(Bella POV)
Karena ucapan Nona Stella yang membawa-bawa tentang kekasihku, entah kenapa aku merasa tak terkendali untuk menemuinya.
Dia adalah Dimitri.
Lelaki yang memang aku cintai selama ini, lelaki yang hanya datang karena dia membutuhkan aku. Tapi aku tak masalah dengan hal seperti itu, aku tak masalah jika hanya dimanfaatkan saja. Aku mencintai Dimitri, aku menginginkan dia sepenuh hati. Walaupun aku terlihat bodoh, tak masalah aku terlihat bodoh. Asal aku bisa bersama dengan lelaki yang aku cintai itu.
Pagi-pagi sekali aku menemui Dimitri yang sepertinya tidak tidur semalaman. Aku melihatnya yang sibuk merokok dan beberapa kali menyesap teh hangat.
Sebenarnya, aku tak pernah berani mengganggunya saat dia banyak masalah. Entah kenapa, tapi aku anggap bahwa lelaki itu saat sedang banyak masalah lebih memilih menjauh dari keramaian dan menjadi sangat penyendiri.
"Hai, apakah aku boleh aku duduk?" Aku masih saja mencoba bertanya hati-hati padanya, walaupun sudah mengenalnya sangat lama, tapi rasanya masih saja sangat sungkan jika harus bertindak semena-mena.
"Hai, kamu sudah bangun. Duduklah, aku tadi mau membangunkan dirimu tapi kamu terlihat sangat lelah." Dia tersenyum manis, tatapan matanya benar-benar menyejukkan seperti embun pagi hari ini.
"Aku menunggumu, sejak tadi aku menunggu dan berharap kamu masuk ke dalam kamarku. Kenapa tidak masuk?" Dengan berani aku bertanya seperti itu, dia langsung tersenyum dan membuang rokok yang tadi dihisapnya. Mematikan dengan cepat kakinya yang terbalut sandal.
"Apakah kamu benar-benar menunggu diriku?" Dia bertanya dengan sangat serius, aku langsung mengangguk tanpa basa-basi.
"Menunggu aku, atau hal lain?" Dia bertanya lagi, aku tahu bahwa pertanyaannya ini mengandung banyak arti.
"Apa yang kamu inginkan? Kalau aku, menginginkan banyak hal darimu." Aku menyentuh tangannya, memberitahu bahwa aku sangat merindukan dirinya. Aku merindukan setiap sentuhan dan tatapan manis kami.
Aku merindukan saat dia terus memuja diriku di atas tempat tidur, aku merindukan setiap hentakan yang dia ciptakan untukku. Apakah aku bisa merasakan hal itu, disaat seperti ini.
"Aku sedikit sangat suntuk, entah mengapa aku memang menginginkan hal yang sedikit ekstrim. Menurutmu, disaat seperti ini apa yang paling menyenangkan?" Dia menyentuh pipiku dengan lembut, nafasnya masih berbau rokok tapi tetap terasa hangat.
"Katanya, saat seorang pria sedang suntuk. Ada hal yang bisa membebaskan mereka dari hal itu, ada hal yang mampu membuat mereka kembali bersemangat. Apakah kamu mau tahu apa hal itu?" Aku bertanya dengan nada pelan, dia terlihat gelisah saat aku mengatakan hal tersebut.
Matanya menatap dengan penuh harapan, bibirnya digigit dengan penuh penantian. Dia menginginkan hal yang sama dengan apa yang aku inginkan.
Dia…
Lihatlah bagaimana dia sudah menginginkan diriku. Alisnya terangkat, pupil mata melebar dan tatapannya lebih intens dan cuping hidung melebar dan napas lebih cepat. Pria tidak akan melakukan gerakan yang berlebihan untuk memberi tanda bahwa hasratnya sedang naik. Tapi kita bisa menilainya dari hidung. Cuping hidung membesar untuk mengakomodasi perubahan pola nafasnya,
Dia..
Dengarkan bagaimana suaranya sudah sedikit berat, saat seorang pria menginginkan penyatuan, maka otot-otot yang mengontrol pita suara akan mengencang. Hasilnya, suaranya menjadi lebih berat tapi juga lebih lembut. Dan itu sangat seksi bukan?
Aku selalu suka saat seorang pria yang mencoba meminta kenikmatan duniawi, karena pada saat itu mereka akan terlihat seperti kucing kecil yang lugu.
Menggemaskan!
Aku ingin menjatuhkan Dimitri ke bawah kakiku secepatnya, aku ingin dia menyentuh setiap inci kulitku dan memasukkan inti tubuhnya ke dalam inti tubuhku dengan sangat tergesa-gesa. Ya.. aku menginginkan penyatuan! Sex yang hebat hingga kamu lupa diri!
