"Delvin berhati-hati lah karena seperti nya dia bukan penyihir sembarangan! kalau kau sudah benar-benar dalam keadaan terdesak, gunakan sihir terlarang," ucap Angelina. Delvin menganggukkan kepala nya sembari tersenyum.
"Baiklah, aku mengerti. Terimakasih atas saran mu, Angelina," ujar Delvin sembari tersenyum tipis. Mendengar hal itu, Angelina terdiam lalu mengejar Pixie dan Elvira yang sudah pergi lebih dulu.
Kini Delvin berhadapan dengan Bu Marrisa yang secara tiba-tiba saja berada di hadapan nya.
"Nak, bukankah kau mau mencari Melissa? mengapa kau justru berada disini?" ucap Bu Marrisa sembari memasang raut wajah sedih.
"Kau tidak usah bersandiwara seperti ini! aku tau bahwa kau berbohong! kau penjahat bahkan kau mengorbankan nyawa anakmu sendiri demi keselamatan mu. Dan kau menjadikan anakmu, Xavier sebagai seorang penjahat! kau menyiksa nya habis-habisan selama ini maka dari itu dia dendam dan beralih menjadi penjahat!" ujar Delvin yang membuat Bu Marrisa diam mematung.
"Apa kau bilang, Nak? aku yang menjadikan Xavier penjahat sekaligus membunuh Melissa? mana mungkin aku melakukan hal seperti itu. Kamu bayangkan saja, mana ada seorang ibu tega melakukan hal kejam pada anak kandung nya. Ibu justru baru mengetahui bahwa Melissa sudah tiada! sebaiknya tadi dia bersama ibu saja hiks Melissa ku hiks," Bu Marrisa menangis di hadapan Delvin yang membuat Delvin bingung sebenarnya Bu Marrisa ini baik atau jahat.
Namun Delvin tetap bersikap keras agar Bu Marrisa percaya bahwa dirinya tidak terpengaruh dengan tipu daya nya.
"Hmm tak usah bersandiwara seperti ini. Air matamu hanyalah air mata palsu, hanya buang-buang tetes mata saja," ketus Delvin yang secara tiba-tiba ditampar oleh Bu Marrisa hingga pipi nya merah.
"Berani-beraninya kau menuduhku seperti itu?! mengapa semua nya jahat padaku padahal aku tak melakukan apapun! aku selalu difitnah bahwa aku adalah penyihir kejam yang licik dan sering sekali menipu daya manusia bahkan memanfaatkan anak nya sendiri. Nyatanya, aku tidak seperti itu! justru kalau kau melihat mayat Melissa, aku ingin ketemu dengan mayat nya dan mencoba menggunakan sihir. Kali saja Melissa dapat hidup kembali seperti sediakala," ucap Bu Marrisa yang membuat Delvin terdiam.
Namun lagi-lagi disaat seperti itu, terdengar kembali suara Pixie yang membuat Delvin bingung harus melakukan apa.
"Delvin, jangan mudah percaya pada nya! dia itu penipu kelas kakap. Pastinya orang-orang seperti mu akan sangat mudah tertipu dengan nya," ucap Pixie yang membuat Delvin membatu. Delvin pun menghela nafas lalu ia menatap kearah Bu Marrisa yang kini juga sedang menatap nya.
Delvin melangkahkan kaki nya, mendekati Bu Marrisa yang sedang menatap nya namun tiba-tiba saja waktu terhenti. Hanya dirinya yang dapat bergerak. Delvin menatap sekeliling nya dan merasa bingung dengan yang terjadi.
"Hmm waktu terhenti? tetapi kenapa layar hologram belum muncul?" ucap Delvin yang bingung. Tak lama kemudian, layar hologram muncul. Di layar itu, Delvin kembali diberi pilihan tetapi bukan untuk menyerang melainkan untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Di pilihan pertama merupakan sebuah ponsel, Pilihan B merupakan buku dan pilihan C merupakan mesin waktu. Delvin terdiam memikirkan apa yang akan dipilih nya.
"Semuanya sangat berguna sekarang tetapi bukankah akan lebih lama jika aku membaca buku atau menggunakan mesin waktu? coba pilih hp saja lah," ucap Delvin yang kemudian memilih opsi hp.
