Usai menghabisi dua monster yang ada, Delvin kembali melanjutkan perjalanan nya mengelilingi kampus. Namun bukan manusia yang ia temukan justru malah mayat dan monster-monster yang menyeramkan.
"Hmm seperti nya semua nya sudah menjadi mayat atau sudah melarikan diri. Ya mau tidak mau, aku harus berhadapan dengan monster yang ada demi keluar dari kampus dengan tenang," ucap Delvin yang kemudian menembaki satu persatu monster yang ada.
Satu jam kemudian....
Delvin berhasil keluar dari dari kampus nya. Kini dia berdiri di depan gerbang kampus, menatapi kondisi kota yang begitu berantakan. Api dimana-mana. Monster pun juga banyak. Darah-darah begitu banyak bahkan terlihat membanjiri kota.
"Kenapa semua nya jadi begini sih?" ucap Delvin yang tak lama setelah nya terjatuh.
"Hmm seperti nya aku terlalu banyak kehilangan darah dan juga kehabisan tenaga setelah melawan monster," batin nya yang kemudian pingsan.
Disaat Delvin pingsan, datang seorang perempuan berjubah coklat lusuh. Lalu setelah nya, perempuan tersebut pun membawa nya pergi dari sana ke tempat yang lebih aman.
***
Delvin membuka kedua mata nya lalu menatap sekeliling nya yang banyak sekali orang-orang selamat. Ia bangkit duduk dan menatap kearah anak kecil yang ada di dekat nya.
"Adik, kakak mau tanya boleh?" ucap Delvin dengan tenang yang membuat anak kecil itu menatap nya. Anak kecil tersebut dengan wajah polos pun menganggukkan kepala nya.
"Hmm sekarang kita ada dimana?" tanya Delvin. Ketika Delvin bertanya, wanita yang sebelumnya membawa nya tersebut menghampiri nya dan menjawab nya sembari membuka jubah nya.
"Kita ada di gedung tua dekat mall terbesar di kota. Hanya ini salah satu nya tempat aman yang dekat dengan kampus. Beberapa mahasiswa maupun mahasiswi kampus ada disini serta ada dua dosen disini. Sedangkan mahasiswa dan mahasiswi nya hanya lima termasuk kita berdua," jelas wanita berjubah yang merupakan Angelina.
"Ah begitu kah? dimana Elaina, Chiko dan Flora? apakah kau melihat nya? tadi mereka berdua selamat lho," ucap Delvin.
"Ya, tadi aku melihat nya. Mereka bertiga masuk ke dalam bus supaya dapat melarikan diri ke tempat yang jauh. Tetapi ku dengar kabar bahwa bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Dan lagi-lagi itu disebabkan oleh monster," ujar Angelina sembari menundukkan kepala nya.
"Be-begitu kah? jadi mereka tak selamat?" kata Delvin yang tampak nya cukup sedih.
"Bisa dibilang begitu. Tetapi lupakan saja! kita tak dapat melakukan hal lebih. Yang dapat mengatasi ini semua hanyalah orang-orang terpilih yang menjadi pahlawan! sebenarnya aku tak menyangka bahwa kamu dapat keluar dari kampus begini padahal ada banyak monster yang berkeliaran," tutur Angelina yang menatap Delvin dengan tatapan serius.
"Aku menghabisinya," singkat Delvin yang membuat orang-orang disana terkejut mendengar nya termasuk Angelina.
"A-aku tidak salah dengar? kau menghabisi semua monster nya?" tanya Angelina. Delvin menganggukkan kepala nya.
"Iya tetapi hanya bermodalkan kursi dan meja di kelas. Itupun sebenarnya aku kesulitan! jadi kalian jangan menganggap ku sebagai seorang pahlawan. Kebetulan aku juga paham mengenai seni bela diri maka dari itu aku menggunakan nya," jawab Delvin yang mau tidak mau berbohong.
"Hmm tetapi kau cukup hebat. Kami saja tidak bisa mengalahkan monster nya bahkan salah satu dosen yang sangat ahli dalam seni bela diri saja, tidak dapat mengalahkan mereka. Tetapi kamu dapat mengalahkan nya dengan mudah! sudah terbukti bahwa kau mahasiswa yang cerdas," cakap Angelina yang membuat Delvin memasang raut datar.
"Jadi selama ini kau tak percaya kalau aku cerdas?" ketus Delvin yang jengkel. Angelina yang mendengar hal itu hanya cengar-cengir. Kemudian ia duduk di hadapan Delvin dan memberikan nya sebuah roti.
"Ini untukmu, makan lah," ucap Angelina namun Delvin menolak.
