Chereads / Menjinakkan Suamiku Yang Nakal / Chapter 12 - perjanjian pernikahan?

Chapter 12 - perjanjian pernikahan?

Aku menatap diriku di pantulan cermin, kenapa aku berdandan sangat rapi? Kenapa sangat cantik? Kenapa sangat mewah? Sebenarnya apa yang mau aku lakukan? Makan malam dengan Xavier tidak seharusnya secantik ini kan?

Tapi kenapa aku mau jadi cantik di depannya?

Aku hampir mengacak rambutku yang tergerai halus dan indah, tapi aku menahan tanganku agar tak melakukan hal bodoh itu. Tidak! Aku harus tenang, aku harus tenang dan berusaha mengalahkan lelaki itu.

Mataku terpejam dan terbuka lagi, mengambil dompet dan ponsel lalu keluar dari kamar. Salah satu pengawal membantuku untuk keluar dari Mansion ini dan menuju tempat makan malam bersama Xavier.

Aku sedikit merasa gugup, tapi apa yang sebenarnya aku rasakan? Kenapa hatiku bertalu-talu tak karuan hanya karena diajak makan malam?

Langkah kakiku memasuki mobil dan mobil itu mulai melaju dengan kecepatan sedang. Mataku melihat ke arah jalanan ibukota yang tidak terlalu ramai, malah terkesan sangat sepi di jam segini.

"Apakah terjadi sesuatu? Kenapa jalanan sangat sepi?" Aku bertanya pada supir, sebenarnya aku tak tahu siapa dia. Semua orang-orang yang ada di mansion perlahan-lahan di ganti dengan orang-orang kepercayaan Xavier. Aku tak punya sekutu sama sekali, semuanya meninggalkan aku sendirian.

Awalnya aku berpikir, Jika semua orang meninggalkan aku, maka aku akan merasa sedih dan tak berdaya, tapi entah kenapa aku merasa baik-baik saja. Ya, walaupun aku kesal pada Xavier.

"Tuna Xavier meminta jalanan di kosongkan agar anda tidak terlambat datang dan kelelahan." Ucapan sang supir membuatku sedikit bingung.

Apakah Xavier mencoba menghabiskan uangku dengan hal-hal remeh seperti ini? Aku akan memotong tangannya, jika dia benar-benar menghabiskan uangku!

Tak berapa lama aku sampai di pelabuhan pribadi, ada banyak kapal-kapal mewah yang terparkir di sana. Beberapa pengawal datang dan menyambutku dengan hormat, aku tak tahu sejak kapan Xavier melakukan hal seperti ini, apakah dia sedang mencoba melakukan permainan lain? Karena untuk pertama kalinya, para pengawalnya seperti tunduk padaku. Walaupun aku juga tak percaya hal seperti ini.

"Silahkan Nona, Tuan Xavier menunggu anda di dalam."

Aku mengangguk, melangkah perlahan karena memakai high heels yang cukup tinggi. Kapal pesiar yang mewah ini bukan milikku, apakah Xavier menyewanya? Tentu saja! Dia tak cukup mampu membeli hal-hal mahal. Sekalipun dia membelinya, pasti itu uangku!

Aku berdehem pelan saat melihat Xavier yang sangat seksi, dia memakai tuxedo warna biru tua, tubuhnya yang berotot dan kekar itu semakin terlihat panas! Rambutnya ditata dengan sangat rapi, bibirnya terlihat cukup merah, matanya semakin terang di bawah cahaya lampu.

"Silahkan duduk." Ujarnya padaku, aku mengikuti saja apa yang dia suruh. Aura kuat dari tubuhnya malam ini membuatku merinding hebat.

Kapal pesiar mulai bergerak perlahan meninggalkan pelabuhan, aku sebenarnya cukup takut jika Xavier membawaku ke tengah-tengah laut dan berusaha membunuhku. Apakah aku akan hidup jika mati di tengah-tengah laut? Entahlah!

Untuk saat ini aku mencoba mengikuti permainannya saja.

Suara piano mulai mengusik pendengaranku, beberapa pelayan datang membawakan makan malam untuk kami, lilin-lilin cantik dengan aroma bunga Jasmine membuat tubuhku sedikit lebih rileks.

Xavier terus menatap mataku, aku berusaha bertahan dengan tatapan maut darinya.

"Apa saja yang kau lakukan seharian ini?" Dia bertanya, sambil menyesap gelas berisi wine yang baru saja dituang oleh salah satu pelayan.

"Hanya bersenang-senang." Aku menjawab seadanya, apakah aku harus jujur dengan semua pertanyaan dari bibirnya itu? Tidak kan?

