"Ah begitu ya. Akhirnya, orang yang dibanggakan oleh kampus jatuh cinta pada seorang gadis. Tetapi sayangnya gadis itu bukanlah kamu, jadi yang sabar ya," ucap Alex yang membuat Elaina menatap nya dengan tatapan sinis.
"Kau meledek ku ya?" ujar Elaina. Mendengar hal itu, Alex terdiam lalu menggelengkan kepala nya.
"Tidak! tidak! aku tidak meledek mu kok. Siapa juga yang akan meledek adik semanis ini! hanya disayangkan saja. Tetapi, kenapa kau tak ungkapkan saja perasaan mu pada nya? lagipula kan dia baru suka, belum ada hubungan dengan gadis yang kau maksud kan?" kata Alex. Elaina menundukkan kepala nya lalu menganggukkan kepala nya.
"Ya sih, sebenarnya dia belum ada hubungan dengan gadis itu! bahkan saling bertatapan saja jarang meskipun kita sekelas," tutur Elaina.
"Nah maka dari itu, kau harus cepat-cepat memiliki nya dulu sebelum dia di miliki oleh yang lain!" tegas Alex. Elaina yang semula duduk di sebelah nya Alex bangkit berdiri lalu berjalan masuk ke dalam kamar nya.
"Aku tak akan pernah melakukan itu karena sejak kecil kami sudah berjanji untuk berhubungan sebagai seorang sahabat selamanya bukan sebagai pasangan!" ketus Elaina yang kemudian masuk ke dalam kamar nya.
Alex diam terpaku mendengar apa yang dikatakan oleh sang adik yang manis. Dia menghela nafas lalu menggelengkan kepala nya.
"Hmm dia itu memang keras kepala," singkat Alex.
Sedangkan di sisi lainnya....
Tampak Delvin yang kini tengah memasak di dapur sedangkan Chiko asik menonton televisi sembari rebahan di sofa.
"Duh bosen banget. Tapi kalau ke dapur, di usir mu sama Delvin karena gak mau dibantuin. CK tuh anak emang bikin gregetan," ucap Chiko. Ketika Chiko baru saja selesai bicara, Delvin datang lalu memberikan cemilan pada Chiko serta tablet nya.
"Nih kau bisa makan cemilan sambil main game. Kebetulan di iPad ku yang ini khusus untuk main game, nonton sekaligus download anime," ujar Delvin yang membuat Chiko melongo.
"Memang nya kau punya berapa iPad sih?" tanya Chiko sembari menatap kearah Delvin yang berjalan pergi ke dapur.
"Dua! satu untuk belajar dan satu untuk sekolah!" teriak Delvin sembari masuk ke dalam dapur. Chiko diam terpaku mendengar apa yang dikatakan oleh teman nya.
Lalu setelah nya ia menatap kearah iPad yang dipinjamkan oleh Delvin dan membuka aplikasi untuk nonton anime.
"Muhehehe bisa nonton anime sepuasnya tanpa harus memikirkan kuota dan penyimpanan data," ucap Chiko yang mulai menonton anime sambil sesekali mengambil beberapa keripik kentang yang kemudian ia lahap.
Di dapur....
Tampak Delvin yang kini tengah memasak untuk makanan malam nya dengan Chiko. Ia memutuskan untuk Lancashire hotpot.
"Hmm meskipun ini biasanya disajikan di hari Natal, tetapi tidak masalah juga kan jika aku membuatnya di hari biasa seperti sekarang?" ucap Delvin. Ketika Delvin sedang sibuk membuat makan malam, terdengar suara Chiko yang memanggil Delvin.
Tentu saja hal tersebut membuat Delvin merasa jengkel. Ia buru-buru lari menghampiri Chiko yang memanggil nya.
"Hoi! ada apa?" ketus Delvin sembari menatap Chiko dengan tatapan sinis. Chiko terdiam lalu menunjukkan sebuah adegan di dalam anime yang ia tonton nya membuat Delvin memukul nya menggunakan majalah di dekat nya.