"Tidak usah, untukmu saja. Kebetulan sebelum berangkat ke kampus, aku sudah banyak makan makanan," ujar Delvin yang membuat Angelina terdiam.
"Baiklah kalau begitu," singkat Angelina yang kemudian menyimpan roti nya kembali.
"Oh ya ngomong-ngomong Angelina, apakah kau dapat menemani ku besok untuk pergi ke rumahku? kalau rumahku baik-baik saja, kemungkinan kita semua bisa mengungsi di rumahku. Di rumahku banyak makanan dan kebutuhan lainnya!" kata Delvin yang membuat Angelina terdiam.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menemanimu besok. Kuharap rumah mu baik-baik saja supaya kami bisa mengungsi dengan aman," tutur Angelina, Delvin menganggukkan kepala nya sembari tersenyum.
***
~Malam hari~
Delvin yang awalnya tertidur itu terbangun dan menatapi semua nya yang sedang tertidur dengan nyenyak. Tak lama setelah nya, muncul layar hologram yang kembali mempertanyakan hal seperti saat Delvin di kampus.
"Apakah aku akan menghadapi monster lagi?" gumam Delvin yang seketika keluar suara perempuan.
"Tidak! kau akan menghadapi penjahat yang merupakan manusia. Mereka yang mengendalikan monster-monster di dunia ini," ucap suara misterius perempuan yang membuat Delvin terkejut.
Delvin menghela nafas dan kembali memilih senjata namun ia memutuskan untuk memilih pedang dengan elemen cahaya supaya saat dia menggores penjahat nya, muncul cahaya yang membuat penjahat itu tidak dapat berbuat apa-apa.
Usai memilih senjata, element dan penambahan skill, Delvin mau tidak mau bertindak.
Delvin bangkit berdiri lalu muncullah pedang di tangan kanan nya. Disaat itu, terlihat sebuah bayangan pria yang berlari dengan dikelilingi sebuah cahaya berwarna merah.
Melihat hal itu, Delvin memutuskan untuk mengikuti nya karena dia merasa bahwa penjahat nya adalah pria yang lewat tersebut.
Delvin mengikuti cahaya merah yang berasal dari pria tersebut yang tak lama setelah nya, mereka berhenti di suatu tempat yang sepi. Pria yang sejak tadi berlari itupun kemudian membalikkan tubuh nya dan menatap Delvin yang kini juga menatap nya.
"Ohhh jadi ini ya orang bodoh yang mau menjadi seorang pahlawan? kau tau, menjadi pahlawan sama saja kau seperti dibodohi! kau hanya dijadikan budak untuk melindungi dunia ini. Setelah semua nya kembali normal, kau akan dibuang seperti sampah. Lebih baik kau menjadi penjahat! kita hancurkan dunia ini bersama-sama," ucap pria itu yang membuat Delvin tertawa mendengar nya.
"Kau serius? kau ingin mengajakku untuk menghancurkan dunia ini? maaf, tetapi dengan senang hati saya menolak tawaran anda. Saya lebih baik menjadi babu seluruh masyarakat di dunia ini dibandingkan bergabung dengan mu. Walau setelah dunia ini kembali aman, aku akan dibuang begitu saja, tetap saja aku lebih memilih melindungi dunia ini. Paham?!" ujar Delvin dengan santai yang membuat pria itu tentu nya jengkel.
Sontak saja, pria itu langsung menyerang Delvin namun dengan mudah, Delvin berhasil menghindari serangannya.
"Hmm ku pikir kau mengerikan, ternyata kau hanyalah penjahat kelas cere. Sebaiknya kau menyerah sebelum ku bunuh," ancam Delvin dengan raut wajah seperti psikopat. Pria tersebut diam membatu lalu secara tiba-tiba menyerang Delvin. Beruntung, Delvin berhasil menghindari serangan tersebut.
Delvin kembali berdiri di tempat nya, bersiap menyerang dengan pedang nya tersebut.
"Hmm memang nya, rata-rata anak muda zaman sekarang itu sombong dan bodoh. Maka dari itu, orang-orang seperti kamu patut dihabisi!" teriak pria misterius yang kembali menyerang Delvin. Akhirnya terjadi pertikaian antara Delvin dan pria misterius.
"Hmm, dia menggunakan pistol tetapi dia memiliki elemen air? ini kesempatan yang bagus untuk aku menyerang nya!" batin Delvin yang tak lama setelah nya mengayunkan pedang dan berhasil melukai lengan pria misterius. Tak hanya mengeluarkan darah, namun lengan pria tersebut terpotong oleh pedang nya Delvin dikarenakan dia tak dapat menghindar karena cahaya yang bersinar terang.