Mendengar hal itu, Delvin menggaruk-garuk leher belakang nya sembari cengar-cengir.
"Ah begitu lah resiko nya jadi penulis yang memberikan ending kurang menyenangkan di novel nya," ucap Delvin yang membuat Elaina menatap nya dengan tatapan serius.
"Aku jadi penasaran dengan cerita mu deh," singkat Elaina. Mendengar hal itu, Delvin hanya bisa terdiam yang membuat Elaina langsung membuka ponsel nya. Namun baru saja menyalakan ponsel nya, Delvin langsung menarik tangan nya, melewati kendaraan-kendaraan yang berhenti karena lampu merah.
Elaina sempat terkejut dengan apa yang dilakukan Delvin. Tak butuh waktu lama, mereka sampai di sebrang jalan. Delvin menatap kearah Elaina kemudian mengambil ponsel nya.
"Kenapa kau selalu membuka hp mu di waktu yang tidak tepat?" ucap Delvin dengan tatapan serius yang membuat Elaina terdiam mendengar nya. Elaina terdiam sejenak lalu setelah nya ia memeluk Delvin dengan erat yang membuat Delvin tak nyaman.
"Astaga kau ini, kenapa kau tiba-tiba memeluk ku seperti ini sih?! ayo kita ke supermarket sekarang, perutku sudah keroncongan lho," ujar Delvin yang membuat Elaina terdiam.
"Jadi kau sudah kelaparan? kenapa tidak beli sarapan saja tadi?" tanya Elaina. Mendengar hal itu, Delvin menggelengkan kepala nya.
"Enggak ah, aku lebih suka sarapan dengan roti di supermarket dibandingkan sarapan di cafe. Lagipula hemat juga dan bikin perut ku kenyang kok," jawab Delvin dengan santai nya yang membuat Elaina jengkel.
"Hah kau mah sudah masuk kategori pelit bukan hemat lagi. Lagipula, kau begini karena kau selalu mendapatkan banyak makanan dari teman-teman perempuan, bukan? maka dari itu, tanpa membeli sarapan dan makan siang, kau sudah mendapatkan nya secara gratis dan selalu ada setiap hari," ucap Elaina. Mendengar hal itu, Delvin hanya tertawa mendengar nya.
"Hehehehe maafkan saya! saya memang cukup populer jadi jangan iri ya. Sudah ah aku mau segera ke supermarket kesayangan ku," ujar Delvin. Mendengar hal itu, Elaina terdiam lalu setelah nya mereka berdua pergi. Pada saat Delvin berjalan, diri nya tak sengaja menabrak seorang pria berjubah hitam.
Kedua nya saling bertatapan satu sama lain namun Delvin tak dapat melihat wajah nya secara jelas karena ketutup masker dan kacamata. Delvin terdiam sejenak lalu membungkukkan tubuh nya di hadapan pria itu.
"Ma-maafkan saya," ucap Delvin. Mendengar hal itu, justru pria tersebut mendorong Delvin dengan kencang hingga Delvin hampir saja tertabrak mobil yang lewat di jalan. Beruntung nya, Elaina berhasil menarik tangan nya sebelum terlambat.
Ketika Elaina menatap kearah orang tersebut, orang misterius itu sudah pergi entah kemana. Tidak ada jejak dari nya lagi.
"Sialan, cepat sekali kabur nya!" ucap Elaina. Delvin bangkit berdiri lalu merapihkan pakaian nya yang berantakan.
"Sudahlah biarkan saja, Mungkin dia tak sengaja melakukan hal itu," singkat Delvin yang membuat Elaina kesal.
"Kau nih kenapa sih? jelas-jelas dia melukai mu secara sengaja. Kalau tidak karena aku yang menolong mu, pasti kau sudah terluka ketabrak mobil sekarang," ucap Elaina yang membuat Delvin terdiam mendengar nya.
"Iya sih. Tetapi entah kenapa kepala ku terasa pusing padahal aku baik-baik saja lho," ujar Delvin yang membuat Elaina menatap nya dengan raut wajah heran. Elaina memegangi kedua tangan nya Delvin dan ternyata....
