Chereads / Gak ada / Chapter 3 - Baik-baik saja

Chapter 3 - Baik-baik saja

Ketika Elaina bersedih, tampak seorang pria remaja masuk ke dalam ruangan nya lalu setelah nya ia berdiri di belakang Elaina.

Pria tersebut mengelus-elus punggung Elaina yang membuat Elaina seketika menatap nya. Pria tersebut merupakan Chiko, sahabat dekat Delvin.

"Kau yang sabar ya. Kita memang tidak ada yang tau apa yang terjadi ke depan nya jadi kau jangan terlalu menyalahkan dirimu karena tak dapat melindungi Delvin. Oh ya tadi aku udah izin di grup bahwa Delvin izin selama sebulanan, karena kecelakaan yang membuat nya kehilangan banyak darah bahkan kritis," ucap Chiko. Ketika Chiko baru saja selesai bicara....

"Enak aja Lo! kalau saya izin selama itu, kapan lulus nya? aku tuh pengen cepet-cepet lulus tau," ujar Delvin yang secara tiba-tiba bangun yang membuat Elaina dan Chiko seketika menatap nya. Mereka diam melongo melihat Delvin yang sudah tersadar dan kini sedang menatapi mereka dengan raut wajah heran. Melihat keduanya yang hanya diam, Delvin bertanya.

"Mengapa kalian berdua diam saja? memang nya ada yang salah kah? kalian seperti ngelihat orang mati yang hidup kembali saja!" ketus Delvin. Chiko yang awalnya terdiam itu kemudian tersenyum tipis sembari menganggukkan kepala nya.

"Kau nih ya, baru saja sadar sudah ngelawak aja. Kau sama sekali tak merasakan sakit apapun sampai sebawel ini bangun-bangun?" ucap Chiko. Mendengar hal itu, Delvin terdiam sejenak lalu memegangi kepala nya. Pada saat diri nya memegangi kepala nya, Delvin baru tersadar bahwa dia di perban.

"Eh kepala ku di perban nih?" tanya Delvin. Mendengar hal itu, Chiko menganggukkan kepala nya.

"Ya kepala mu di perban karena terluka parah! untung saja kau tidak amnesia atau mati," singkat Chiko yang membuat Delvin ketakutan mendengar nya.

"Astaga berarti kepala ku bolong dong? ish ngeri deh. Ahhh kepala ku jadi sakit deh," ucap Delvin yang seketika di pukul oleh Elaina.

"Bisa-bisanya kau baru bangun malah bercanda begini. Oh ya ngomong-ngomong kamu akan dirawat sebulan supaya kamu benar-benar pulih. Hmm masalah kuliah, kalau kamu cerdas kamu pasti akan lulus dalam waktu sesingkat mungkin," ujar Elaina. Mendengar hal itu, Delvin terdiam lalu ia bangkit duduk yang membuat Chiko dan Elaina melarang nya dan menyuruh nya untuk kembali tiduran di atas ranjang.

"Delvin, jangan banyak beraktivitas dulu. Kau baru saja sadar!" tegas Chiko secara tenang sembari menghentikan Delvin. Sedangkan Elaina mencubit pipi Delvin sembari melarang nya untuk banyak bergerak.

"Sudah ah kamu jangan gerak-gerak dulu bisa gak? aktif banget jadi orang," singkat Elaina yang membuat Delvin terpaku.

"Eh? apa? aktif dari mana nya? aku cuma gerak sedikit lho. Lagipula yang luka kepala ku, bukan tubuhku kan?" ucap Delvin. Tak lama setelah nya, terlihat dokter yang masuk ke dalam ruang rawat bersama suster. Mereka sama-sama terdiam melihat Delvin yang sudah sadar saja.

Sedangkan Delvin ikut terdiam ketika melihat dokter tersebut terdiam.

"Hmm, kenapa dok?" tanya Delvin yang kemudian bertanya. Elaina dan Chiko sontak menoleh ke belakang. Dokter dan suster yang semula berdiam diri dekat pintu pun menghampiri nya.

"Syukurlah tuan Delvin sudah sadar. Apakah anda merasa sakit di bagian tertentu?" Tanya dokter. Mendengar hal itu, Delvin terdiam sejenak lalu menggelengkan kepala nya.

"Tidak ada rasa sakit di bagian manapun dok. Bahkan kepala saya yang terluka juga tidak terasa sakit kok!" jawab Delvin dengan santai nya yang membuat Elaina jengkel pada nya.

