Chereads / Menjinakkan Suamiku Yang Nakal / Chapter 21 - isi otakku aneh!

Chapter 21 - isi otakku aneh!

Kami berdua ngobrol banyak hal saat pergi minum kopi bersama, bahkan sesekali Gabriel menceritakan tentang hidupnya dan keseharian yang membosankan. Lelaki itu juga memberitahukan apa yang dia sukai dan apa yang tidak, teman-teman yang sering membuatnya tertawa dan sebagainya.

Aku merasa senang mendengar hal tersebut, aku seperti mendapatkan cahaya baru di tengah gelapnya dunia. Gabriel punya cerita hidup yang hampir sama denganku, itu kenapa kami berdua saling memahami satu sama lain.

Bahkan aku yang biasanya tidak terlalu mudah akrab dengan seseorang, kini bisa bercerita banyak hal. Kami tertawa dan membuat obrolan hari itu begitu indah.

Ketika aku diantar sampai di depan mansion, aku langsung menengok ke arah Gabriel dan tersenyum padanya

"Terimakasih temanku, hari ini aku lebih mengerti artinya dunia." Aku berkata jujur, memang benar aku mendapatkan banyak hal darinya. Maksudku, mungkin karena aku sudah lelah dengan semua pengkhianatan, jadi aku lebih mudah untuk membuka diri dan akhirnya bisa berteman dengan Gabriel tanpa disangka-sangka.

Kalau biasanya aku susah sekali dekat dengan seseorang, sekarang aku lebih mudah terbuka. Aku sudah tak mau berpura-pura kuat, menjalani dunia yang perlahan mengoyak jantungku hingga ke dasar tulang belulang.

"Sama-sama, kita bisa lakukan lagi di akhir pekan besok. Bagaimana?" Tanya Gabriel yang membantuku menurunkan beberapa barang belanjaan.

"Boleh, aku akan ikut kelas memasak minggu depan. Apakah kau akan datang juga?" Tanyaku, aku mengambil barang belanjaan dari tangan Gabriel.

"Tentu, kita ketemu disana oke. Selamat malam, langsung beristirahat." Gabriel mengacak rambutku dengan gemas, aku hanya bisa mengangguk saja.

"Kau pergi lebih dulu, aku akan menunggu." Ujarku padanya.

"Baiklah, aku pergi ya.." Gabriel tersenyum sekali lagi lalu masuk ke dalam mobilnya, mobil itu langsung bergerak perlahan meninggalkanku.

Aku langsung melangkah masuk ke dalam mansion, dimalam seperti ini suasana mansion jauh terasa lebih sepi.

Kemana semua orang? Aku menaruh barang belanjaan ke dapur, lalu keluar dari sana dan naik ke lantai atas.

Aku terus saja melangkah dan masuk ke dalam kamar, ketika pintu terbuka dan lampu menyala secara otomatis, aku dapat melihat Xavier yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil meneguk wine dengan gerakan perlahan, aku tak tahu bahwa dia akan ada disini saat akhir pekan.

"Sudah selesai berpacarannya?" Satu pertanyaan darinya membuatku sedikit menaikan alis bingung.

"Siapa yang berpacaran?" Tanyaku acuh tak acuh, aku memilih untuk melangkah ke arah kamar mandi untuk mandi dan menenangkan diri sejenak. Aku sedang tak mau berdebat dengan Xavier, karena sudah sangat lelah dan moodku sedang baik.

"Lelaki itu? Siapa?" Xavier mengikuti aku hingga ke depan pintu kamar mandi yang memang transparan.

Aku hanya mendesah nafas kasar, lalu membuka seluruh pakaian tanpa merasa malu sama sekali. Kenapa aku harus malu di depannya? Sedangkan kami sudah saling melihat tubuh masing-masing.

"Dia temanku" kataku dengan suara pelan, lalu melangkah ke arah bathtub dan mengisi dengan air hangat, aku menuang aroma terapi agar lebih menenangkan saat aku sudah berendam nantinya.

Mataku sedikit melirik sinis ke arah Xavier yang masih saja belum pergi saat dia mempertanyakan siapa lelaki yang bersamaku tadi.

