"Hmm kau memang benar-benar lucu sama seperti Xavier saat masih SD dan SMP. Dia selalu bertingkah konyol seperti ini. Hmm jaga dirimu baik-baik ya, jangan sampai terluka sedikitpun. Banyak orang yang mendukung mu, menyayangi mu tetapi di sisi lainnya, banyak sekali yang membencimu dan berusaha menyingkirkan mu dari dunia ini," ucap Bu Marrisa yang membuat Delvin terdiam.
"Ah iya, Bu. Ngomong-ngomong, aku sudah menganggap mu sebagai ibuku sendiri. Selama ini, aku disia-siakan oleh kedua orang tuaku. Mereka mengekang ku bahkan mengurungku selama bertahun-tahun! tetapi entah kenapa Pixie bilang bahwa aku di peras oleh orang tuaku padahal aku tak merasa begitu," ujar Delvin yang membuat Bu Marrisa terdiam.
"Pixie? salah satu peri yang ditugaskan untuk mendampingi pahlawan. Ternyata pendamping mu adalah Pixie pantas saja dia melarang mu untuk mendekati ku bahkan dia menyuruhmu untuk membunuhku, bukan?" kata Bu Marrisa yang membawa Delvin terdiam. Tetapi dalam hati Delvin yang sebenarnya....
"Ah hahahaha sebenarnya ini semua terjadi karena ku. Coba saja aku menjadi penulis baik yang memberikan kemudahan kepada tokoh-tokoh nya, pasti hidup kita tentram sekarang. Hmm tetapi ya mau bagaimana lagi, semua nya sudah terjadi," batin Delvin. Delvin menatap kearah Bu Marrisa lalu menganggukkan kepala nya.
"Ya, Bu. Benar sekali! memang nya, apa yang membuat Pixie seperti membenci ibu?" tanya Delvin. Ketika Bu Marrisa mau menjawab nya, tiba-tiba....
"Sudah ah! aku sangat kelelahan. Aku menyerah," ucap pria misterius yang sedari tadi mencoba menyerang Delvin namun serangan nya sama sekali tidak mempan. Melihat hal itu, Delvin yang semula duduk bangkit berdiri kemudian menghampiri pria itu.
"Kalau begitu, buka topeng mu sekarang!" tegas Delvin sembari menatap pria misterius dengan tatapan sinis. Sejujurnya, dalam cerita yang Delvin tulis, pria misterius itu tak membuka masker nya dan Lucas yang merupakan tokoh utama sudah kelelahan sehingga melepaskan nya. Tetapi kali ini, Delvin mau mencoba melawan alur cerita nya! bagaimanapun, dialah penulis novel nya.
Pria misterius itu diam mematung mendengar perintah nya Delvin. Tetapi Delvin terus saja memaksa nya hingga akhirnya ia membuka topeng nya.
"A-aku adalah bawahan tuan Xavier yang ditugaskan untuk menyingkirkan mu dan ibu Marrisa yang sangat dibenci oleh tuan Xavier," ucap pria tersebut sembari menatap kearah Bu Marrisa dengan tatapan sinis. Namun Delvin langsung mengacungkan senapan pada pria itu.
"Kalau kau berani menyentuh tubuh orang-orang terdekat ku apalagi yang berhubungan baik denganku, aku akan membunuhmu!" ancam Delvin yang membuat pria misterius itu merinding.
"Baiklah baiklah. Aku takkan melakukan hal itu, kau santai saja ya," ucap pria misterius namun Delvin tetap saja merasa kesal pada nya. Tak lama kemudian, Delvin mengambil belati yang ada di tubuh pria misterius dan melempar nya ke berbagai arah.
Tak hanya itu saja, dari tangan nya keluar sebuah botol berisi cairan merah yang mirip sekali dengan darah. Delvin melangkahkan kaki nya lalu membasahi tempat tersebut dengan cairan merah yang tiba-tiba saja muncul. Usai membasahi nya, Delvin melempar botol nya begitu saja lalu menatap kearah pria misterius dan juga Bu Marrisa.
"Nak, tadi itu kau sedang melakukan apa?" tanya Bu Marrisa dengan tenang. Delvin tersenyum tipis lalu menepuk-nepuk bahu Bu Marrisa sembari tersenyum.
