Chereads / Relationshi(t) / Chapter 6 - 06 Claris dan Yanuar Bertengkar

Chapter 6 - 06 Claris dan Yanuar Bertengkar

"So, dia sepupuku?"

Tak ada yang Claris katakan selain mengangguk. Cla tak bernafsu meladeni seseorang di hadapannya. But this problem, Claris ditinggal. Javier, pamannya alias ayah Yanuar dan Mrs Parklim tengah bicara.

Yang tidak bersangkutan disuruh menunggu di luar. Orang-orang itu adalah Yanuar dan Claris.

"Kau tidak mau bicara?"

"Itu kau tahu," ucap Claris. Sadar seseorang di sampingnya terus menatap dengan tatapan intens, lama-kelamaan Claris jengah. "Stop melihatku."

"Sorry, kau tidak terpikir apapun saat melihatku?"

"Kau?"

Mata claris menerawang. Puas berpikir akan tetapi tidak menemukan apapun, Claris pun menggeleng.

"Aku mabuk malam itu. Sial sekali, harusnya aku tidur di sampingmu, bukan pulang tergopoh-gopoh. Well, aku mabuk dan aku sering tak sadar terhadap yang aku lakukan. Setelahnya aku mencari tahu. Hasilnya kamu, miss Arsen."

Tidak, Claris menampik.

"Jangan mengada-ada, dunia tidak sesempit kamar kost."

"Oke."

Yanuar kembali fokus ke depan. Tak lagi melihat Claris. Jelas-jelas Claris tak nyaman ia lihat. Ketidaknyamanan itu ditunjukan hampir secara terang-terangan. Butuh pengamatan jeli untuk tahu.

"But nona Claris Arsen, aku tidak mengada-ada."

"Shut up. Stop." Suara Claris tajam, menusuk tepat ke ulu hati pada siapapun yang mendengar itu. Tidak lagi Claris pikirkan soal rasa hormat dan sopan santun. Yanuar brengsek. Sekali lihat pun Claris sudah tahu.

"Club X, nona Claris," ucap Yanuar seperti tengah mengingatkan Claris. Setelahnya Yanuar menyebut detail malam kejadian Claris dan Javier berkunjung ke club. Semuanya sama persis!

Urat leher Claris menegang. Otak Claris percaya Yanuar pelakunya, tapi di samping itu Claris juga menentang. Ia tak mau terlibat dalam hidup Yanuar Parklim. Lebih tepatnya Claris menghindar.

"Satu hal lagi yang harus kau tahu. Aku duda. Istriku sudah meninggal."

"I don't care."

"Hah..."

Mati-matian Claris tahan dirinya agar tak melihat Yanuar, Claris benci mengakui, ia mulai goyah. Sampai saat itu Claris belum mencintai siapapun. Claris hanya tahu dirinya mungkin bisa menikah.

Cepat-cepat Claris menarik kembali tangannya. Yanuar dengan kurang ajar memegang tangan Claris. "Jaga sikapmu." Claris menatap tajam, tak dapat Claris tampik, Yanuar menyebalkan sekaligus panas.

Claris sampai bingung bersikap depan lelaki itu.

"Aku mau bertanggung jawab. Well." Sebeleh alis Yanuar terangkat. "Dari pernikahan pertamaku belum dikaruniai anak. Mungkin..." Yanuar melihat perut Claris. "Kau bisa mengandung anakku," pungkas Yanuar.

Sumpah demi Tuhan, tangan Claris hendak menampar. Sadar Claris tak punya alasan, pergerakan tangan tersebut terhenti di udara. Yanuar menyeringai.

"Camkan ini baik-baik tuan Yanuar Parklim yang terhormat. Aku tidak mau. Kita baru bertemu kurang lebih satu jam, dan kau dengan tidak tahu malunya menyebut menikah."

Yanuar mengangkat bahu acuh. "Well, setidaknya aku punya alasan. Aku yang menidurimu."

Cukup, saat itu Claris sudah punya alasan memukul. Ia tak suka, bahkan jika perlu ia pukul kepala Yanuar. Alih-alih memukul, hal yang justru Claris lakukan membuang wajah. Mengabaikan akan lebih baik.

"Cla."

"Cla."

"Claris Parklim Arsen."

"Sialan," desis Cla. Seenak jidat Yanuar mengganti marga dan itu adalah hal paling menjijikkan. Menikah saja belum. Otak Cla berproses mencari pembelaan diri. Cla mengambil kesimpulan Yanuar tak akan berhenti sebelum jatuh.

Cla bersmirk, sikap tak pernah ia tunjukkan pada orang lain terlihat. Cla tak pernah bersikap tak sopan pada orang lain kecuali orang itu pantas mendapat perlakukan buruk. Claris penuh keinginan menjatuhkan Yanuar. Tangan diposisikan di dada angkuh.

"Jaga sikapmu. Kau mengajak menikah, maaf, aku sudah punya calon. Orang itu berkali-kali lipat lebih baik darimu." Jari mungil namun keras Claris menunjuk Yanuar tepat di dada. Tepat mengenai dada bidang orang itu. "Setidaknya aku sudah mengenal dia dengan baik. Tidak sepertimu."