"Ada apa denganmu? Apakah ada yang mau kau bicarakan selain pertanyaan konyol tadi?" Aku menarik botol berisi aroma terapi dengan cukup kasar, tidak bisakah Xavier membiarkan aku menenangkan diri sejenak saja?

Kenapa setiap saat dia selalu membuatku kesal dan membencinya tanpa diduga-duga.

"Apakah kalian punya hubungan?" Sekali lagi pertanyaan Xavier sedikit tak aku mengerti.

"Tidak juga, kenapa kau bertanya seperti itu?" Aku mematikan air hangat yang tadi mengalir ke dalam bathtub, aku masuk ke dalam bathtub yang sudah terisi penuh air hangat dan aroma lavender yang menenangkan.

Aku tidak peduli apakah Xavier akan menunggu diriku hingga selesai mandi atau bagaimana. Biarlah dia disana hingga dia bosan.

Saat aku mulai ingin memejamkan mata, aku merasa seseorang menyentuh kepalaku, seseorang yang membilas rambutku dengan air hangat. Aku membuka mataku lagi, kini aku menatap ke arah Xavier yang ada di atasku. Dia menatap wajahku dan tangannya yang besar menyentuh rambutku hingga ke bagian leher. Sentuhan yang membuatku langsung merasa tak berdaya.

Sentuhan itu membawa banyak ketidakberdayaan, aku tahu bahwa sekarang diriku lemah pada sentuhannya.

Xavier..

Lelaki yang kukira sangat polos dan akan jadi suami yang bisa aku atur-atur, kini dia terlihat sangat nakal dan menjadi lelaki yang menyebalkan!

Kenapa?

Kenapa Dewi bulan mengirimkan lelaki yang pada akhirnya hanya mempermainkan perasaanku saja. Kenapa semuanya terasa sangat menyakitkan untukku? Apakah cobaan hidupku tak akan pernah berakhir? Apakah sampai aku mati, hidupku hanya berkecimpung di dalam pengkhianatan saja? Tidak bisakah aku mendapatkan seseorang yang benar-benar bisa aku percaya

Aku takut, aku takut jatuh cinta pada lelaki yang sudah aku tahu sejak awal hanya mempermainkan perasaanku saja.

Aku mencoba untuk bertahan, aku mencoba untuk berkata bahwa aku tak mungkin jatuh cinta pada lelaki sepertinya. Mantra ajaib itu selalu aku katakan dengan kencang, tapi sepertinya tak ada keajaiban yang akan aku rasakan. Sebab, pada akhirnya aku tetap jatuh pada ketidakberdayaan, pada akhirnya aku tetap memberikan tubuhku untuk dijinakkan olehnya.

Bisakah aku berpikir waras? Bisakah aku tetap mempertahankan tubuh dan harga diriku ini? Kenapa setiap sentuhan yang dia berikan seperti candu yang merontokkan seluruh pertahanan diriku?

Aroma lavender sudah cukup memabukkan, lalu ditambah dengan sentuhan lembut dari tangan Xavier, lelaki yang mampu membuatku kehilangan akal hanya dengan sentuhan seperti itu. Apakah aku memang murahan?

Tangannya turun dari leher ke area payudara, aku menelan ludah susah payah ketika remasan hangat itu membuatku langsung memejamkan mata untuk menikmati sensasi aneh yang memang sangat aku sukai.

"Apakah kau berpacaran dengan lelaki itu?" Kembali, pertanyaan itu dia ungkapan. Aku yang sudah menginginkan dirinya hanya bisa menggelengkan kepala secara perlahan.

Mataku terbuka dan menatap matanya lagi, sebelah tanganku yang basah langsung memegang wajahnya, aku menyentuh dengan gerakan perlahan.

"Kenapa kau mempertanyakan hal yang tak penting? Apakah masalah jika aku punya kekasih? Pada akhirnya aku tetap milikmu, bukan begitu?" Tanyaku hati-hati.