"Saya sengaja melakukan ini agar orang-orang mengira bahwa kalian berdua sudah ku bunuh. Nanti aku juga akan menemui Pixie dan yang lainnya dengan kondisi terluka parah supaya mereka mempercayai ku. Aku melakukan semua ini demi keselamatan semua nya! kalian tenang saja, aku akan mengirimkan berbagai persediaan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ucap Delvin yang membuat pria misterius bernama Abian sedikit heran.
"Itu untukku juga? atau hanya untuk Bu Marrisa dengan anak bungsu nya, Melisa?" tanya Abian dengan polos.
"Tentu saja untuk kalian bertiga. Hmm aku tau bahwa kau sebenarnya orang baik-baik! kau melakukan seperti ini supaya kau dapat bertahan hidup. Padahal dari lubuk hati paling dalam, kau tak sanggup melakukan semua ini. Maka dari itu, aku akan membantu mu! lagipula itu juga sudah tugasku membantu yang kesulitan, menolong nya dan melindungi semua nya dari berbagai bahaya," ungkap Delvin yang membuat Abian terkejut. Pasalnya, tidak ada satupun orang yang mengetahui perasaan nya. Namun Delvin yang baru sekali bertemu dengan nya, bisa langsung mengetahui isi perasaan nya.
"Bagaimana kau tau tentang itu? sebenarnya siapa kau ini?!" ucap Abian yang membuat Delvin memasang raut wajah sinis.
"Tentu saja aku ini manusia yang terpilih menjadi pahlawan. Memang nya aku monster yang menyamar apa?! sampai-sampai menanyakan hal seperti itu," ujar Delvin yang membuat Abian cengengesan.
"Hehehehe jangan marah dong, aku kan hanya mematikan saja. Soalnya kamu terlihat sangat kuat, bahkan kau dapat memiliki senyata tadi," kata Abian yang membuat Delvin menundukkan kepala nya.
"Iya iya aku tau aku tau. Sudah-sudah, aku titip Bu Marrisa ya, Abian. Jika kau macam-macam dengan nya, aku bakal datang sebelum bencana terjadi," ujar Delvin sembari menatap Abian dengan tatapan tajam.
Tak lama setelah nya, Delvin pergi meninggalkan mereka berdua untuk berjaga-jaga ada sesuatu yang datang. Dan sesuai dugaan nya.
Muncul sebuah monster kera yang langsung menghancurkan setengah nya bangunan tua tersebut. Delvin dengan mudah menghindari serangan nya dan menyerang nya balik hingga akhirnya monster tersebut lenyap dibunuh Delvin.
"Hmm hanya segini saja? monster yang ada di game ini seperti nya tidak terlalu kuat," ucap Delvin.
"Gak kuat darimana nya woy! mau ku bikin kau satu vs sepuluh paling kuat ha?!" ucap author sembari melempar Delvin dengan buku majalah.
"Duhh jangan galak dong. Hanya sombong sebentar masa gak boleh," gumam Delvin.
Oke lanjut ke cerita~
Delvin menghela nafas lalu setelah nya ia memutuskan untuk berjalan mencari Pixie dan yang lainnya. Delvin mengetahui keberadaan mereka sekarang dimana sehingga dapat dengan mudah Delvin menemukan nya.
Setengah jam kemudian....
Delvin berdiri di atas atap salah satu rumah warga. Ia pun menatapi Pixie dan yang lainnya yang kini sedang mengungsi disebuah rumah kosong.
Delvin mendarat. Lalu tak lama setelah nya, ia menggunakan sihir manipulatif. Dia berpura-pura terluka di hadapan mereka semua supaya mereka percaya bahwa dia telah mengalahkan Bu Marissa.
"Ternyata kalian disini," ucap nya sembari berjalan tertatih-tatih, masuk ke dalam rumah tempat mengungsi. Melihat hal itu, Elvira langsung bangkit berdiri kemudian berlari menuju Delvin yang terluka.
"Delvin, biar ku obati. Kau diam disini saja! jangan banyak bergerak lagi," ujar Elvira. Mendengar hal itu, Delvin menganggukkan kepala nya.