"Cepat keluar melalui jendela, sekarang!" teriak Flora sembari menunjuk kearah jendela. Mendengar hal itu para mahasiswa dan mahasiswi langsung berlari kearah jendela tetapi tetap saja monster itu menyerang sebagian mahasiswa dan mahasiswi di kelas hingga yang tersisa hanya sepuluh orang termasuk Delvin, Flora, Chiko dan Elaina.
Enam mahasiswa dan mahasiswi lainnya langsung melompat keluar dari jendela yang hingga hanya tersisa mereka berempat.
"Cepat kalian bertiga kabur dari sini! aku akan menghadapi nya," ucap Flora sembari mengeluarkan sebuah tongkat besi yang ia ambil dari tas nya. Melihat hal itu, Delvin terdiam sejenak lalu ia menganggukkan kepala nya.
"Baiklah," singkat Delvin. Elaina dan Chiko pun kemudian pergi bersama Delvin. Elaina dan Chiko lebih dulu melompat baru Delvin. Namun pada saat Delvin mau melompat....
"Flora," panggil Delvin yang membuat Flora menoleh. Tak lama kemudian, Delvin menarik tangan Flora dan melempar Flora melalui jendela.
Beruntung nya Flora jatuh di semak-semak sehingga tidak ada yang terluka. Delvin pun menutup jendela kelas nya lalu berkata....
"Biar aku saja yang menghadapi nya! kalian bertiga cepat pergi dari sini," ucap Delvin sembari mengangkat tongkat besi yang merupakan milik Flora.
"Tapi Delvin, kau tidak sedang baik-baik saja!" ujar Elaina yang tampak khawatir.
"Sudah kalian tenang saja. Aku baik-baik saja, cepatlah pergi!" kata Delvin yang kemudian menghadapi monster yang amat ganas.
Flora diam membatu lalu setelah nya ia menarik tangan Elaina dan Chiko, membawa mereka berdua pergi dari sana.
"Aku akan kembali membantu nya nanti!" gumam Flora yang membuat Elaina menatap nya.
Kembali lagi di sisi Delvin...
Delvin memegangi tongkat besi yang ia ambil dari Flora. Monster itu pun terlihat begitu tak sabar memangsa Delvin.
"Hei monster, kenapa kau menyerang kampus ku! sebenarnya dari mana kamu berasal?!" ucap Delvin yang membuat monster itu terdiam. Lalu setelah nya, monster itu menunjuk kearah kepala Delvin yang membuat Delvin terheran.
"Hah kenapa menunjuk kearah kepala ku?" ujar Delvin sembari memegangi kepala nya. Ketika Delvin sedang lengah, monster tersebut menyerang lengan Delvin menggunakan lidah nya yang panjang.
Srakk...
Tangan Delvin terluka parah, beruntung nya tidak putus. Namun tetap saja, dia harus kehilangan banyak darah di lengan nya. Melihat hal tersebut, Delvin memegangi lengan nya lalu menatap kearah monster yang begitu senang.
"K-kau curang! bisa-bisanya kau menyerang ku disaat lengah!" ucap Delvin yang membuat monster itu hanya diam saja. Delvin pun merobek perban yang ada di kepala nya lalu mengikat perban tersebut di lengan nya dan dirinya kembali bersiap untuk menyerang.
"Setidaknya ini jauh lebih baik," gumam Delvin. Delvin menghela nafas lalu berlari menyerang monster tersebut menggunakan tongkat besi yang ada di genggaman nya.
Namun pada saat mengayunkan tongkat nya, monster itu memegangi tongkat Delvin menggunakan lidah nya yang membuat tubuh Delvin ikut terangkat.
"Tubuhku begitu ringan baginya," batin Delvin. Ketika Delvin baru saja selesai membatin, monster tersebut mengayun-ayunkan tongkat Delvin lalu melemparkannya hingga Delvin terpental ke jendela sekolah dan jatuh di semak-semak tempat Flora terjatuh sebelum nya.
Sayangnya, monster itu tak membiarkan nya begitu saja. Dia meraih tubuh Delvin menggunakan lidah panjang nya lalu mengangkat Delvin.
"Lihatlah, manusia memang lemah! kau berniat menghabisi ku? jangan mimpi!" ucap monster yang membuat Delvin diam membatu mendengar nya.
Lagi-lagi, monster itu membanting nya ke lantai yang tentu saja membuat sekujur tubuh Delvin sakit.
