Xavier menurunkan aku dari gendongannya, lalu dia menggandeng kembali tanganku, kami berjalan ke arah lain. Sebuah Gua yang cukup terang karena cahaya rembulan yang sangat cantik.
Kami masuk perlahan-lahan ke dalam sana dan aku melihat pencahayaan yang hanya diterangi dengan obat-obor, Api yang menyala-nyala di setiap dinding Gua.
Kami semakin masuk ke dalam dan begitu dalam, sebenarnya aku sedang kesal dengan ucapan Xavier, maksudku dia tampak sangat tenang dan berpikir aku bisa melakukan apapun yang dia inginkan.
Dia membuka satu pintu, di dalam sana ada satu ranjang besar yang dikelilingi oleh Air di sekitarnya. Kasur putih bersih yang aku lihat, tapi tidak basah karena di bawahnya ada batu besar sebagai alas.
Xaviera menutup pintu di belakangnya, lalu dia membuatku menatap matanya. Dia mengelus lembut pipiku dan tersenyum. "Maukah kau memberikan banyak anak untukku?" Tanyanya dengan suara lembut.
"Aku sudah berjanji, aku harus menepatinya bukan?" kataku tidak yakin.
"Jadi kita akan bercinta hingga lemas, aku akan membuatmu tak akan melupakan malam ini." Ujar Xavier lagi.
"Lakukan! Lakukanlah semuanya."
Ketika aku menatap matanya lagi, dia sudah tersenyum, entah apa yang dia lakukan. Tapi aku melihatnya yang mengeluarkan sebilah belati dan langsung menyayat telapak tangannya dengan cepat.
Darah mengalir cukup deras di telapak tangannya, namun entah kenapa aku tidak terkejut ataupun takut. Aku hanya diam saja dan menatapnya, dia mengarahkan telapak tangannya ke bibirku. "Minumlah." Hanya itu yang Xavier katakan, dan bodohnya lagi bibirku mendekat ke telapak tangannya dan mulai menghisap darahnya perlahan-lahan. Tidak ada rasa amis ataupun rasa aneh dari darahnya, semuanya malah terasa seperti air putih yang biasa aku minum.
Kenapa rasanya begini? Ini darah, tapi kenapa darahnya tidak ada rasa yang membuatku mual? Maksudku aku membencinya, kenapa aku mau melakukan apapun yang dia inginkan?
Belum sempat aku bertanya, bibirku sudah dia bungkam dengan bibirnya. Dia melumat secara perlahan dan aku langsung menyukai ciuman tersebut.
Aku suka? gila! aku sudah benar-benar gila saat berada di dekatnya.
"Jangan di lawan, kita nikmati ini bersama-sama. Percaya saja padaku dan aku akan memberikan yang terbaik padamu. Anak-anak kita akan lahir dengan selamat." Xavier mengatakan hal tersebut saat dia sudah melepaskan ciuman dari bibirku. Lalu dia menggendong diriku dan membawaku ke kasur yang tadi aku lihat.
Membaringkan aku dengan hati-hati, matanya terlihat memerah dari bawah sini. Dia tampan sekali
Aku menatap mata Xavier dengan begitu lekat, saat aku melihat bagaimana saat ini tatapan itu melumpuhkan seluruh pertahan diriku, aku dapat merasakan sesuatu yang teramat aneh berusaha melesak masuk dengan terburu-buru. Sesuatu itu seperti hasrat dalam diri, sesuatu itu seperti keinginan yang sudah lama ditunggu dan mulai merangkak naik untuk meminta dan memberi.
Tangan besarnya mengelus lembut perutku, setiap rasa di jari-jari tangannya seperti petikan gitar, sangat hati hati dan penuh makna. Ketika aku merasakan nafas hangatnya mulai menjelajahi lengkungan leherku, saat itu juga aku menelan ludah susah payah, aku sudah tidak baik baik saja. Aku sudah hampir gila dan aku akui sudah jatuh pada pesonanya. Lelaki tampan yang sekarang sudah jadi suamiku.
Dia memelukku dan mendorong tubuhku semakin dalam, aku terbaring, menatap matanya yang saat ini sudah memperhatikan diriku dengan begitu Intens, aku memerah dan aku meremang. Saat bibirnya yang seksi itu mencium lembut bibirku dan mengecapnya dengan begitu lembut, aku terbang ketika rasa bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam rongga mulutku, aku terbang dan aku terus melayang naik ketika tangan besarnya meremas payudaraku. Aku dibuat melayang dan jatuh secara bergantian, dengan semua perlakuannya.
"Manis." Katanya.
Xavier bangun dari atas tubuhku, lalu membuka kemeja dengan perlahan. Apakah aku harus membantunya? aku mencoba untuk bangun, namun tangan dia lebih dulu menahan pundakku dan mengecup keningku perlahan.
"Biarkan aku bermain dengan baik malam ini, kau mau jadi suami untukmu." kata Xavier lagi, aku akhirnya mengangguk.
Aku melihat saja bagaimana dia membuka kemeja dan juga celana panjang yang dia pakai, Aku dapat melihat boxernya yang berwarna hitam. Aku dapat melihat langsung bagaimana otot-otot sempurna itu berada di depanku lagi.
Setelah sekian lama, setelah banyak jam yang aku lalui. Akhirnya aku bisa melihat lagi otot kekar yang beberapa hadir di mimpi-mimpi malamku, aku dapat melihat lagi kekuatan Xavier yang ada di setiap lekuk tubuhnya.