"Bolehkah aku meminta hal itu? Hal yang mungkin akan membuatku tidak suntuk lagi?" Dia memohon dengan sangat lembut.
"Hal itu…? Kamu mau dengan cara lembut atau cara kasar?" Aku bertanya dengan serius.
"Cara apapun, aku suka." Dia tampak sangat pasrah.
"Katakan, Dimitri. Apa yang kamu inginkan?" Aku melepaskan sentuhan tangan darinya, memilih untuk bangun dari tempat duduk tapi terus menatap matanya.
Lihat..
Jika dilihat dari atas begini, dia benar-benar sangat ingin aku terkam hingga membabi-buta.
"Kamu, aku ingin kamu. Berikan aku hal-hal yang menyenangkan, berikan aku hal yang kasar atau lembut sesuka hatimu. Aku ingin semuanya! Aku ingin semuanya!" Dia ikut bangun dari tempat duduk.
Disini tak mungkin kan? Ada banyak perawat dan orang yang mungkin akan berlalu-lalang, walaupun aku tidak yakin juga.
"Maka, aku akan berikan semuanya! Jika kamu mampu memuaskan aku." Aku berbisik sensual di samping telinganya. Dia langsung tertawa, tubuhnya mulai mendekat ke arah tubuhku.
"Kamu akan menangis, kamu akan menggila dan kamu akan memohon ampun saat aku sudah memasukan seluruh akal sehatku ke dalam lubang vaginamu!" Ucapannya langsung membuat seluruh tubuhku merinding.
Sialan!
Pemain wanita sepertinya memang mampu membuat lawan seremeh diriku hancur dalam hitungan detik saja.
"Bawa aku tempat yang bisa membuatku menangis, dan memohon ampun padamu." Kataku yang masih berusaha menantang ucapannya.
Dia tertawa, lalu mengangguk dengan sangat yakin. Dengan sekali gerakan, dia menggendong diriku, aku hampir berteriak karena sangat terkejut.
Tapi tentu saja aku menahan teriakan itu di dalam mulut, aku tak mau menghabiskan tenaga apalagi suaraku di tempat seperti ini. Aku akan menghabiskan semuanya saat bersamanya saja, aku akan memastikan berteriak kencang di samping telinganya.
Kami masuk ke kembali ke dalam ruanganku, ruangan khusus yang memang cukup terpojok ke dalam lorong-lorong hening dan sepi.
Kami tak banyak bicara saat melewati setiap tempat, sepertinya naluri dan akal sehat hanya sampai disitu saja. Sebab, saat Dimitri berhasil membuka pintu dan menutup pintu kembali, dia langsung menjatuhkan diriku ke atas tempat tidur.
Dia mendorong tubuhku dengan tubuhnya yang sangat besar dan kekar.
Aku terpekik kaget, karena dengan sangat kasar dia mencengkram leherku, menjilat ujung bibirku dengan lidahnya yang terasa panas!
Gila! Sedikit sentuhan dari lidahnya mampu membuat aliran darahku bergerak cepat.
"Katakan, Bella.. apa yang kamu? Sex yang kasar atau lembut?" Dia masih bertanya, padahal dia sudah mencengkram kasar sisi wajahku. Tapi Cengkraman itu malah membuat adrenalin dalam diriku bangkit tidak terkendali.
"Sesuatu yang kasar! Puaskan aku, Tuan Dimitri yang terhormat!" Kataku membentaknya, dia langsung tertawa.
Tawa yang terdengar seperti iblis pencabut nyawa, mungkin dia tak akan menyambut nyawaku. Tapi dia akan mengoyak seluruh pertahanan diriku dan membuatku memberikan seluruh tubuh ini.
Aku ingin dia menjamah tanpa basa-basi, aku ingin dia menyentuh tanpa hati-hati, aku ingin dia menjatuhkan aku ke dalam neraka yang membakar seluruh tubuh ini.
"Puaskan aku!!" Kataku sekali lagi, dan pada saat itu juga Dimitri langsung merobek pakaian tipis yang aku pakai.
Robekan itu terdengar sangat nyaring dan menggetarkan jiwa.
Pakaian dalam yang aku kenakan sudah terlihat jelas olehnya, matanya itu langsung berubah gelap. Nafsu sudah menguasai dirinya.
"Bebaskan iblis dalam dirimu, bebaskan rantai yang mengikat jiwamu. Jatuhnya diriku hingga ke dasar neraka dan terbangkan aku ke ujung surga! Aku menginginkan penyatuan ini." Sekali lagi, aku berucap seperti itu.