"Anak setan memang! ganggu orang masak aja," ketus Delvin yang kemudian pergi. Chiko diam terpaku usai kepala nya di pukul oleh Delvin dengan majalah.
"Astaga kau ini sebenarnya apa sih? seperti tak ada nafsu dalam diri mu. Oh apa jangan-jangan kau penyuka lelaki lagi bukan wanita?!" ucap Chiko dengan polos yang kemudian di lempar sepatu oleh Delvin.
"Suka pria dari segi mana nya tolol?!" ketus Delvin yang kemudian kembali memasak. Chiko diam terpaku sembari memegangi kepala nya yang sudah dua kali kena pukul.
"Duhh galak banget Delvin kalau dah marah. Jangan sampe dia meracuni makanan ku karena dah kesel," gumam Chiko sembari mengelus-elus kepala nya.
***
Delvin meletakkan makan malam buatan nya di atas meja. Ia pun melepas celemek yang ia gunakan selama memasak lalu meletakkan nya di tempat nya. Chiko yang semula asyik menonton itupun kemudian pergi ke meja makan dan duduk di kursi menatapi makan malam nya hari ini.
"Hmm? bukankah makanan ini biasa disajikan di hari Natal?" tanya Chiko. Delvin terdiam lalu menganggukkan kepala nya.
"Ya, kenapa? kau tidak mau? kalau tidak mau, juga tidak masalah. Biar aku saja yang habiskan semua nya," jawab Delvin yang membuat Chiko langsung mengambil makanan nya.
"Enggak! enggak! aku mau kok, tapi ini gak ada racun nya kan?" tanya Chiko lagi yang membuat Delvin kesal.
"Mau sekalian ku tambahin racun hah biar kamu gak bawel lagi?" ketus Delvin yang membuat Chiko diam terpaku. Delvin pun mengambil makanan nya lalu berdoa sejenak dan mulai menyantap nya.
"Hmm seperti nya semakin lama, makanan yang ku buat semakin enak," gumam Delvin.
"Bisa-bisanya kau memuji diri sendiri. Seharusnya kau bertanya kepada orang lain mengenai pendapat nya tentang rasa makanan buatan mu," ucap Chiko. Mendengar hal itu, Delvin terdiam lalu menjawab nya secara singkat.
"Aku tidak pernah memberikan makanan buatan ku pada orang lain selain pada kedua sahabat ku yaitu kamu dan Elaina. Entah kenapa, aku masih merasa canggung jika memberikan sesuatu pada orang lain padahal aku kan keliatan nya ramah terus bisa beradaptasi cepat dengan lingkungan baru. Tetapi dibalik itu semua, sebenarnya aku selalu malu, ragu-ragu, suka berpikir apakah aku terlalu berlebihan atau aku terlalu cuek," ucap Delvin yang membuat Chiko terdiam.
Chiko pun tersenyum tipis lalu ia merogoh saku celana nya dan memberikan Delvin sebuah kristal berwarna ungu yang membuat Delvin terheran.
"Ini untuk mu, kristal ini peninggalan dari kakek ku yang sudah tiada. Beliau berkata, barangsiapa yang menyimpan kristal ini, setiap langkah yang ia ambil akan dipermudahkan. Dan menurut ku sih ini ampuh," ujar Chiko dengan santai yang membuat Delvin menatap nya dengan tatapan serius.
"Kau benar-benar ingin memberikan ini karena aku sebagai seorang sahabat mu kan? bukan pacar mu?" tanya Delvin yang membuat Chiko mengerutkan dahi nya.
"Bisa-bisanya kau mengatakan hal itu. Dibandingkan menyukai cowok, aku lebih suka dengan loli loli imut yang galak," jawab Chiko yang membuat Delvin memasang raut wajah datar.
"Hmm wibu yang sudah tidak tertolong," singkat nya. Chiko menghela nafas lalu meletakkan kristal nya di dekat tangan Delvin.
"Simpan saja, barangkali saja kau kesulitan terus karena ada kristal ini kau dipermudahkan," ucap Chiko.
"Apakah kristal ini bisa hancur?" tanya Delvin dengan polos sembari memegangi kristal dan menatapi nya.