"Kau tampak lelah dan pucat." Mendengar hal tersebut, tanpa sadar aku memegang wajahku sendiri. Apakah aku benar-benar terlihat lelah?

"Mungkin perasaanmu saja." Kataku.

"Apakah kau takut setiap kali bersamaku? Apakah aku pernah benar-benar menakuti-nakuti dirimu? Katakan padaku, apa yang membuatmu selalu menjaga jarak dan sepertinya sangat membenci diriku." Pertanyaan Xavier membuatku ingin tertawa dan memukul bibirnya dengan kencang.

Dia mempertanyakan hal yang sudah jelas-jelas dia ketahui?

"Apakah itu pertanyaan yang harus terus aku jawab saat berada di dekatmu? Apakah kamu tak sadar bahwa apa yang aku rasakan saat ini karena ulahmu? Haruskah aku baik-baik saja? Haruskah aku tetap tenang dan tersenyum? Haruskah aku menerima semua hal yang jelas-jelas merusak hatiku? Kau menyakiti aku! Mengkhianati aku! Membuat orang-orang yang aku percayai berpihak padamu! Apakah semua ini lelucon bagimu? Pertanyaan-pertanyaan sialan yang terus saja kau ucapkan, membuatku benar-benar muak!

Jadi coba jelaskan, kenapa kau mengajakku makan malam?! Apalagi yang kau inginkan dariku? Apalagi yang mau kau ambil dari diriku?!" Aku bertanya terus terang, lalu meminum wine dengan sekali tenggak, masa bodo jika dia berpikir aku kekanakan.

Siapa yang tak akan kesal saat berada di posisiku? Aku yang tadinya berada di puncak paling tinggi, sekarang harus jatuh dan terguling hingga ke dasar jurang!

Xavier terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu dia menepuk kedua tangan dengan gerakan perlahan. Seorang pria datang dengan raut wajah yang cukup menyeramkan, menatap datar ke arahku. Dia memberikan sebuah map berisi berkas aneh, aku hanya melirik sekilas.

'Perjanjian pernikahan'

Itu yang aku baca.

Apalagi sekarang?!

"Aku mengajak berdamai dengan dirimu, aku akan kembalikan semua hak-hak yang kau miliki. Kekayaanmu berupa Uang, perusahaan, saham, harta benda, segala bentuk kebebasan milikmu, aku akan berikan lagi. Tapi dengan satu syarat." Ujar Xavier padaku, dia berkata dengan sangat serius.

Apakah dia sedang menjebak diriku dengan cara lain?

"Apa syarat itu?" Tanyaku hati-hati.

"Tandatangani perjaka pernikahan ini, dengan begitu kau setuju menjadi istriku seutuhnya dan tak akan meminta perceraian dalam bentuk apapun. Lalu, kau harus melahirkan tiga orang anak untukku, darah dagingku dan darah dagingmu. Kau harus jadi istriku, ibu dari anak-anakku, serta menjadi wanita yang akan mendukungku dalam hal apapun."

Aku terdiam sebentar saat mendengar hal tersebut, ini apa? Perjanjian macam apa? Maksudku, apakah Xavier terobsesi untuk mendapatkan keluarga bahagia, hingga meminta hal konyol seperti ini?

"Jika semua milikku kembali padaku, lalu kau? Apa yang kau dapatkan dari perjanjian pernikahan yang terdengar sangat konyol ini?" Tanyaku sedikit mengejeknya.

"Apapun yang aku dapatkan dari perjanjian ini, kau tak perlu tahu." Hanya itu yang Xavier ucapkan, setelahnya dia sibuk memakan makanan utama dengan sangat santai.

"Apakah kau sedang melamar diriku?" Tanyaku lagi, dia menghentikan gerakan tangannya lalu tersenyum tipis.

"Anggap saja seperti itu, lamaran setelah pernikahan." Ujarnya.

"Tak romantis sama sekali." Jawabku asal, aku hanya bingung menanggapi apa yang dia inginkan. Aku tak punya niat menolak, tapi aku tak mau menerima begitu saja, dimana harga diriku?

Jika aku tandatangani perjanjian ini, maka aku harus bersama dengan lelaki ini seumur hidup? Dan jangan lupakan tentang permintaannya memiliki tiga orang anak?! Tiga! Astaga! Robek vaginaku melahirkan sebanyak itu!

"Kau mau hal yang romantis? Tunggu saja, aku akan berikan hal-hal romantis untukmu." Suaranya mengalun sangat lembut, aku dibuat tak berdaya saat mendengar kata-kata sederhana itu.

Ada apa dengan diriku?!!