Untuk pertama kali dalam hidupnya, Hana merasa gugup luar biasa. Jemarinya tidak berhenti mengait satu sama lain untuk saling meremas. Junwoo menyadari itu, tangannya terulur menyentuh telapak tangan Hana mencoba untuk menenangkan istrinya.
"Kau ingat tempat terakhir kita bertemu?"
Hana mengangkat kepalanya, bergerak menoleh ke arah Junwoo. Wajahnya menampilkan raut wajah sendu. Ia tidak mau percaya semua ucapan Junwoo tetapi ia ingin membuktikan sendiri ucapan laki-laki yang duduk di sampingnya. Ia kembali membuang pandangannya dari Junwoo, sekarang untuk mengalihkan ia memilih untuk menatap pemandangan dari luar taksi.
Junwoo tidak ingin memaksa Hana agar mau berbicara padanya seperti biasa. Ia paham Hana tidak mudah dibujuk rayu kalau ada hal aneh menyangkut dirinya. Ia membiarkan Hana tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Tiba di tempat tujuan mereka, salah satu landmark di Seoul tapi tidak diketahui orang banyak. Junwoo mengajak Hana untuk menaiki undakan anak tangga agar sampai di posisi tertinggi. Hana melangkah sendiri, menolak uluran tangan Junwoo.
"Apa anakku menunggu di sini?" Hana berhenti di tengah-tengah perjalanan, menurutnya sangat tidak wajar anak berusia dua tahun menunggu di tempat dingin seperti ini. Mengingat peralihan musim sedang terjadi.
Junwoo menggeleng, "boleh aku menjelaskan dulu semuanya padamu?"
"Kalau ingin membohongiku tidak begini caranya."
"Aku tidak," Junwoo menyerah, kalau tidak bisa membujuk Hana agar mengikutinya. Itu sudah jadi pertanda kalau dia tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan Hana. Mungkin memang seharusnya dia tidak bermain-main dengan takdir. Merelakan kalau istrinya sudah milik Tuhan, bukan lagi wewenangnya untuk mengajak Hana hidup bersamanya lagi.
Usapan lembut pada pucuk kepala Junwoo membuat sekujur tubuh Junwoo jauh lebih hangat. Jiwa dan raganya jauh lebih baik, mencintai Hana adalah keberuntungan baginya. Junwoo memegang telapak tangan Hana, membawa sentuhan itu agar bergerak semakin ke bawah menuju pipi. "Kenapa Tuhan mengambilmu begitu cepat? Apa salahku sampai harus aku yang membunuhmu, Jagiya." Tersedu melalui tangisannya, Junwoo meracau sambil menciumi telapak tangan Hana berkali-kali.
Hana bisa mendengar kata maaf berulang kali. Tangannya basah karena terkena tetesan air mata Junwoo yang meluncur bebas. Dia menurunkan tubuhnya agar sejajar pada wajah Junwoo. "Jagiya?" Hana tersenyum, tangan lainnya membelai setiap sudut wajah Junwoo. "Ayo ceritakan padaku, bagaimana kita bisa bertemu? Apa pesta pernikahan kita meriah? Ketiga kakakku tidak membuat onar, kan?"
Diciumnya sekali lagi telapak tangan Hana, "suatu hari nanti kau harus mengucapkan banyak terima kasih pada ide gila Shin Hae karena mengajakmu mabuk setelah pesta pernikahannya."
"Shin Hae menikah? Dengan Wooshik? Waa sungguh kau harus menceritakan semuanya sekarang padaku." Hana berdiri lalu mengajak Junwoo untuk meneruskan perjalanan. Hana merasa akan baik-baik saja, ia ingin tahu kisahnya dari seseorang yang mengaku menjadi suaminya.
***
Ia tidak pernah tahu rasanya menjadi seorang ibu seperti apa. Tetapi saat mengelus hasil sonogram, melihat fotonya saat sedang mengandung, dan memegang sepatu kecil milik Na Mi meningkatkan standardisasinya tentang kebahagiaan.