"Bisa-bisanya dia di mengatakan hal seperti itu padahal dia begitu karena ingin pulang secepatnya dari rumah sakit!" batin Elaina.

Kini dokter dan perawat memeriksa kondisi Delvin. Sedangkan Chiko dan Elaina hanya diam memperhatikan nya. Tak lama setelah nya....

"Hmmm iya, kamu sudah baik-baik saja. Padahal kamu tadi kritis, kenapa kamu bisa secepat ini sembuhnya?" tanya dokter yang membuat Delvin melongo mendengar nya.

"Hah dokter? anda mengharapakan saya sakit parah biar dirawat di rumah sakit ini terus-terusan ya?!" ucap Delvin yang membuat dokter mematung. Chiko hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan nya tersebut sedangkan Elaina ingin sekali memukul nya.

"Ish Chiko ini benar-benar keterlaluan!" gerutu Elaina sembari meremas-remas jaket nya. Melihat hal itu, Delvin pun mengalihkan pandangan nya menatap kearah lain.

"Ah bukan begitu, hanya saja kami jarang mendapati pasien seperti anda," saut perawat yang membuat Delvin menatap nya.

"Ohhh begitu. Jadi apakah saya sudah boleh pulang? kalau pulang sekarang, saya bisa langsung ke supermarket, memasak, makan malam terus kuliah! seharusnya sih jam kuliah ku siang, tetapi karena insiden ini jadi malam deh," ucap Delvin.

"Hmm kita lihat kondisi mu dua jam ke depan, kalau kau baik-baik saja maka kamu dibolehkan pulang. Oh ya kalau begitu saya izin permisi dulu," ujar dokter yang kemudian pergi bersama perawat nya.

Kini di ruangan hanya ada Delvin, Elaina dan Chiko. Delvin menatap kearah Elaina dan Chiko yang kini juga sedang menatap nya.

"Eh ngomong-ngomong, saat aku tak sadarkan diri tadi... apakah ada seseorang yang mengikuti ku?" tanya Delvin yang membuat Elaina terheran.

"Hmm orang misterius yang mengikuti ya? kalau gak salah, ada dua sih. Tetapi awal nya aku berpikir bahwa mereka kebetulan menuju arah yang sama meski begitu mereka selalu berada di belakang mobil ambulance!" jelas Elaina yang membuat Delvin diam terpaku.

"Duh gawat kalau begini, aku harus secepatnya pulang. Kalau tidak aku bakal di kurung lagi seperti dulu," ujar Delvin sembari menundukkan kepala nya yang membuat Elaina dan Chiko terheran.

"Hah Delvin, apa maksudmu? kau akan di kurung oleh siapa sebenarnya?" tanya Chiko. Delvin menghela nafas lalu mau tidak mau dia menceritakan masa lalu nya.

"Dulu saat kecil, ketika aku duduk di bangku kelas empat tepat nya setelah Elaina pindah keluar negeri, entah mengapa kedua orang tuaku bersikap aneh. Orang tuaku yang awalnya cuek dengan ku dan selalu sibuk dengan kerjaan nya tiba-tiba saja begitu perhatian dengan ku. Bahkan aku hampir jatuh saja, mereka sudah khawatir. Hingga beberapa bulan kemudian, aku di kurung di dalam kamar! semua akses keluar ditutup baik dari jendela, pintu dan lainnya. Tetapi di dalam kamar ku sudah tersedia ponsel, laptop dan lainnya yang merupakan kebutuhan ku. Setiap kebutuhan ku habis pasti akan diganti dengan yang baru tanpa aku harus meminta nya lalu setiap hari nya aku mendapatkan makanan sesuai jam nya tetapi aku sama sekali tidak dibiarkan keluar," ungkap Delvin.

"Lalu, bagaimana dengan sekolah mu? kau tidak sekolah kah setelah itu?" tanya Chiko yang penasaran.

"Aku tetap sekolah cuma hanya di rumah. Jadi aku mendengarkan penjelasan, mengerjakan tugas, ujian lewat online! hingga akhirnya saat aku berumur tujuh belas, aku pun menyusun rencana untuk kabur. Aku selalu melakukan perhitungan untuk kabur dari akses tertentu. Pada akhirnya saat malam tepat nya saat ulang tahun orang tuaku, aku berhasil kabur. Dan pastinya orang tuaku marah karena aku kabur disaat papaku ulang tahun. Mereka masuk ke dalam kamarku bertepatan dengan aku yang sudah pergi. Dan semenjak itu, aku hidup sendiri! aku cari penghasilan sendiri," jelas Delvin.