Chereads / Gak ada / Chapter 7 - Flora

Chapter 7 - Flora

Chiko terdiam kemudian menggelengkan kepala nya.

"Tidak, kristal ini tidak mudah hancur begitu saja kecuali jika ada suatu insiden besar atau bisa dibilang sihir besar yang sangat-sangat berbahaya, kemungkinan itu bisa membuat nya hancur," ucap Chiko yang membuat Delvin diam terpaku.

"Wah keren dong berarti? baiklah akan ku simpan. Atau mungkin ku jadikan saja liontin kalung ku! aku memakai kalung nya di dalam baju," ujar Delvin. Chiko menganggukkan kepala nya.

"Ya terserah kau saja mau bagaimana," tutur Chiko. Mendengar hal itu, Delvin tersenyum tipis lalu menjadikan kristal yang Chiko berikan sebagai liontin kalung nya.

Beberapa jam kemudian....

Tampak Elaina yang baru saja tiba di kampus. Ia menatap sekeliling nya yang ramai padahal setahu dia jam kampus malam sepi.

"Hmm katanya kalau malam sepi, kenapa sekarang ramai ya?" ucap Elaina yang heran. Elaina pun memasuki gedung kampus nya. Baru saja melangkah masuk, dua orang perempuan menghampiri nya dan mencegat nya.

"Ah Elaina. Tunggu sebentar!" ucap salah satu dari gadis tersebut. Mendengar hal itu, Elaina menghentikan langkah nya lalu menatap nya.

"Ya? ada apa?" tanya Elaina yang sebenarnya rada-rada kesel.

"Hmm bagaimana kondisi nya Delvin sekarang? apakah dia sudah sadar dari kritisnya?" tanya gadis tersebut yang membuat Elaina semakin jengkel. Sontak saja, Elaina langsung menjawab nya secara ketus.

"Delvin mati," ketus nya sembari berjalan pergi. Mendengar hal itu tentu saja membuat kedua gadis tersebut terkejut.

"A-apa? Delvin mati?" ucap nya.

Beberapa menit kemudian....

Elaina sampai di kelas nya. Ketika masuk ke dalam kelas, diri nya langsung dilirik satu kelas terutama para wanita. Teman-temannya yang wanita pun seketika mengerumuni nya dan menanyakan kondisi nya Delvin yang membuat Elaina jengkel.

"Ish kenapa kalian secinta itu sih dengan Delvin padahal Delvin belum tentu menyukai kalian?!" ucap Elaina yang setelah nya berlari keluar dari kelas nya.

Elaina berlari sekencang-kencangnya hingga....

Brukkk....

Dirinya terjatuh, ia tak sengaja menabrak tubuh pria yang ternyata adalah Delvin. Di belakang Delvin terdapat Chiko yang langsung menatap nya.

"Elaina, kau kenapa? kenapa kau berlari seperti dikejar hantu begini?" tanya Delvin dengan wajah polos. Elaina yang jatuh bangkit berdiri lalu menunjuk kearah belakang nya.

"Lihat tuh! cewek-cewek di kelas kita berlari mengejar ku karena ingin menanyakan kondisi mu. Sekarang giliran kau lah yang mengatasi nya," ucap Elaina sembari mendorong tubuh Delvin kearah sekumpulan wanita yang satu kelas dengan mereka bertiga.

Sontak saja, Delvin langsung dikerumuni banyak wanita. Tak hanya dari kelas nya, tetapi wanita-wanita dari kelas lain nya pun ikut mengerumuni nya.

Sedangkan Elaina dan Chiko hanya memperhatikan dari kejauhan. Chiko hanya geleng-geleng kepala melihat Delvin yang dikerumuni banyak perempuan tersebut.

"Astaga, kasihan juga ya kadang-kadang kalau dikerumuni banyak wanita begitu? tetapi kalau dia otak nya ngeres, bisa jadi raja Harem," ucap Chiko yang langsung dicubit oleh Elaina.

"Kau nih ya selalu berpikiran kotor. Delvin masih polos! jangan kau pengaruhi dia, paham?!" bentak Elaina.

Delvin terus saja dikerumuni banyak perempuan sekaligus diinterogasi oleh mereka semua. Ketika sedang sibuk menjawab pertanyaan dari banyak nya wanita di sana, Flora datang dan berjalan menuju wanita yang mengerumuni Delvin.

