Chereads / Menjinakkan Suamiku Yang Nakal / Chapter 18 - Bawa aku terbang, Dimitri!

Chapter 18 - Bawa aku terbang, Dimitri!

Dia kembali tertawa, dia membuka seluruh pakaiannya. Dia tak mau berbasa-basi, sepertinya. Tubuhnya yang indah dan kekar, setiap lengkuk yang membentuk badannya itu mampu membuatku ingin menjilat hingga saliva ku habis.

Mataku menatap dengan sangat teliti, dia membiarkan aku puas menatap tubuh indahnya. Mataku terpaku pada keperkasaan yang sudah menegang hebat. Bulu-bulu halus yang terpotong dengan sempurna, membuat penisnya jadi tambah seksi!

Ahhhh…

Entah kenapa melihatnya telanjang seperti ini, aku merasa seperti melihat patung Dewa Yunani dalam mitologi jaman dulu. Dia mendekat, secara perlahan-lahan. Dia seperti meminta diriku untuk menyentuh keperkasaan itu. Dia ingin aku menyentuh dan menghisap dengan kasar.

Aku tertawa, saat dia menarik kencang tanganku dan membuat seluruh wajahku menghantam perutnya.

Dia menarik rambutku, membuat kepalaku mendongak dan mata kami saling bertemu satu sama lain.

"Kamu mau mencium bibirku yang kecil lebih dulu, atau penisku yang lebih besar?" Pertanyaan tak senonoh dari bibirnya membuatku tertawa.

"Tentu saja aku memilih yang lebih besar, sayangku!" Kataku yang sudah mencengkram penisnya dengan kuat.

Dia mendesah perlahan, sepertinya cukup terkejut bahwa aku tak suka sesuatu yang lemah lembut.

"Sepertinya sang Putri seksi ini sudah lama tidak menggila ya?" Dia seperti menyindir diriku yang memang sudah lama tak merasakan sex dengannya.

Entah sudah berapa kami tak saling menyiksa satu sama lain. Lupakan hal itu, saat ini aku hanya ingin dirinya, aku hanya ingin semua yang ada di tubuhnya.

"Aku akan menghabisi dirimu hari ini." Kataku menantang dengan sangat yakin.

"Kita akan saling menghabisi." Ujarnya penuh percaya diri.

Aku mengangguk, mengiyakan apa yang dia katakan. Dengan cepat aku membuka mulutku lebar-lebar, tadinya bibirku ini hampir sampai untuk menjilat penis kebanggaan Dimitri.

Tapi sialnya mulutku langsung ditutup oleh kain hitam, bukan kain biasa sepertinya. Itu celana dalam yang dia pakai tadi!.

"Emmmm..emmmm…" kataku berusaha untuk meminta melepaskan kain sialan itu!

Tapi dia tertawa, dia sudah menarik kedua tanganku lagi. Lalu mengambil gesper yang tadi dia pakai. Dia mengikat kedua tanganku sangat kuat, aku ingin membentak dirinya, tapi sepertinya akan sangat sia-sia. Sebab dia telah menjatuhkan aku lagi ke atas tempat tidur, dia tertawa-tawa kembali seperti psikopat yang akan membunuh mangsanya dengan siksaan tanpa akhir.

Dia melangkah ke arah meja rias, mencopot beberapa kabel listrik, merusaknya dan memastikan tak ada aliran listrik disana. Dia menarik satu kakiku, mengikat dengan kencang ke ujung tempat tidur. Tidak hanya satu kaki, dia mengikat kedua kakiku dan membiarkan selangkanganku terbuka lebar.

Sialan!

Dia mencoba memainkan permainan yang sudah lama tak kami rasakan!

"Aku akan menghabisi dirimu lebih dulu, aku tak mau kalah darimu sayangku.. karena kita sudah lama tak melakukan sex yang nikmat, jadi aku mau memastikan kamu tak melupakan hari ini."