***
"Delvin, apakah kau baik-baik saja? Delvin, kumohon jawablah aku! bertahanlah Delvin," ucap Elaina sembari memegangi tangan kanan Delvin dengan kedua tangan nya. Ternyata kejadian sebelum nya merupakan bayangan Delvin. Ya memang dirinya didorong oleh pria misterius namun diri nya yang sebenarnya tetap tertabrak mobil dan kini kepala nya dipenuhi banyak darah karena terbentur bagian depan mobil dengan keras.
Masyarakat yang ada di sekitar sana pun mengerumuni mereka serta menghubungi ambulance dan polisi terus-menerus. Elaina terus menggenggam tangan Delvin. Delvin yang semula diam seperti seorang mayat itu kemudian menatap kearah Elaina yang kini juga sedang menatap nya.
"E-Elaina? bukankah tadi aku baik-baik saja?" ucap Delvin dengan wajah nya yang mulai memucat. Tak lama setelah nya, Delvin memejamkan kedua matanya yang membuat Elaina panik.
****
Beberapa jam kemudian...
Terlihat Delvin yang kini berada di suatu tempat yang gelap dan sepi. Ia duduk di sebuah kursi dengan kedua tangan yang terikat ke belakang. Tak hanya tangan namun kaki nya pun juga diikat.
"Dimana aku sebenarnya? bukankah tadi aku ada di jalan dan sedang terluka? sebenarnya apa yang terjadi?" batin Delvin yang berusaha melepaskan diri nya. Tak lama setelah nya, muncul sebuah monster kecil berbulu yang melayang di hadapan nya. Monster tersebut berubah menjadi seorang pria berjubah hitam yang sebelumnya mendorong nya.
"Padahal aku sudah mendorong mu dan kepala mu sudah terbentur mobil dengan keras! seharusnya kau mati tetapi bisa-bisanya kau masih hidup?! aku jadi ingin mencoba cara lainnya kalau begini," ujar pria itu yang membuat Delvin terkejut mendengar nya.
"Kenapa kau berniat membunuhku seperti ini? memang apa salahku? aku saja tidak pernah bertemu dengan mu tetapi kau terlihat sangat membenci ku!" kata Delvin yang heran. Pria tersebut terdiam lalu menjawab apa yang dikatakan Delvin secara ketus dan dingin.
"Tentu saja, karena keberadaan mu hanya akan mengancam keselamatan dunia ini! maka dari itu, kau harus dilenyapkan," tutur pria itu yang tentu saja membuat Delvin terkejut. Delvin berusaha untuk melepaskan diri namun dia terus-terusan gagal karena tali yang mengikat nya sangatlah keras. Entah mengapa, Delvin merasa bahwa tali tersebut seperti di beri kekuatan sihir maka nya dia tidak mudah untuk melepaskan nya.
Namun meski begitu, Delvin terus berusaha hingga akhirnya dia di tampar oleh pria tersebut yang membuat Delvin menatap nya.
"Kau ini benar-benar menyebalkan sekali ya?" singkat pria itu yang membuat Delvin sungguh merasa heran.
"Sebenarnya salahku apa sih?! jelas-jelas aku tidak melakukan apapun, bertemu dengan mu juga tidak pernah kecuali saat tadi bertabrakan di jalan! tetapi kau begitu nafsu sekali untuk membunuh ku. Terus juga, apa maksud perkataan mu yang sebelumnya? kenapa kau mengatakan bahwa jika aku tidak ada, dunia ini akan baik-baik saja. Memang nya apa yang akan terjadi di masa depan jika aku masih ada?" tanya Delvin yang justru di tampar kencang oleh pria misterius tersebut hingga Delvin jatuh ke tanah.
Di sisi lainnya...
Tampak Elaina yang senantiasa menunggu sahabat nya yang belum sadar. Menurut dokter, Delvin akan sadar dalam beberapa hari lagi karena sebelumnya Delvin sempat kritis. Kalau tidak buru-buru dibawa ke rumah sakit, mungkin Delvin sudah mati sekarang.
Elaina meraih tangan Delvin lalu memegangi nya dengan erat. Air mata pun mulai menetes di kedua pipi nya.
"Delvin, maafkan aku karena tidak dapat melindungi mu dengan baik," ucap Elaina yang cukup sedih.