"Terima kasih sudah membawa barang-barang ini dari masa depan." Iya, Hana sudah mendengar cerita Junwoo. Semua, dari awal pertemuan mereka hingga perjalanan waktu yang sengaja dilakukan Junwoo hanya untuk menyelamatkan dirinya. Hana tidak berhenti tertawa saat mendengar kisah cinta empat orang sahabatnya. Ia juga merasa kasihan dan tergelitik untuk menggoda Junwoo, saat tahu sikap ketiga kakaknya pada Junwoo.
Junwoo mengeluarkan foto pernikahannya dengan Hana dari saku mantel, "sesuai keinginanmu, kan?" Hana melirik cincin pernikahan yang melingkari jari manis Junwoo. Ia tergerak untuk meminta Junwoo melepaskan cincin itu dan menanyakan apakah miliknya masih ada atau tidak. Pertanyaan Hana tentu dijawab dengan sebuah kotak berwarna galactica. Satu-satunya harta benda yang bisa Junwoo selamatkan dari tubuh Hana.
"Junwoo-ya," Hana mengangkat dua cincin lalu memperhatikan tulisan grafir di dalam cincin. "Tiga tahun kemudian pun aku masih suka dipanggil 'Nana'? Pasti Joong Gi oppa memberitahumu, ya?"
"Eo, panggilan kecil dari appamu. Dari semua kakak hanya Joong Gi hyeong yang masih lebih berperikemanusiaan kepadaku."
Hana mengekeh, potensial penghargaan kakak terbaik selalu jatuh pada Joong Gi dibandingkan dua kakak lainnya. "Joong Gi oppa jadi menikahi Yea Jin eonni?"
"Eo, mereka punya anak laki-laki bernama Kyung Won. Seoga hyeong juga akhirnya menikahi Min Young nuna tapi belum mempunyai anak. Hanya Dong Kook hyeong masih betah hidup sendiri atau mungkin menunggu Lana sendiri lagi." Pukulan melayang dari tangan Hana. Ia tetap tidak setuju kalau Dong Kook menjadi jodohnya Lana, sudah susah payah ia menjodohkan sahabatnya itu dengan 'seekor' hyena, Ok Taekwon. "Aniya, Lana dan Taekwon bahagia sebentar lagi akan ada anak kecil keluar dari tubuh sahabatmu. Tenang saja, Na Mi punya banyak teman."
Hana merapatkan tubuhnya lebih dekat pada Junwoo, "kau mengurus Na Mi dengan baik Lee Junwoo. Jangan menyesali hanya karena aku tidak ada di sana untuk menemanimu."
"There's no good in goodbye, Hana. Penyesalan karena tidak mendengarkan peringatanmu membuatku terus merasa bersalah setiap harinya."
"There's a good in goodbye, Junwoo." Hana menahan senyumnya karena berhasil membalikkan kata-kata Junwoo. "Kau tidak menyesal menikahi aku di masa depan, kan?"
Junho menyeringai, ia mendapatkan ide untuk membalas Hana. "Aku dari masa depan jadi teknisnya aku sudah menikahi Park Hana di masa laluku bukan dirimu sekarang."
"YA!!!!" Junwoo menahan kedua tangan Hana yang secara brutal memukulinya.
Masih dengan sisa tawa, Junwoo merangkul Hana. "Tidak, aku tidak menyesal menikahimu. Baik aku maupun Junwoo tahun 2022 atau 2025 tidak akan menyesal memilihmu sebagai istrinya. Tapi kita bisa melakukannya lagi sekarang, tidak menjadi masalah bagiku menikahimu dua kali."
Hana menggeleng berkali-kali, ia tidak menyetujui ide Junwoo yang satu ini. Pernikahan tetap menjadi hal sakral baginya. Ia tetap harus mendapatkan persetujuan dari ketiga kakaknya. Melakukan pesta bersama para sahabatnya tanpa terkecuali. Jadi, meskipun tawaran Junwoo sedikit menggiurkan, Hana berpegang teguh pada prinsipnya agar melaksanakan pernikahan sesuai aturan.