Suara kekehan terdengar. Sumpah itu suara kekehan paling menyebalkan yang pernah Claris dengar seumur hidupnya. Jari Claris segera menjauh. Beruntunglah Yanuar tidak menahan. Kalau iya, Claris tak segan-segan memukul. "Kita bisa mengenal satu sama lain. Kau aneh, perempuan lain ingin dipertanggungjawabkan, tapi kau justru sebaliknya."

"Aku beda, aku sudah punya orang untuk bertanggung jawab," ujar Claris angkuh. Tak lupa berdecih.

"C'mon Cla."

"Kau tidak punya malu?" Cla menatap remeh. Mata terlihat menelisik. Siapapun orang itu pastilah tak nyaman dapat tatapan tersebut. Pengecualian untuk Yanuar, ia justru menatap lurus. Tatapan dalam yang tak pernah Claris lihat dari seorang lelaki.

Tatapan kosong akan tetapi penuh semangat. Setidaknya orang tersebut masih punya niat melanjutkan hidup.

Lama-lama melihat tatapan tersebut, membangkitkan sesuatu pada diri Claris. Claris tak sanggup melihat mata Yanuar lama-lama.

"Cari orang tulus dan baik. Perempuan itu akan cocok denganmu."

"Aku butuh orang dari kalangan atas," ucap Yanuar gamblang. Mengundang senyum smirk di bibir Claris.

"Bisa aku carikan. Aku punya banyak kenalan CEO perempuan. But..." Sengaja Claris menggantungkan kalimat. "Perempuan seperti mereka tipe pekerja keras, takutnya kamu tidak tidak bahagia di masa pernikahan."

"Makanya, aku menginginkanmu."

"What the hell. Pikirkan pakai otak." Menggunakan bahasa tubuh Claris menujuk kepala Yanuar, orang itu harus memakai otak. "Posisi sebagai CEO Parkklim terancam. Bisa saja Javier mengambil kembali asetnya. Javier pemilik sah."

"Lalu?"

Claris mendengus. Lebih jengah dapat pertanyaan tak tahu apa-apa dari orang yang tidak benar-benar tahu ketimbang otaknya lemot masih berproses. Wajah Yanuar dibuat tidak tahu. Cla tahu dibalik sikap tersebut Yanuar tahu segalanya.

Taktik menjatuhkan Yanuar sudah Claris lakukan. Sejauh itu, tak dapat Claris tampik, ia mulai tertarik. Yanuar dan dunianya akankah lebih menarik dari milik Javier.

Di pertemuan pertama itu, bisa Claris lihat perjuangan kuat Yanuar.

"Oh ya, mungkin aku bisa bicarakan hal ini dengan Mrs Arsen."

"What!?"

Claris melihat sekitar, merasa dirinya aman tak mengundang keributan sebab di sana hanya ada mereka, Claris mengela napas. Agak aneh di rumah orang memancing keributan.

Tatapan syukur Claris berubah datar.

"Awas kau melakukannya. Aku pastikan membunuhmu. Lagipula, kau pikir Mom setuju? Posisimu sangat tidak beruntung."

"Ku pastikan Mommymu setuju," pungkas Yanuar. Ia mengambil posisi santai, tangan di belakang kepala menopang berat tubuh. Yanuar terkekeh gemas.

Oke, baru dua orang yang berhasil buat Claris mati kutu. Yang pertama Javier dan kedua Yanuar. Keduanya pantas menjadi saudara sepupu.

"Cla ayo pulang."

"Eh, sudah selesai?"

Yanuar menatap Javier, Claris muak mengakui, antara Javier dan Yanuar tak jauh beda. Keduanya sama-sama hot.

"Sial, aku terjebak dua orang tampan yang menyebalkan," lirih Cla dalam hati.

"Causin, kau tidak ingin makan dulu?"

"No, thanks. Kami harus pulang. Setelah ini ada pekerjaan yang harus diselesaikan."

"Eh, kau lupa hari ini libur. Tanggal merah," celutuk Yanuar. Gaya dibuat sesantai mungkin. "Kalau tidak libur, aku pun pasti akan kerja."

Javier tergelak, ia baru menemui orang menyebalkan setelahnya. Javier kira hanya dia yang menyebalkan, ternyata masih ada satu spesies.

"Terserahku." Javier mungkin sudah gila sebab menunjuk Yanuar tepat di dadanya. Berdasarkan pembicaraan mereka, Yanuar lebih tua satu tahun.

"Aku dan calon istriku ingin jalan-jalan."

Yanuar mengangguk seperti orang paham. Claris harusnya menarik Yanuar saat orang itu mendekat ke Javier membisikkan kelimat. "You know." Yanuar melirik Claris memalui ekor mata. "Calon istrimu ini aku yang mengunboxingnya di club X."

Namanya saja yang berbisik, nyatanya Cla masih bisa dengar.

Bugh!

*****