Chereads / Relationshi(t) / Chapter 8 - 08 Javier Tidak Lemah

Chapter 8 - 08 Javier Tidak Lemah

"Kau bagaimana sih?"

Javier marah-marah, menurutnya Claris tak menghargai dirinya. Kesal menguasai Javier. Javier serius gak tahan naik rollercoaster, ketidakbisaan tersebut malah dibuat jadi olok-olok oleh Clarissa.

Javier tahu, Claris tipe orang perfectsionis, tapi lama-lama sikap perempuan itu menyebalkan. Ada beberapa hal yang harus serta tidak dianggap pantas benar-benar lemah.

Javier dengan seluruh kepintaran padanya tahu benar kalau Claris tengah memojokkan Posisinya. Claris menyebalkan.

"Maaf," ucap Claris. Ia tak suka dimarahi. Suara Claris mulai tak terkendali. Lemah. Selama dimarahinoekh sang ibu, Claris mati-matian menahan diri agar jangan sampai menangis.

Claris terpikir akan sesuatu.

"Kita minum es lemon. Rasanya akan mengurangi mualmu."

"Gak mau. Kau cepat ke mari, aku mau cium." Javier menunjuk bibir. Tak masalah ia menyinggung hal lain. Sekalian Javier ingin menggoda claris.

Untuk sejenak Claris ngebug. Tak paham harus melakukan apa.

"Ah ya..."

"Jadi kalian di sini?"

Javier melihat ke belakang tempat asal suara. Orang itu sangat tidak diharapkan kedatangannya. Sebab kedatangan orang tersebut, Javier harus mengatakan selamat tinggal untuk ciuman. Tak masalah, suatu saat nanti akan Javier tagih.

Pokoknya soal ciuman dengan Claris, Javier tak boleh sampai ketinggalan.

***

Tepat di sana ada Mr Yunan. Sejak tahu Mr Jake bukan ayah kandung, sedikit banyak anggapan Javier berubah. Tak lagi sebaik dulu. Sejak kecil memang terdapat perbedaan pemikiran antara Javier dan Mr Jake.

Sangat santai, Javier menghampiri sang ayah. Tangan dimasukkan di kantong celana. Setelan Javier santai, akan tetapi tak pernah melupakan barang yang ia suka, yaitu saku celana.

"Dad kenapa ke sini?"

Jake tak melihat Javier, dirinya lebih tertarik ke Claris. Tujuan Mr Jake ke sana adalah menemui putrinya. Yang ditatap mendekat. "Halo Dad." Tangan Claris terulur, ia ingin mencium tangan sang ayah. Sayang sekali Mr Jake hanya bergeming.

Jake mendesah lelah. "Melihatmu mengigatkanku pada ibumu," ucap Jake. Sedangkan tangan Claris masih senantisa bergantung di udara. Jangan tanya betapa Claris kecewa, tak pernah terpikirkan olehnya akan berakhir buruk seperti saat itu. Rasanya menyakitkan.

Javier hendak bertindak, sangat disayangkan hal itu tak terjadi. Claris sudah lebih dulu mencegah. "Tak perlu Vier." Lalu Claris melihat ayahnya. Well, Claris belum yakin kalau orang tua di hadapannya itu adalah benar ayah kandung yang membuat ia berada di dunia. Sikap dan tatapan penuh benci menghujam Claris tanpa ampun.

Tidak perlu memutar otak, Claris tahu kalau me Jake benci. Rasa menakutkan yang tak pernah terpikir oleh Claris.

Sangat aneh saat orang tua membenci anak sendiri.

Beginilah cara Claris mencegah Jake berubah yang mungkin kurang tepat. Apapun yang terbawa emosi kurang baik di kata Claris, terlebih saat itu hubungan Claris dan Mr Jake kurang baik.

"Mumpung dad di sini. Kita liburan bertiga. Masih ada banyak wahana yang ingin aku coba." Claris berucap sembari mata melihat ke sana-kemari. Senyum tipis menghiasi wajah perempuan tersebut.

"Kau mau tahu kedatanganku ke mari?" Mr Jake mendekat ke Claris, membuat Claris mundur teratur. Andai tidak ditahan Javier, pastilah Claris terjatuh.

"Dad, kau menakuti Claris," ujar Javier sopan, Javier sadar diri. Mr Jake yang membesarkan dan memberikan kedudukan presdir.

Sangat cepat, tatapan tajam menghujam Javier. Seingat Javier, ia tak pernah dapat tatapan begitu, kecuali saat melakukan kesalahan. Kalau dulu Javier akan memejamkan mata, kali itu tidak. Claris menguatkan Javier. Javier lelaki, harus punya kekuatan lebih demi melindungi Claris.

