Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 39 - Conversation at Night

Chapter 39 - Conversation at Night

Usapan halus yang membelai rambut panjangnya membuat Hana tersentak. Cepat-cepat ia menoleh untuk mengetahui manusia mana yang berani menyentuhnya tanpa izin.

"Tabletmu."

Hana menjadi sangsi melihat Junwoo. Laki-laki ini seolah mengenalnya lama. Matanya bergerak mengikuti pergerakan Junwoo sampai duduk berseberangan dengannya. Baru kali ini Hana bertemu seseorang, asing tetapi begitu memahaminya. Padahal belum ada 24 jam mereka bertemu, berkenalan pun tidak.

"Boleh aku bertanya padamu?"

"Shoot me." Seperti tidak bermasalah, Junwoo malah menantang Hana untuk mengeluarkan segala macam hal yang mengganggu pikirannya.

Hana mengangkat gelas latte-nya, meminumnya sebelum ia melontarkan banyak pertanyaan pada laki-laki bernama Junwoo ini. "Selain Lee Junwoo apa yang harus kutahu tentangmu?"

Kedikkan bahu Junwoo menambah geraman Hana. Sesungguhnya kalau tadi kakaknya tidak banyak mengomel dan memberikan banyak pekerjaan, ia ingin sekali mendamprat manusia menyebalkan di depannya. Jadi, ia memilih membuang pandangan ke luar cafe. Mengamati hilir mudik lalu lintas disertai lampu-lampu jalanan kota yang mulai menerangi malam.

"Anak kedua dari dua bersaudara. Bekerja di perusahaan IT, makanya aku paham mengenai segala tentang informasi yang berhubungan dengan teknologi." Junwoo paham akan diamnya Hana. Ia lelah seharian bekerja dan terusik pada pikirannya sendiri. "Kau mau tahu apa lagi?"

Hana menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, menimbang pertanyaan lain untuk Junwoo. "Menguntit itu tidak baik, kau pasti tahu itu. Segala hal tentangku tidak mungkin kau ketahui begitu saja kalau tidak mencari tahu sebelumnya. Apa menariknya seorang Park Hana sampai kau bertindak seperti ini, huh?"

"Bagaimana kau bisa tahu aku menguntit sedangkan tadi saja kita tidak sengaja bertemu karena kau menabrakku. Ayolah namamu dan kakak-kakakmu sudah sering berkeliaran masuk berita bisnis. Park Hana dan Park Seoga tidak asing buatku, thanks to the media."

Hana berdecak masih tidak percaya pada ucapan Junwoo, "media tidak memberitakan tentang tingkah kakakku."

Junho merogoh ponselnya, menggulir galeri foto untuk akhirnya ia tunjukan pada Hana, "Lee Dong Il, kau kenal pada pria ini bukan?" Anggukan Hana pertanda positif bagi Junwoo untuk meneruskan aksi pura-pura baru mengenal Hana. "Igeon nan appaga (1)."

"MWO?! Tuan Lee adalah ayahmu?" Hana terkejut saat mengetahui kalau klien favoritnya adalah ayah dari laki-laki yang beberapa jam lalu masih asing baginya. "Kau tidak bercanda kan?"

Junwoo sengaja memberikan ponselnya sendiri pada Hana agar bisa melihat semua galeri foto berisi foto keluarganya. Saat menggapai ponsel itu, Hana menunjukkan ekspresi bingung. Alat komunikasi tembus pandang di tangannya tampak seperti sebuah kaca, tidak ada satu pun perangkat-perangkat menempel di ponsel. Ia membolakbalikan ponsel ke atas ke bawah tetap tidak menemukan cara mengoperasikan alat canggih ini.

Kekehan pelan terdengar, ia menyuruh Hana mengetuk sudut ponsel sebanyak dua kali dan ajaibnya ponsel tersebut seperti bunglon, memunculkan wallpaper beserta banyak aplikasi. "Omo, aku bisa mendapatkan barang ini di mana?"

"Masih sangat terbatas, baru beberapa orang yang memiliki ponsel itu." Ok, mungkin dia terkesan sombong tapi Junwoo tidak bisa membeberkan fakta kalau ponsel ini baru ada dua tahun setelah kematian Hana.

Hana memutar bola matanya malas, dan karena hal itu ia menjadi tidak berminat untuk mengetahui lebih tentang Junwoo. Dengan rela menunggu dan mengembalikan tabletnya sudah cukup bagi Hana kalau laki-laki di depannya tidak berbahaya. "Terima kasih sudah membantuku hari ini. Aku pamit." Membereskan barang-barang miliknya, Hana berdiri dan membungkukkan badannya sedikit berpamitan.

Helaan napas panjang berembus, sangat berbeda sekali ketika dulu berkenalan dengan Hana. Kalau ia kembali pada masanya, apakah ia bisa membalikkan keadaan? Berkenalan tanpa ada rasa curiga, berjalan menyusuri malam, menatap Hana penuh canda tawa. Junwoo mengeluarkan alat dari saku celananya, risiko? Detik ini pun tidak ada perubahan berarti, mungkinkah risiko yang sering disebutkan Robert dan Tuan Jung hanya untuk menakutinya? Terbukti dia baik-baik saja.

Sesegera mungkin Junwoo meninggalkan kafe dan mencari keberadaan Hana, tidak mungkin perempuan itu berjalan cepat, mengingat hari ini sudah melelahkan baginya. Hana yang ia kenal terlalu malas bergerak kalau pekerjaan kantor menghantamnya seharian.