Aku menyentuh bibirnya, mengangkat sedikit kepalaku agar bisa mencium bibirnya. Satu kecupan sangat kurang bagiku, aku langsung menarik sedikit bibirnya dan menggigit dengan kasar, Xavier langsung meremas payudaraku dengan kasar, hal tersebut membuatku mendorong tubuhnya, membawanya untuk masuk ke dalam bathtub, aku tak suka hal-hal yang setengah-setengah, jika kami sudah berciuman seperti ini dan dia sudah menggoda diriku, kenapa kami hanya berakhir pada ciuman saja? Kenapa tidak berakhir dengan sex kasar yang akan membawa kami pada surga dunia yang berada di langit paling tinggi?

"Apakah kau benar-benar hanya milikku?" Xavier berkata seperti itu setelah dia melepaskan bibirnya dari bibirku, tubuhnya sudah basah keseluruhan, otot seksi di tubuhnya membuatku tak bisa berpikir normal, aku membayangkan kembali bagaimana tubuh tersebut mampu membuatku kehilangan arah dan berteriak kencang hingga lupa diri.

Ahhhh…

Aku langsung menyentuh dadanya yang sangat seksi, otot-otot yang begitu keras dan seksi itu memang tidak ada duanya. Aku mengecup lehernya, aku tak suka saat dia mempertanyakan hal-hal tak masuk akal disaat seperti ini.

"Katakan lebih dulu, apakah kau benar-benar milikku?" Dia kembali bertanya, menahan kedua tanganku yang sudah mau menyentuh ke area lain.

Kenapa dia malah menahan diriku yang mau memperkosa dia saat ini juga?

"Iya aku milikmu, setelah aku tanda tangan perjanjian kita. Bukankah aku sudah resmi jadi milikmu? Aku akan melahirkan anak-anakmu, aku akan menjadi ibu yang baik, aku akan jadi istri yang baik. Jadi kenapa kau mempertanyakan hal yang sudah kau tahu seperti apa jawabannya?" Kataku sedikit kesal, nafsu sudah menyelimuti tubuhku, kenapa dia menahan rasa nikmat yang mungkin akan kami rasakan bersama-sama secepat mungkin!

"Lalu kenapa kau pergi bersama lelaki lain?" Satu pertanyaan yang sangat aneh itu pada akhirnya membuatku langsung sadar akan satu hal, apakah dia sedang cemburu?

"Apakah kau cemburu? Karena aku pulang bersama laki-laki?" Tanyaku secara terang-terangan, pada saat itulah aku melihat tatapan aneh dari wajah Xavier.

Lelaki itu tak berekspresi dengan benar, tapi aku tahu bahwa dia memang sedang cemburu.

Atau aku yang terlalu percaya diri pada apa yang dia rasakan saat ini?

"Apakah menurutmu pertanyaanku tadi adalah bentuk dari kecemburuan?" Mempertanyakan hal yang sebenarnya tidak aku ketahui sama sekali. Apakah dia sudah gila? Dia yang bertanya dan aku yang harus berpikir! Dasar lelaki sialan!

"Mana aku tahu, memangnya aku mudah membaca pikiran orang lain! Sudah dasar kau menyembunyikan pikiranmu itu sangat rapat! Aku penasaran apakah kau ini benar-benar kaum werewolf atau bukan!" Kataku dengan nada sinis, bukan apa-apa. Hanya saja aku tak suka saat dia bersikap ingin menang sendiri. Memangnya dia siapa? Bertanya seperti lelaki cemburu, tapi saat ditanya dia malah bersikap angkuh! Dasar! Jika bukan tubuhnya yang nikmat, mana mungkin aku mau berlama-lama di dekatnya.

Lihatlah..

Sialan! Tubuhnya di bawah air hangat seperti ini semakin seksi!

Aku tidak kuat!

Haruskah aku merobek pakaiannya saja secepat mungkin, lalu bergoyang di atas tubuhnya hingga dia lemas? Ahh.. itu ide yang bagus!

"Jangan berpikir aneh-aneh, kenapa kau punya otak yang mesum sekali?" Mendengar suaranya yang seperti sedang membaca pikiranku, tentu saja membuatku langsung berdecak kesal!

"Kenapa? Ini isi otakku, suka-suka aku mau berpikir apa!" Kataku dengan nada sinis, aku sudah sangat bernafsu tadi sekarang harus berada di situasi yang menyebalkan.

Entah terbuat dari apa sikap lelaki seperti Xavier ini!