Claris adalah perempuan yang Javier sukai. Apapun yang terjadi, Jake tak mau membiarkan Claris terluka.

"Sorry Dad, bukan aku tidak sopan. Aku cukup tahu diri hanya anak angkat. Masalahnya sekarang beda, kalau Dad tak bisa menerima Claris, setidaknya jangan menakutinya."

Mr Jake mengangguk paham, seperti biasa ia dapat tatapan serius Javier saat melakukan hal buruk. Javier basis tegas kalau waktunya pas melakukan hal tersebut. "Oke, jadi kita akan naik apa?"

Javier berdecak, ia tahu orang tuanya sengaja. Baru javier tahu sikap menyebalkan orangtua yang ia anggap ayah bisa menjalar ke tingkah anak kecil. Lalu betapa bodohnya Javier pun juga terikut. Javier kesal.

"Mengalihkan pembicaraan, huh. Dad pastintahu cara membuatku kesal. Huh, menyebalkan sekali." Javier berkeluh-kesah dalam hati. Curhatan hati Javier persis orang tersakiti luar dan dalam.

"Bianglala." Claris melihat Javier, usapan pelan dapat Javier rasakan. "Orang ini takut di tempat kencang. Untuk kenyamanan bersama, kita naik bianglala," ucap Claris. Senyum tipis terlihat.

"C'mon Cla." Javier tersinggung. "Aku takut, but, bukan berarti aku lemah. Kau menjatuhkan harga diriku sebagai lelaki sejati." Bibir Javier mengerucut. Baginya Claris tega.

"Sudahlah, let's go."

Wajah Javier makin manyun. Rasa sakit menyerang ulu hati. Tangan Javier memang dipegang Claris, sikap manis pun Javier dapat. Sayangnya sudah kelewat manis sampai Javier terpikir ia anak kecil, bukan orang dewasa menjabat sebagai presdir.

"Tega," lirih Javier dalam hati. Ia sangat ingin marah. Ingat suasana sedang tidak berpihak, Javier pun ikut alur.

***

"Tolong ambilkan air untukku."

Sebagai anak tak dianggap yang baru ingin berbakti, Claris menuruti ucapan sang ayah. Baik apapun itu, Claris tak ingin egois. Dalam hatinya, Claris bertekad ingin memperbaiki hubungan.

Javier tak mencegah, selama ucapan Mr Jake dalam kadar wajar, Javier biarkan Claris. Javier yakin, Claris tahu hal baik untuk ia lakukan. Pun Claris juga ingin berbuat baik pada faddynya.

Claris menginginkan sosok ayah, meski tak diungkapkan secara langsung. Javier bisa merasakan. Tatapan penuh damba bercampur kerinduan terlihat cukup jelas.

Claris tipe orang pandai mengendalikan emosi serta menutupi hal yang ia pikirkan, butuh pengamatan cujup jeli untuk sadar arti tatapan Claris. Buat, untuk satu itu, Javier bisa merasakan semuanya.

"Ini Ayah."

"Terima kasih."

Senyum muncul, Javier bangga Mr Jake tak lupa bersikap dewasa. Pembawaan Mr Jake adalah serius.

Sembari minum Mr Jake berucap. Mata melihat pemandangan sekitar.

"Kau tahu, Javier sangat merepotkan. Dia cerewat, pemalas, suka makan, banyak maunya, Kekanakan, merepotkan, dan terkadang egois. Kau yakin mau menikah dengannya?"

Mata Claris mengerjap, otak memproses ucapan Mr Jake. Bagi Claris ia sedang dinasehati, walau tidak secara langsung. Senyum muncul, dalam hati Claris bergumam. 'ternyata begini rasanya dinasehati dad.'

Kembali ke dunia nyata. "Ehem." Claris memperbaiki posisi duduk.

"Dad." Claris makin bingung, bagi Claris suara Javier seperti merengek. Boleh Claris berpikir soal baby?

Dalam otak Claris langsung terpatri hal berbau manja, letoy bin lenai dan berlebihan. Sejak kecil Claris sudah tahu warna karakternya. Hitam abu-abu. Andai kata Claris punya squad, pasti Claris masuk grup ngejulid.

"Aku bukan anak kecil, lho. Dad tega banget menjelekkan anak sendiri." Tangan Javier mengepal kuat, ia tak suka. Kemarahan mengumpul di otaknya.

Penuh hingga Javier rasanya ingin berteriak.

*****