Dia naik lagi ke atas tubuhku secara perlahan, lalu mengelus lagi rambutku. Lalu mulai mencium bibirku lagi, tapi kali ini dia mencium dengan begitu menggebu-gebu, begitu berkeinginan dan begitu kasar. Aku menikmati setiap permainan bibirnya, aku mengikuti setiap jejak lidahnya menelisik masuk ke dalam setiap rongga mulutku. Ini terlalu luar biasa, ketika aku bisa merasa nafas hangat Xavier dan juga rasa bibirnya yang manis. Aku bisa merasakan bagaimana inti di bawahku sudah meremang dan tanpa sadar aku merenggangkan kakiku secara perlahan.
Aku meminta, aku memuji dan aku ingin sesuatu yang luar biasa.
Tangan Xavier mulai meraba punggungku dan melepaskan pengait bra yang ada disana, dalam sekali tarikan aku dapat merasakan hawa dingin yang sudah menyentuh titik sensitif itu, dengan sekali gerakan juga Xavier sudah menghisap puting payudaraku dan menghisapnya dengan lembut, aku terbang lagi. Tapi kali ini aku merasa ada sesuatu yang berusaha menarik paksa, aku ingin lebih, aku ingin lebih..
kata kata itu seperti mantra yang membuatku tanpa sadar menarik rambut Xavier dan membuatnya semakin menggigit puting payudaraku dengan kencang.
Aku mendesah, aku hancur..
Aku dapat merasakan nafas kami saling bersahutan, aku juga dapat merasakan saat tangan Xavier yang satu lagi menarik cepat celana dalamku dan aku langsung melebarkan kedua kakiku. Naluriku semakin liar, pikiranku sudah tidak baik.
Aku ingin berlari, aku ingin berlari dan mengejar kepuasan itu.. aku ingin menggapainya dan merasakan semuanya di dalam inti tubuhku.
Tanganku sudah memegang kedua lengan Xavier dan meremasnya dengan kencang, kami bertatapan lagi, mata merahnya membuatku sadar bahwa dia begitu ingin! Aku dengan perlahan memegang dadanya dan tanganku terus turun ke bawah, aku menyentuh satu benda yang begitu kokoh dan perkasa. Aku menyentuhnya, aku merasakan bagaimana kedutan di balik boxernya membuatku langsung membuka penghalang tersebut.
Penisnya, penisnya benar-benar! Kenapa aku tak ingat bahwa penisnya sebesar ini?
Besar dan begitu luar biasa, bagaimana rasanya saat masuk ke dalam inti terdalamku lagi? Ahhhhh aku akan sangat ingin cepat-cepat melakukan semuanya! Aku menatap matanya lagi dan berharap dia cepat-cepat membuatku klimaks!
Dia seperti paham apa yang aku inginkan, dia kembali mulai mencium payudaraku lagi, tapi kali ini ciuman itu semakin turun dan turun lagi. Ciuman itu membasahi seluruh tubuhku dan membuatku meremas sisi tempat tidur. Aku menggeliat pelan karena rasa geli yang terasa, rasa geli dan nikmat!
Aku semakin melebarkan kakiku, saat mulut Xavier semakin dekat dengan sesuatu yang basah dibawah sana, sesuatu yang sudah meminta dan.....
"Ahhh...." Aku semakin mendesah, saat mulut Xavier sudah bermain lembut dan membuatku semakin menggeliat, dia menyenangkan! Ternyata dia pemain lidah yang handal!
"Ahhh.. Xavier!" Kataku lagi, dia terus memainkan bibirnya dan menghisap dengan sedikit cepat, aku seperti ingin melebur. kepalaku sangat pusing dan rasanya aku ingin melepaskan semuanya, aku ingin melepaskan kenikmatan ini dan berteriak kencang!
"Aku.. Ahhhhh... Aku… akan keluar! Xavier aku akan keluar!" Aku tidak bisa berkata apa apa lagi ketika permainan lidah Xavier membuatku tak karuan!
Aku ingin menangis, ketika rasa itu semakin membuatku menggelinjang. Rasa itu, Rasa itu lagi lagi datang, ketika aliran darahku semakin naik dengan cepat dan aku aku spontan menghancurkan seluruh dunia dengan satu tarikan nafas, dengan satu getaran hebat. Aku melebur! Seluruh tubuhku bergetar hebat! tidak ada yang bisa aku deskripsikan ketika aku merasa begitu nikmat! Aku benar-benar melebur menjadi serpihan kaca yang diterpa gempa bumi.
Semuanya seperti petasan yang meledak menjadi menjadi butiran kenikmatan yang menyenangkan.
Xavier mengangkat wajahnya dan dia tersenyum manis
"Bagaimana rasanya? Aku hebat kan?" Dia bertanya dengan sangat serius, aku hanya bisa memegang tangannya dan meminta kekuatan untuk mengembalikan seluruh kesadaranku.
Tapi Xavier tidak memberikan kesadaranku, dia sudah memulai permainan lain. Dia tersenyum kecil, tak lama aku merasakan penisnya membongkar seluruh inti tubuhku, penisnya yang menerobos tanpa permisi, penisnya yang besar itu membuatku melotot lebar.
"Fuck! Kau brengsek!!" Hanya itu yang mampu aku ucapkan padanya.