Mendengar hal itu, Agnes memasang raut wajah datar dan geleng-geleng kepala.
"Hmm halu nya ketinggian," ketus Agnes yang membuat Delvin menatap nya dengan tatapan sinis.
"Oh ya jadi bagaimana? apakah kau mau bergabung dengan ku?" tanya Delvin. Agnes bangkit berdiri lalu menatap kearah Delvin yang menawarkan kerjasama.
"Hmm apa untungnya juga melindungi dunia?" ucap Agnes yang membuat Delvin terdiam. Tetapi tak lama setelah nya, Delvin tersenyum dan menepuk bahu Agnes yang membuat Agnes membatu.
"Banyak sekali untung nya menyelamatkan dunia! misalnya kau melindungi anak kecil dari monster lalu mempertemukan nya pada orang tua nya, mereka berpisah sebelum nya dan saling mencari satu sama lain. Disaat itu, kau merasakan rasa bahagia, senang dan lainnya. Itu salah satu nya! kita akan melakukan banyak hal pastinya. Ya meskipun nyawa kita terancam, bukankah kita akan merasa bangga karena dapat melihat wajah-wajah masyarakat bahagia? apalagi seperti anak kecil, orang-orang tua yang baik yang ingin menikmati masa tua nya dengan penuh kebahagiaan. Ya begitulah pokoknya enak saja deh!" ujar Delvin.
"Kau, seperti nya kau benar-benar baik ya," kata Agnes sembari menundukkan kepala nya. Delvin yang mendengar hal itupun menatap Agnes dan tersenyum tipis.
"Ah hahahaha tidak! tidak! begini-begini aku masih ada sisi jahat nya, tidak sepenuhnya baik. Hmmm tetapi memang impian ku begitu! menyelamatkan dunia ini dan dapat melihat semua nya merasa senang dan hidup bebas seperti burung di langit. Oh ya jadi kau mau bergabung atau mau ku bunuh?" Delvin kembali mempertanyakan hal yang sama. Agnes pun terdiam lalu menganggukkan kepala nya.
"Baiklah baiklah. Aku akan bergabung dengan mu selama sebulan. Jika aku cocok dengan mu maka aku akan melanjutkan nya dan jika tidak, aku ingin bertarung ulang lagi dengan mu! aku tidak peduli kalah atau menang nya nanti," tutur Agnes yang membuat Delvin tersenyum mendengar nya.
"Oke lah kalau begitu, terserah kamu saja sih. Hmm berarti sekarang, kamu harus menandatangani kontrak kerjasama padaku meskipun hanya sebulan. Nanti kalau kau lanjut, ya ku buat lagi surat nya tetapi kalau berhenti, tentu saja akan ku bakar dan pastinya aku akan mengalahkan mu," ungkap Delvin.
Agnes menganggukkan kepala nya lalu tak lama setelah nya Delvin mengeluarkan selembar kertas berisi keterangan kontrak kerjasama mereka. Melihat hal itu tentu saja membuat Agnes terkejut.
"Lho, kau sudah menyiapkan nya?" tanya Agnes dengan raut wajah heran. Delvin menganggukkan kepala nya sembari menyerahkan selembar kertas dan pulpen pada Agnes.
"Ya, aku sudah membuat nya saat bertarung tadi. Disaat kau sedang menikmati rasa sakit dari pukulan ku, disitu aku membuat surat kontrak kerjasama diantara kita berdua," jelas Delvin yang membuat Agnes menatap nya dengan tatapan sinis.
"Ah begitu ya? kau memang benar-benar licik ya! kau memanfaatkan keadaan," ketus Agnes yang membuat Delvin tertawa mendengar nya.
"Ya daripada cuma nonton doang kan, mending sambil ngapain gitu hehehe. Sudah! sudah! cepat tanda tangan surat nya setelah itu kita ke tempat pengungsian. Atau melawan monster dulu ya?" Delvin berpikir. Agnes mendatangi surat nya dengan kilat lalu memukul punggung belakang Delvin yang membuat Delvin langsung menatap nya.
"Hey?! kenapa kau tiba-tiba memukul ku barusan sih?!" ketus Delvin sembari menyentuh punggung belakang nya.