"Arghhh...sial! kenapa semua nya jadi seperti ini?!" gumam Delvin sembari menatap kearah monster yang kini juga menatap nya. Disaat itu, Delvin bingung apa yang harus ia lakukan.
Tidak ada jalan lain. Dia tak dapat melawan dengan kondisi dan peralatan nya sekarang.
"Hmm lebih baik aku mati saja sekarang. Setidaknya teman-teman ku selamat," ucap Delvin yang putus asa.
Disaat itu, muncul sebuah layar hologram yang menampilkan sebuah nama elemen dan senjata bak seperti di dalam game. Melihat layar hologram tersebut, tentu saja membuat Delvin teramat terkejut.
"Lho? kenapa ada layar hologram begini? seperti di dunia game. Tetapi seperti nya, aku masih ada kesempatan untuk hidup!" batin Delvin yang kemudian ia bangkit duduk dan menatapi layar hologram tersebut.
Pertanyaan pertama di layar hologram adalah, "profesi apa yang akan kamu ambil?". Setelah membaca pertanyaan yang aneh, Delvin pun mendapati tiga pilihan untuk jawaban pertanyaan pertama. Pilihan A merupakan pahlawan, pilihan B merupakan penjahat, dan pilihan c adalah mati.
Tentu saja pilihan itu membuat Delvin bimbang.
"Tentu saja aku tidak akan memilih pilihan B dan C. Tetapi apakah aku bisa jadi pahlawan dengan kondisi yang seperti ini? aku tidak berguna! aku hanya menang cerdas dan pintar bicara. Mana mungkin aku dapat menjadi pahlawan?" gumam Delvin yang heran. Disaat Delvin baru saja selesai bergumam, layar hologram itu langsung terklik ke pilihan A yang membuat Delvin terkejut.
"Eh? aku gak gak memencet nya," ucap Delvin yang sedikit kesal. Sekarang dia mendapati pertanyaan kedua yang merupakan senjata. "Senjata apa yang kamu pilih untuk melawan monster pertama?". Lagi-lagi terdapat beberapa pilihan senjata, pilihan A adalah pedang, Pilihan B adalah pistol peluru tak terbatas, Pilihan C adalah panah.
Tentu saja pilihan-pilihan tersebut membuat Delvin kebingungan.
"Pilih yang mana ya? kalau pedang seperti nya aku tidak dapat menggunakan nya disaat seperti ini. Kalau panah? harus membutuhkan kelincahan! hmm berarti yang B!" ucap nya yang kemudian memencet pilihan B. Kini Delvin tinggal menjawab pertanyaan terakhir yang berupa "Elemen apa yang kamu pilih?". Jawaban pilihan A adalah Api, Yang B adalah tanah dan yang C adalah Cahaya. Delvin kembali mempertimbangkan.
"Hmm kalau element api cocok untuk senjata nya panah, kalau element nya tanah pastinya cocok untuk senjata pedang. Maka dari itu aku akan memilih element cahaya!" ucap Delvin yang kembali mengklik layar hologram nya.
Kini layar hologram pun menghilang dari hadapan nya. Waktu yang semula terhenti itu kembali berjalan. Monster itu melirik tajam Delvin. Disaat bersamaan, sebuah pistol muncul dari tangan kanan Delvin yang membuat Delvin senang.
"Hu ternyata Tuhan masih memberikan ku umur panjang. Baiklah, aku akan menghadapi monster lidah panjang!" ucap Delvin yang begitu bersemangat. Ia pun mengarahkan pistol nya ke monster itu kemudian menembak nya.
Disaat peluru keluar, terdapat sebuah cahaya yang bersinar terang yang membuat monster tersebut tidak dapat melihat.
"Hmm ternyata perkiraan ku tidak salah! kalau begini, akan jauh lebih cepat mengalahkan monster nya," batin Delvin yang terus menembak hingga monster itu pun hancur menjadi debu. Tentu saja Delvin merasa lebih lega sekarang.
Walau begitu, Delvin berniat keliling kampus karena barangkali saja dia menemukan mahasiswa maupun mahasiswi yang masih selamat.
Delvin membuka pintu kelas nya dan menemukan banyak sekali mayat-mayat mahasiswa dan mahasiswi yang cukup mengenaskan. Tak hanya mahasiswa dan mahasiswi saja, namun ada juga mayat-mayat beberapa dosen di sana serta terdapat dua monster yang bermondar-mandir di lorong kelas nya.
"Aku harus membunuh nya!" batin Delvin yang kemudian menembaki kedua monster itu.