Flora pun berdiri di antara perempuan-perempuan tersebut yang membuat mereka sedikit menjauhi Delvin. Delvin menatap kearah Flora yang kini juga menatap nya.

"Flora?" ucap Delvin. Flora menghela nafas lalu menghampiri Delvin dan memberikan nya sebuket bunga lalu pergi. Delvin diam terpaku ketika dirinya diberikan bunga oleh Flora meskipun cara memberikan nya cukup kasar karena Flora melempar bunga nya.

Chiko dan Elaina yang semula hanya ngerumpi di pojokan itupun menghampiri nya.

"Eh kau diberi bunga oleh Flora?" tanya Chiko.

"Wah sepertinya dia menyukai mu, Delvin! kemungkinan dia juga mengkhawatirkan mu saat Chiko mengumumkan kabar bahwa kamu di rawat dii rumah sakit," ucap Elaina.

"Aku tak menyangka bahwa Flora akan memberikan ku bunga begini. Hmm sungguh harum," ujar Delvin yang tampak gembira. Delvin yang semula diam di tempat nya itu pun berlari masuk ke dalam kelas, diikuti oleh Elaina dan Chiko.

Sesampainya di dalam kelas, Delvin menghampiri Flora yang duduk di bangku paling belakang. Flora pun menatap nya ketika Delvin berdiri di hadapan nya.

"Kenapa kau berdiri di hadapan ku begini? apa yang mau kau lakukan?" tanya Flora dengan ketus. Delvin terdiam sejenak memperhatikan Flora yang sangat dingin padahal kalau dia ramah dan baik hati, sangat cocok dengan wajahnya yang manis dan polos.

"Hmm kenapa kamu memberikan bunga untuk ku? ah maksudku melempar bunga padaku. Apa maksud dari yang kau lakukan?" ucap Delvin secara tegas. Mendengar hal itu, Flora terdiam lalu menjawab nya sembari lanjut menggambar di selembar kertas.

"Ya gimana ya bilang nya. Sebagai basa-basi dariku! aku tidak dapat mengungkapkan kata-kata yang berhubungan dengan kondisi mu sekarang maka dari itu aku memberikan bunga. Aku tidak tau kamu suka buah apa maka dari itu aku tidak memberikan mu buah," ujar Flora dengan dingin dan datar yang membuat Delvin diam mematung.

"Eh begitu kah? hmm terimakasih atas pemberian bunga nya walau kau memberikan bunga nya dengan melempar," kata Delvin yang membuat kedua pipi Flora memerah.

"Iya, sama-sama. Ngomong-ngomong bagaimana dengan kepala mu? tadi siang katanya kau kritis, tapi kau pergi ke kampus dan terlihat baik-baik saja sekarang?" tutur Flora. Mendengar hal itu, Delvin memegangi kepala nya sejenak lalu tersenyum tipis.

"Ah hahahaha iya, kondisi ku cepat sekali membaik nya sampai-sampai dokter pun keheranan. Tapi tetap saja, aku masih dalam pengawasan dokter. Kalau terjadi sesuatu padaku, aku harus segera ke rumah sakit," cakap Delvin.

Chiko dan Elaina dari kursi nya, memperhatikan Delvin yang asyik sekali mengobrol dengan Flora. Meskipun Flora tak menunjukkan ekspresi apapun, seperti nya Flora merasa senang dapat mengobrol dengan Delvin secara baik dan lancar.

"Wah sepertinya mereka saling mencintai satu sama lain, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang mau mengungkapkan nya," ucap Chiko sembari melepas kacamata hitam nya.

"Ya kau benar, Delvin dan Flora terlihat dekat meskipun mereka baru pertama kali nya mengobrol," singkat Elaina yang agak-agak sedih.

"Kau kenapa? sedih kah? apakah kau menyukai Delvin?" tanya Chiko yang membuat Elaina menatap nya.

"Tidak! aku sama sekali tidak menyukai nya," ucap Elaina secara ketus yang membuat Chiko terdiam.

"Aku hanya bertanya lho, kenapa kau esmosi terus sih kalau sama aku?!" ujar Chiko namun Elaina tak terlalu memperdulikan nya.

"Hu tak peduli," singkat nya.