Disaat ia selesai mengklik, layar hologram pun menghilang dan muncullah hp dari tangan kanan nya yang merupakan hp nya sendiri. Ngomong-ngomong, waktu masih tetap terhenti saat itu ya(•‿•)
Delvin menatapi ponsel nya lalu menyalakan nya.
"Hmm kenapa aku diberikan ponselku? kupikir aku akan diberikan ponsel baru yang keren hehehe. Tetapi ya tidak apa-apa juga sih," gumam nya. Ponsel Delvin menyala, Delvin mengetik password ponsel nya dan saat terbuka, dia langsung di sungguhkan oleh bab cerita. Delvin membaca beberapa paragraf di bab tersebut hingga membuat nya tersadar bahwa....
"Lho Lucas? Misha dan yang lainnya, ini kan novelku! novel yang ku tulis. Kenapa alur cerita nya sama seperti kehidupan ku sekarang? tunggu, ada apa sebenarnya ini? kenapa aku baru sadar bahwa kehidupan yang ku jalani persis seperti novel yang ku tulis sendiri," batin Delvin yang sangat tak menyangka.
Delvin kembali membaca bab novel nya lalu tak lama setelah nya ia mematikan ponsel nya.
"Baiklah aku tau apa yang harus ku lakukan! kalau di dalam novelku, adegan ini berada di chapter dua atau tiga. Hmm kalau begini, aku bisa meningkat lebih cepat! aku akan berperan sebagai Lucas dan pastinya aku dapat mengubah dunia ini dan juga alur cerita novelku sendiri pasti nya," ucap Delvin yang begitu bersemangat.
Tak lama setelah nya, waktu kembali berjalan. Ponsel yang digenggam Delvin pun menghilang. Delvin mengangkat tangan kanan nya lalu tak lama setelah nya muncul sebuah senapan. Delvin mengarahkan senapan tersebut pada Bu Marrisa dan....
Dorrr....
Tembakan mengenai sasaran. Orang yang sejak tadi berdiri di belakang nya Bu Marrisa tepat nya bersembunyi di balik dinding itu, telinga nya berhasil dilukai oleh Delvin yang membuat nya ketahuan.
"Hmm bodoh, kau mau bersembunyi dengan kekuatan mu juga tetap ketahuan dengan ku! sebaik nya kau muncul lah sekarang juga," ucap Delvin sembari berjalan menuju Bu Marrisa. Kemudian Delvin menghentikan langkah nya, menatap kearah Bu Marrisa yang ada tepat di samping nya. Ia menepuk bahu nya dan berkata....
"Ibu tenang saja, saya percaya dengan ibu. Anak ibu masih selamat! dia justru di lindungi oleh monster yang berada di dalam supermarket," ujar Delvin dengan santai yang membuat Bu Marrisa menatap nya.
"Kau serius? Melissa beneran selamat?! kau tak berbohong kan?!" kata Bu Marrisa yang tampak senang sekaligus tak menyangka.
"Ah iya, Bu. Perkataan saya yang tadi, lupakan saja. Tadi itu saya ngelantur hehehehe," ucap Delvin sembari tersenyum. Lalu tak lama setelah nya, orang yang sejak tadi bersembunyi langsung menampakkan diri nya dan dengan kilat ia menyerang Delvin.
Tetapi serangan nya tersebut sama sekali tak melukai Delvin karena Delvin telah mengaktifkan sihir pelindung.
"Hmmm meskipun kau menambah kecepatan dan memperkuat serangan mu itu, takkan berhasil melukai ku. Sebaiknya kau berhenti dan menyerah lah," ucap Delvin dengan sombong yang tentu saja membuat orang itu semakin murka dan terus menyerang nya tanpa henti.
"Hoam saya paling bosan dengan kondisi seperti ini. Tetapi tidak apa-apa lah, saya bisa beristirahat sejenak hingga dia berhenti dan menyerah. Bahkan saya juga bisa menghabiskan banyak makanan sekarang," ujar Delvin dengan santuy ya membuat Bu Marrisa tertawa.