"HANA!!!!" Lengkingan suara Junwoo, tidak hanya membuat Hana yang menghentikan langkahnya tetapi mencuri perhatian pejalan kaki lainnya. Terengah karena mengejar Hana, Junho lebih peduli pada raut kesal Hana daripada kebingungan orang lain. "Gatchi bab meokgeoso? (2)"

"Wae? Kau mau mengajakku berkencan?"

"Andwae? Ayo aku tahu restoran enak di sekitar sini. Kau suka sushi?" Junho tidak asal menebak, makanan favorit Hana nomor satu adalah segala macam jenis sushi.

Lirikan Hana pada jam tangan melingkar di tangan kirinya, pertanda ia sedang memperhitungkan waktu sebelum Seoga bertanya aneh-aneh kalau sampai dia pulang terlalu larut. "Kau yang bayar?" Junwoo mengangguk mantap, "pulang diantarkan?" Sekali lagi Junwoo mengangguk pasti. Kalau perlu ia akan 'mencuri' mobilnya di tahun 2022 agar Hana dapat beristirahat dengan nyaman. "Kol! Aku akan membuatmu mengeluarkan banyak uang hari ini."

***

Junwoo menyerahkan banyak sashimi salmon, tako, dan tuna pada Hana. Ia tahu tiga jenis sashimi ini adalah kesukaan Hana. Ia juga menuangkan soy sauce dan bubuk cabai disertai serutan jahe. Hana tidak terlalu suka pada wasabi, baginya itu terlalu pahit dan pedas.

Hana tidak menaruh curiga sedikitpun, meski aneh, perut lapar Hana lebih memilih menerima dan makan. Ia terus mengunyah hingga 15 piring bertumpuk di atas meja. Untuk mengakhiri menghabiskan uang Junwoo, ia memesan satu botol sake.

"Kau suka tteok?"

"Eo, setelah ini mau makan tteok?"

Junwoo terkejut mendengar pertanyaan Hana. Sepengetahuannya, istrinya kalau sudah memenuhi keinginan rasa laparnya tidak akan mencari makanan lain. Apakah Hana di tahun 2022 suka sekali makan?

"Memang kau tidak kenyang?"

Hana berserdawa kemudian tertawa melihat reaksi Junwoo. "Aku masih sanggup menghabiskan satu piring tteok dan eomuk. Sushi belum membuatku kekenyangan, Tuan Lee."

"Daebak, badanmu ternyata sanggup menghabiskan begitu banyak makanan. Tidak heran pipimu sebesar itu." Sekarang Junwoo paham kenapa tubuh kecil Hana memiliki pipi tembam luar biasa. Lemak makanan itu menumpuk semua pada pipinya.

Lemparan lap bekas menyeka mulut, Hana berikan pada Junwoo sebagai tanda protes. Ia bergegas memanggil pelayan untuk meminta bon, bergerak cepat menggiring Junwoo agar membayarkan porsi makannya yang kedua.

Sepanjang perjalanan menuju salah satu tenda di pinggir jalan tempat biasa Hana makan, perempuan itu terus berceloteh menceritakan hal ini dan itu termasuk melempar berbagai macam pertanyaan tentang Junwoo. Tak lupa Hana menceritakan keinginannya untuk keluar dari rumah kakaknya karena ingin hidup mandiri.

"Kau tahu, kakakku itu memiliki mulut seperti perempuan."

"Yang mana? Kau punya tiga kakak." Junwoo jelas tahu siapa maksud Hana tetapi ia berusaha pura-pura bodoh agar tidak terbongkar rahasianya.

Hana menepuk jidatnya sendiri, "ah manne, semua artikel pasti tidak menceritakan keburukan seorang Park Seoga. Geunde, semenyebalkannya seorang Seoga tidak ada yang mengalahkan Lee Dong Kook. Kau tahu.." Hana menunjuk Junwoo menggebu-gebu dengan sumpitnya. "Sahabatku Kelana sepertinya ada hubungan dengan kakakku."

Junho menyeburkan soju ke atas meja karena tidak tahan untuk bereaksi pada kalimat Hana. Apa jadinya kalau Hana tahu, kakaknya masih sering dibicarakan pada topik yang tidak pernah berubah. Kelana-Lee Dong Kook seperti satu kesatuan, bos-anak buah terlalu menempel sampai-sampai seorang Ok Taekwon sering mencurigai berita miring tentang istri dan saudara sahabatnya.

Hana menyodorkan sehelai tisu, "orang asing saja sampai tersedak. Kau harus melihat secara langsung, aku bahkan seperti orang asing, bukan adiknya. Ia lebih sayang pada Lana daripada aku." Ledakan kekesalan terjadi. Hana tidak menutupi rasa cemburunya.

"Tapi kalau dikemudian hari mereka berjodoh, kau setuju?"

"ANDWAE!!!!! Shireo, na anjoa (3)." Hana menyilangkan kedua tangannya, tidak akan pernah rela kalau sahabatnya jatuh ke dalam pelukan kakaknya.

Untuk satu malam ini, Junwoo kembali merasa hidup. Masa-masa indah itu datang seperti tidak ada perubahan. Mendengar Hana berbicara seperti napas baru baginya. Melihat istrinya berada tidak jauh darinya, membuat Junwoo lupa bahwa kebahagiaan yang ia ciptakan di ruang waktu saat ini bergaris lurus pada seorang anak perempuan.

Joong Gi tidak menyadari, seharusnya di hari ketujuh ini ia kedatangan keponakan perempuannya. Namun, seolah balita itu tidak pernah ada dalam kehidupan keluarganya. Ia tidak terlihat panik atau pun takut karena ketika adiknya pergi, Hana juga membawa seorang anak perempuan ikut bersamanya.

____________________________________

1. Ini ayahku.

2. Mau makan malam bersama?

3. Tidak mau, aku tidak suka.