"Kau ini bodoh atau gimana ya? seharusnya kau menyembunyikan ku dulu, jangan malah mempertemukan ku dengan para monster! bisa-bisa monster itu akan memberitahu pada para penjahat dan monster lainnya bahwa aku berkhianat dan akhirnya banyak yang berdatangan mencari kita. Niat nya hanya ingin membunuh kita berdua tetapi pasti nya yang terkena dampak nya, adalah orang-orang yang kita selamatkan dan orang terdekat mu sekarang," tegas Agnes yang membuat Delvin terdiam.
Delvin melamun lalu mengangguk-anggukkan kepala nya sambil tersenyum tipis.
"Ah iya kau benar! kalau begitu, ayo kita ke tempat pengungsian dulu," singkat Delvin yang kemudian menyentuh tangan Agnes dan menarik nya pergi. Kedua pipi Agnes seketika memerah ketika Delvin menyentuh tangan nya dan menarik nya pergi.
"Perasaan apa ini? kenapa tiba-tiba saja jantungku berdetak cukup kencang?" batin Agnes yang begitu gugup.
Mereka berdua pergi ke tempat pengungsian tetapi sayangnya, kejadian di antara mereka berdua sebelum nya, diketahui oleh salah satu penjahat.
Penjahat tersebut pun mengeluarkan ponsel nya dan melapor kepada atasan nya mengenai kejadian yang ia lihat sebelum nya.
"Bos lapor! Agnes berkhianat. Dia bergabung dengan pahlawan Delvin sekarang dan membantu pahlawan Delvin menghancurkan kita dan juga monster-monster," ucap penjahat tersebut di telepon.
"Hmm begitu? sudah biarkan saja. Kita berpura-pura tidak tau saja dulu hingga waktu yang tepat tiba, baru bertindak. Sekarang main aman saja karena posisi kita belum terlalu kokoh juga," ujar atasan penjahat. Penjahat tersebut, mengiyakan perkataan sang atasan.
***
Delvin dan Agnes sampai di depan tempat pengungsian. Agnes terkejut karena Delvin dan beberapa orang yang selamat, mengungsi di rumah yang besar dan terbilang lumayan.
"Lho, kamu ngungsi disini bersama yang lainnya?" tanya Agnes. Delvin menganggukkan kepala nya.
"Ya, kami mengungsi disini. Pada awalnya sih di gedung tua lalu tadi berpindah kesini," jelas Delvin. Agnes terdiam lalu tertawa yang membuat Delvin heran padanya.
"Kau kenapa? kok tertawa begini?" tanya Delvin dengan polos. Agnes menatap Delvin lalu memeluk tubuh nya yang membuat Delvin diam mematung.
"Kamu orang nya hangat ya," singkat Agnes yang membuat Delvin melirik nya.
"Ya memang, makanya dulu aku populer di kalangan wanita," singkat Delvin yang membuat Agnes memasang raut wajah datar. Agnes melepaskan pelukan nya lalu menatap Delvin dengan tatapan dingin.
"Kau tidak peka ya? padahal biasanya orang yang hangat itu, peka pada perasaan setiap orang," ucap Agnes yang membuat Delvin bingung dengan nya.
"Kau.... kesurupan setan apa sih? kok kaya nya aku salah mu. Perasaan aku gak ngapa-ngapain tetapi kamu selalu menyalahkan ku yang beginilah yang begitulah. Heran jadinya," ujar Delvin yang membuat Agnes semakin jengkel pada nya.
"Sudah deh lupakan saja! aku capek berbicara dengan orang tidak peka seperti mu. Lebih baik aku beristirahat saja," gerutu Agens sembari berjalan masuk.
"Ya sudah kau istirahat saja sana. Aku mau menghabisi monster-monster yang ada di dekat sini dan mencari orang-orang yang butuh bantuan supaya mereka dapat mengungsi disini dan terpenuhi kebutuhan nya," ucap Delvin yang membuat langkah Agens terhenti.
"Kau serius mau pergi sendirian? monster diluar sana sangat banyak lho," ujar Agens sembari membalikkan tubuh nya, menatapi Delvin yang masih berdiri di depan pintu gerbang.