Chereads / Relationshi(t) / Chapter 10 - 10 Rahasia Hancurnya Hubungan

Chapter 10 - 10 Rahasia Hancurnya Hubungan

Cla menunduk. Harus ia beri kejelasan pada Yanuar. Bercinta satu kali sebab kecelaaan bukan berarti mereka berjodoh. Cla bahkan belum menentukan tambatan hati, ke mana ia akan berlabuh walau sering menghabiskan waktu dengan Javier.

Setidaknya, Cla serius ingin menikah dengan Javier. Tertarik Cla ada pada lelaki tersebut.

"Sendiri," pungkas Cla. Senyum tak nyaman muncul. Javier adalah orang pertama yang tak terima. Saking tak terima, lelaki itu sampai berdiri. Tangan Javier mengepal kuat, ia ingin memegangi pundak Cla, menyalurkan pikiran. Berharap dengan itu mereka menjadi lebih baik. Penyampaian pikiran tercapai. "Cla, baru kali ini aku menjemputmu. Ayolah ikut denganku."

Claris menghela napas. Dirinya menatap Javier berusaha menenangkan.

"Biar adil javier, nanti kita bicarakan lagi. Tapi bukan sekarang," ujar Cla hampir memelas. Claris sangat anti dengan wajah-wajah seperti itu.

Terlihat wajah penuh kekecewaan di wajah Javier, tak ia sangka akan terjebak situasi menyebalkan seperti itu. Penyaluran rasa kesal, Javier mungkin harus memukul sesuatu. Terkadang emosi Javier menggebu-gebu.

"Oke, sampai jumpa," pungkas Yanuar. Ia pun berdiri.

Javier menatap penuh benci. Tak dapat Javier pungkiri, ia mulai merasa diabaikan. Tersaingi serta semua hal, Javier rasa posisinya terancam. Claris dan ibunya mungkin akan lebih condong ke Yanuar.

"Vier, kamu pergilah duluan. Kita bertemu di kantor. Ingat, kita ada rapat," pungkas Claris. Javier hanya memoyongkan mulut. Saat Claris lihat, Yanuar bangkit.

"Bibi, saya undur diri. Terima kasih atas sambutan baiknya. Permisi."

Javier kesal, walau begitu ia mengalah. Claris keras kepala. Apapun yang ia pikirkan harus terjadi, terlebih hal itu mengandung aspek baik.

Javier ikut berdiri.

"Bibi, aku juga izin pergi. Terima kasih."

"Baiklah, kalian hati-hati."

Seperti biasa, Claris hendak mencium pipi ibunya sebelum berangkat kerja. Baru selangkah bergerak, Mrs Clo menarik tangan Claris. Alhasil Claris bertatapan dengan ibunya.

"Claris. Andai Javier Yunan tidak ada hubungan apapun dengan si brengsek itu, Mom akan setuju."

"Andai?" alis Claris tengkat. "Maksud Mom, Mom tidak setuju aku menikah dengan Javier?"

"Iya," ucap Mrs Clo lantang. Cara menatap datar penuh tuntutan Claris tangkap dari mommynya. Karakter itu yang ditanamkan kuat-kuat pada Claris, bahwasanya dengan snag ibu harus pantai-pantai melihat peluang. Harus pandai-pandai menyikapi hal yang dihadapi.

"Apa asalan Mom." Cla duduk, demi dengarkan Mrs Clo lebih baik. Biar Cla tunda sebenat niatnya ke kantor.

Claris tak nyaman tak mengetahui apa-apa. Baik apapun itu, Cla ingin tahu semua hal.

"Yunan mengambil sebagian aset Arsen. Kalau tidak begitu, label Yunan tak terbentuk."

Mata Claris membulat, dalam pikirannya terlintas kalau sang ayah licik. Sedikit banyak Claris menerka-nerka, inilah yang Claris pikirkan. Sikap ibunya mendidik Claris keras sebab masa lalu. Hal yang menimpa ibunya.

"Sebegitu burukkah? Alasannya apa Mom?"

Helaan napas terdengar, Claris miris melihat nasib yang menimpa sang ibu. Hati Claris luka melihat tatapan penuh kesedihan mommynya. Tujuan Claris hidup adalah membahagiakan Mrs Clo. Untuk pasangan hidup, memang Claris menolak dituntukan.

Claris bukan boneka yang hidupnya diatur sedemkian rupa. Hidup dan cara Claris membahagiakan Mrs Clo adalah hal berbeda. Banyak cara dapat Claris tempuh untuk membahagiakan orang tua tersebut.

"Buruk sayang." Mrs Clo turut bersimpuh duduk dekat Clo. "Mom akui dulu Mom egois. Jake Yunan berasal dari keluarga biasa."