"By the way I just realized something. Kalau tujuanmu untuk menyelamatkanku, membawaku kembali pada Na Mi. Kenapa mengatakan seolah-olah aku adalah milik Junwoo dari 2022 dan 2025, bukan dirimu di masa depan?"
Junwoo memaksakan senyumannya, ia sudah bertanya pada Robert tentang kemungkinan untuk membawa Hana kembali ke tahun 2028 sebelum melakukan perjalanan waktu saat ini. Sejujurnya Robert berniat untuk membantu Junwoo menjalankan niat semulanya yang ingin membawa Hana ke tahun 2028 tetapi karena kesalahan Junwoo yang lebih memenangkan ego daripada tujuan sebelumnya, Robert tidak menyetujui permintaan Junwoo untuk membawa Hana ke masa di mana seharusnya ia tidak pernah ada.
Selama Junwoo melakukan perjalanan waktu, Robert meneliti segalanya di Seattle. Gangguan sistem mulai berulah untuk mengacak waktu Junwoo. Robert tidak bisa mengontrol pergerakan mesin. Garis lurus yang seharusnya tidak dilanggar Junwoo berbalik mengubah kehidupan laki-laki itu.
Saran Robert adalah membiarkan Hana tetap pada waktunya, membiarkan Hana bertemu pada Junwoo di tahun 2022 dan 2025. Misi penyelamatan Hana bisa dilakukan oleh Junwoo nanti, ketika mendekati masa-masa terakhir hidup Hana pada tahun 2026. Robert juga menggertak Junwoo agar segera meminimalisir pertemuan dirinya dengan Hana. Baik dirinya atau pun Tuan Jung tidak mempunyai teori pasti dan prediksi kalau Junwoo masih terus berhubungan pada Hana di tahun 2022. Dampak yang akan terjadi pun, akan sulit diterka karena ini baru pertama kalinya Robert berhasil membangun mesin waktu.
Masih banyak penelitian demi penelitian yang wajib dilakukan oleh Robert. Maka dari itu ia membangun hanya untuk satu orang, tidak lebih. Kalau Junwoo memaksa membawa Hana, risiko sekecil apa pun akan berdampak pada kehidupan Junwoo baik di masa lalu maupun di masa depan.
Untuk itu Junwoo terpaksa membawa Hana hari ini karena ingin mengucapkan perpisahan sebelum ia hanya mampu membantu dirinya di masa lalu untuk menyelamatkan hidup Hana. Ia akan menunggu agar Hana kembali dengan cara seharusnya.
"Aku akan menunggumu di masa depan, Hana. Maaf kalau hari ini aku terpaksa berbohong. Hanya dengan begini aku bisa mengucapkan salam perpisahan. Aku berjanji, kau pasti akan bertemu Na Mi." Junwoo bangkit dari duduknya, memaksakan senyuman. "Boleh aku menciummu?"
Hana menatap Junwoo, sebuah ide dan rasa penasaran yang meletup di dalam dirinya. Menjadikan Hana sama gilanya dengan Junwoo saat pertama kali melakukan perjalanan waktu. Ditariknya kerah mantel Junwoo, "kiss me Lee Junwoo."
Ketika bibir mereka saling memagut, tangan Hana bergerak liar mencari sebuah alat yang tadi sempat diceritakan Junwoo padanya. Tidak menyadari tindak tanduk Hana, Junwoo malah semakin merapatkan tubuh Hana dengan merekuh pinggang Hana semakin dalam.
Dalam desahan di antara ciuman mereka, Hana membawa tangan kanannya ke belakang kepala Junwoo. Matanya terbuka lebar, secara sadar ia menekan tombol berwarna merah tanpa meminta izin pada pemiliknya.
___________________________________________