak terselamatkan, sudah pasti Yanuar tergeletak tak berdaya di lantai.
Krik. Krik. Krik. Tak ada apapun yang terjadi. Beberapa detik berlalu sampai menyentuh angka semenit, masih belum ada yang berucap.
Cla menatap datar, untunglah saat itu Cla mengesampingkan hal yang ia pikir, ia pun membawa Velo duduk dekat dengannya.
Claris bersikap seperti tak terjadi apapun. Diam terus.
"Nona, aku minta maaf."
Baru sedetik duduk, Velo bangkit, di tangan masih ada perlengkapan Claris. Perempuan tersebut menegakkan kepala setelahnya menunduk dalam.
Claris memijat kepala. Sembari tersenyum setengah memaksa, Cla memperkenalkan Velo. Masih memperhatikan aspek elegan. Cla tak main-main saat berbunga dengan harga diri.
"Perkenalkan, dia Velo sekretarisku. Dia jarang terlihat, aku terlalu menyayanginya sehingga saat aku rapat ataupun perjalanan dinas, dia jarang muncul. Anak ini terlalu polos."
Cla memperkenalkan Velo dengan baik. Velo baik. Cla ingin melindungi Velo sebaik mungkin. Walau tak jarang mempermainkan perempuan tersebut.
*****