Kata-katanya mengandung banyak kesakitan!

Dia merangkak dengan perlahan, menyentuh ujung kakiku dan mulai menjilat bagian pahaku yang sudah terasa dingin saat ini.

Ahhh….

Jilatan kedua yang membuatku memejamkan mata, aku.. aku ingin dia!

Tangannya yang besar mengelus setiap kulitku yang sudah meremang tak karuan, dia membuat gerakan yang cukup aneh. Aku tak tahu apa yang sebenarnya dia coba lakukan, terkadang seseorang yang sedang buta karena nafsu, akan sulit mendeskripsikan proses yang terjadi.

Intinya, dia menyentuhku agar aku menggila! Intinya, dia menyentuhku agar aku berteriak hingga frustasi. Intinya, dia menyentuhku agar aku jatuh pada ketidakberdayaan, memohon ampun dan berharap dia mau menuntaskan seluruh perasaan yang menggebu-gebu ini.

Dimitri!

Nama itu, mengandung banyak arti.

Bahkan disaat seperti ini, dia mampu menciptakan getaran-getaran yang membuat seluruh udara mendadak panas dan membuat nafasku sesak.

Wajahnya turun ke area selangkangan, dia mengendus dan menghembuskan nafas hangat berkali-kali. Sialan!

Aku benar-benar tidak bisa bernafas jika seperti ini.

Dia seperti paham apa yang ada di dalam otak kecilku, dia membuka penutup mulutku lalu tersenyum penuh arti. "Berteriaklah sayangku!!" Katanya.

Setelahnya dia benar-benar menjilat tanpa aba-aba, seluruh kewarasan telah hilang seperti debu yang terbawa angin. Jari-jarinya mulai menggelitik tanpa tempo yang berarti, lidahnya menari-nari bagai gelombang air laut yang siap menumbangkan segala jenis karang yang kokoh.

Pinggangku tertahan oleh salah satu tangannya, dia membuatku semakin melebarkan kedua kakiku. Semakin tersiksa saja diriku, ketika lidah dan bibirnya bermain dengan lihai, menyentuh setiap titik yang tepat. Belum lagi ditambah jari-jarinya yang telah masuk dan melesak ke dalam kenikmatan itu, menggeliat seperti ulat kelaparan yang memakan daun hingga tak tersisa.

"Ahhhhh….!! Ahhhh.. Dimitri!!" Aku mau memaki tindakan tak senonoh yang dia lakukan saat ini. Tapi apa kuasaku sekarang? Tangan dan kakiku terikat. Hanya tubuhku yang mampu terus bergerak-gerak mengikuti setiap sentuhan yang dia ciptakan.

Rasa basah dan hangat adalah perpaduan yang pas dari sebuah kepuasan. Dia memang ahli, dia memang iblis, dia memang lelaki sialan yang ingin sekali aku bunuh dalam sex yang panjang nantinya!

Dimitri terus saja melakukan semua hal sesuka hatinya, dia tak peduli pada teriakan kenikmatan yang keluar dari bibirku. Pada akhirnya, ketika tempo jarinya semakin cepat dan lidahnya bermain semakin kurang ajar, aku melepaskan seluruh ketidakberdayaan itu pada getaran-getaran hebat yang membuat tubuhku terguncang tak karuan!

"Ahhh…. Sialan!" Kataku, setelah mendengar suara tawa yang keluar dari bibirnya.

"Suka? Mau lebih?" Dia bertanya sambil menjilat setiap ujung jarinya yang tadi masuk ke dalam lubang vaginaku.

"Pertanyaan macam apa itu?" Aku tak takut apapun, walaupun tubuhku masih sedikit bergetar karena permainannya tadi.

"Aku tidak mau membiarkan dirimu menang, saat ini, aku mau membawamu ke surga yang lebih tinggi, sayang.." Dia menyentuh keningku, lalu mencium bibirku dengan lembut.