Mata Claris membulat. Secepat kilat langsung muncul beberapa kemungkinan di otak.

"So, Mom bersikap semena-mena? Harga diri Dad pasti terluka, Mom."

"Bukan Mom." Mrs clo berkilah. "Bukan sayang, tapi Grandma and Grandpa. Lelaki yang baik haruskah membalas mengambil harta? Mom sakit. Sebab ketimpangan strata sosial itu, Jake sensitif. Setiap kali Mom dekat dengan lelaki, dia marah. Oke, sikap Mom keras kepala. Walau bagaimanapun, bukankah tugas seorang kepala keluarga menuntun arah jalan keluarga tersebut? Tapi Jake tidak. Dia mengambil jalan balas dendam ekstrem. sebagian aset sayang, setelah itu Mom marah dan minta cerai. Di sini siapa yang korban? Mom atau Jake?"

Claris bungkam. Tak tahu harus melakukan hal seperti apa. Pertanyaan yang Claris dapat beda. Ketakutan menyerang diri Claris.

"Shit, pertanyaan serius menyangkut hidup lebih sulit dari rumus matematika berbelit-beli," gumam Claris dalam hati. Claris tersenyum getir.

***

"Sialan." Claris meraih telepon kerja. Ia harus melakukan sesutu.

[Halo, tolong panggilkan David sekarang. Aku tak mau menunggu.]

[Baik Nona.]

Sangat jauh, Velo meenghela napas. Presdir perempuannya sangat anti dengan kalimat terlambat. Kalau terlambat, yang ada bisa habis.

David datang, keringat mengalir di sepanjang punggung sejak Martin datang. Sensasi menegangkan Claris setiap kali memanggil karyawan masuk adalah hal yang tak dapat ditampik. David berusaha postif thinking kalau orang di hadapannya saat itu bukan ingin marah-marah.

"Silahkan duduk. Santai saja denganku, kau tak perlu takut."

"Oke."

Claris sangat ingin terkekeh lihat tingkah David. Karyawan satu itu terkenal sangat taat peraturan, lalu yang tak kalah penting adalah sopan.

"Kau dekat dengan Lily, bisa kau katakan bagaimana dia?"

Teringat ucapan Mr Jake. Claris mungkin akan menanyakan hal itu nanti.

"Dia cerewet. Anda pasti akan muak."

Mata Claris mengejap lamat-lamat. Otak Claris yang terbiasa berpikir cepat langsung berproses, dalam pikirannya Lily pastilah merepotkan.

"Lupakan dulu soal ini sementara. Kau memberi seseorang soal perintahku mengenai Lily?"

"Tidak Nona." Claris mengangguk. Percaya pada ucapan David. Kalau David bukan tipe orang pandai berbohong, David jujur.

"Terus?"

"Terus apa, Nona?"

Mendadak David bodoh.

"Kepribadian Lily."

Dahi David menyeryit. Ia ingin bertanya apa maksud Claris bertanya. Otak David berpikir ada yang tak beres. Sayang, lebih kuat rasa takut. Jadi David tak bertanya.

Claris bertanya polos.

Hilang sudah citra Claris sebagai presdir seram nan tegas, saat itu Claris terlihat seperti anak kecil penuh rasa ingin tahu. Andai David tak ingat Claris adalah atasannya, sangat-sangat David pertimbangan tertawa lepas.

Wajah Claris lucu.

Tak mau dimarahi, David berucap cepat.

"Merepotkan, suka makan, rempong, lucu, imut dan menakutkan. Lily menyeramkan saat marah."

"What? Ya Tuhan, jauhkan aku dari spesies orang sperti itu. Aku tak sanggup lama-lama dengannya."

"Ya begitulah Nona. Saya sarankan Nona tidak berurusan dengan Lily, biar saya urus Lily."

Sebelah alis terangkat, tatapan datar langsung terlihat. Claris kembali ke mode menyeramkan yang sering David lihat sebelumnya.

"Kau siapa memerintahku?" tangan Claris diposisikan di dada angkuh. Tak lama Kemudian Claris mendesah, ia kesal berada di keadaan itu terus.

"Maaf Nona. Anda bertanya seperti ingin menghubungi Lily. Aku sarankan lebih baik jangan. Jarang lho Nona ada orang menawarkan sepertiku, aku tidak minta apapun dari Nona."

"Kau benar." Claris bangkit. Spontan tubuh David berdiri tegak. Ia menangkap sinyal kurang baik.

Tatapan ambigu Cla cukup menggetarkan tubuh siapapun, tak terkecuali David. Cla penuh intimidasi.

****