Hana menahan gerakan Lana sampai matanya melihat sosok Junwoo yang sedang berdiri di antara teman-temannya. Hana langsung tersedak dengan minumannya sendiri, ia batuk berkali-kali.
"Mampus lu! Udah pernah gue bilang minum jangan sambil jalan, ngeyel sih!" Lana tetap menyeret Hana mendekati suaminya dan Shin Hae.
"Bukan...itu....lakik..." Terbata-bata Hana berbicara, tapi belum selesai ucapannya. Dia sudah berdiri berhadapan dengan Junwoo. "Junwoo, yeogi isseo?(1)" Hana mencoba terlihat baik-baik saja. Ia mengamati bar yang tidak pernah ia datangi. "Siapa yang mengundangmu ke sini? Ya, siapa yang kenal laki-laki ini?" Hana menunjuk Junwoo dengan gelas yang sedang dipegangnya.
Junwoo menggelengkan kepalanya, kemungkinan besar memang Hana sudah mabuk. "Aku diundang Wooshik, calon suami sahabatmu. Kau tidak suka?" Junwoo bersedekap menatap Hana lekat-lekat memastikan ini adalah Hana si pembuat onar.
"Aish baru bertemu sudah ribut. Bagaimana kalian nanti kalau berumah tangga?" Taekwon menatap Hana dan Junwoo bergantian.
"Hidup berumah tangga dengannya?" Hana dan Junwoo saling menunjuk bersamaan. "Apa kau gila?" Mereka berujar bersamaan dan melihat Taekwon dengan tatapan tidak percaya.
"Nah, nah, persis seperti yang kita lakukan dulu, Jagi." Taekwon merangkul Lana dan tertawa. "Jangan aneh kalau setahun atau dua dari sekarang, kau harus repot mengurusi pernikahan sahabatmu." Hana membulatkan matanya melihat adegan mesra Lana dan Taekwon. Bukankah baru tadi mereka diperkenalkan, kenapa sudah saling melempar kalimat cinta?
"Eo matta, Lana dan pawangnya ini sama persis dengan kalian. Bedanya Lana selalu pura-pura tidak mau diajak bergulat di ranjang. Padahal…"
"Dinding apartemen Lana saksinya. Suara mereka sudah siap saling terjang tapi tidak pernah terjadi. Kupikir mereka menikah cepat karena Lana sudah hamil duluan."
Shin Hae dan Wooshik kompak menghina Lana dan Taekwon.
"Eeeyyy lihat, yang selalu berhasil melakukannya dengan ribut sedang mencela kita, Jagi." Lana balas meledek Shin Hae dan Wooshik.
"Itu tidak akan pernah terjadi pada kami, manusia ini terlalu egois." Hana dan Junwoo saling melihat setelah mengucapkan kata-kata yang sama persis.
"Kau kenapa mengikutiku?" Hana mendelik kesal ke Junwoo.
"Ish, anak manja kau yang mengikutiku." Junwoo tidak segan menyentil pipi Hana. Sama persis seperti di tahun 2025 sebenarnya.
"Jadi, sampai kapan kalian akan terus bertengkar?" Taekwon mulai jengah dengan keributan dua manusia di hadapannya.
Hana tidak tahan menahan rasa keingintahuannya. Benarkah Junwoo yang berdiri di depannya adalah Junwoo yang ia temui tadi siang? "Ga, bicara denganku." Hana menarik Junwoo menjauh dari yang lainnya.
Hana terus menggiring Junwoo sampai keluar bar dan mencari tempat untuk berbicara dengan laki-laki menyebalkan ini.
"KAU!" Mereka berdua saling tunjuk dan bersiap untuk saling tuding.
Baik Hana dan Junwoo terdiam, memperhatikan gerakan satu sama lain. Mencoba menerka-nerka agar tidak terjadi kesalahpahaman.
"Maksudmu memencet tombol tanpa izinku apa, Hana?" Junwoo yang pertama kali membuka suara. Terserah kalau ini adalah Hana di tahun 2025.
Bukan terlihat takut karena omelan Junwoo. Hana malah tampak lega, secepat gerakan cheetah. Perempuan ini menerjang Junwoo secara terang-terangan. Gerakan mendadak dari Hana membuat Junwoo terhuyung ke belakang. Beruntung tubuhnya cepat bereaksi mencari sandaran.
"Tidak lucu Park Hana," protes Junwoo setelah berhasil menyeimbangkan tubuhnya. "Alat itu bukan mainan."
Hana menyengir sangat lebar karena rencananya berhasil. "Aku di tahun berapa?" Ia menjauhkan tubuhnya tetapi kedua tangan Hana masih melingkari pinggang Junwoo.
Sempat melupakan kalau sikap keras kepala Hana bisa membawa kesialan, Junwoo mengalah. Lagi pula sudah terjadi. Mereka berdua berpindah waktu secara bersamaan dan ini sungguh di luar rencana Junwoo. Astaga, membayangkan wajah Robert dan Tuan Jung kalau tahu masalah ini, sudah dipastikan cacian tanpa henti akan terus menyerang Junwoo sampai dua ilmuwan itu puas mengumpat.
"Tahun 2025, tadi acara Wooshik sekaligus ajang pamer karena ia dan Shin Hae sudah bertunangan."
"MWOYA?! Aish, aku tidak tahu apa-apa. Selepas melakukan perjalanan waktu menyakitkan itu, aku terjatuh di depan bar lalu ditertawakan oleh Lana, Shin Hae, dan Taekwon oppa."
Junwoo tertawa sambil menyentil dahi Hana sebanyak dua kali. Syukurlah kalau Hana merasakan perjalanan waktu seperti yang ia alami juga, setidaknya perempuan ini tidak akan lagi berbuat semena-mena. "Makanya Park Hana jangan suka gegabah, kau tidak tahu apa pun. Kau mau tahu satu hal?"
"Wae?"
Junwoo merogoh alat penyebab masalah dari kantong mantelnya lalu menggoyangkan di depan wajah Hana. "Alat ini bisa jadi masalah kalau disalahgunakan. Ada dua kemungkinan saat kau menekan tombol ini, kita akan pergi bersama atau terpisah satu sama lain di waktu yang berbeda." Junwoo memulai ceramahnya. Sangat jelas, ia sudah khawatir kalau alat di tangannya membuat Hana berada dalam masalah. Penjelasan Robert terakhir tentang alat buatannya, benar-benar diingat oleh Junwoo. Maka, dari itu ia tidak berani membawa Hana pergi bersamanya. Dan, sekarang justru Hana sendiri membuat ulah.
Hana menutup mulutnya sendiri menggunakan dua tangan sekaligus. Ia tidak menyangka kalau perbuatannya bisa berakibat fatal. "Mianhae, aku pikir kalau pergi bersamamu, kita bisa mengubah takdir. Aku tahu kau pasti menolak ide gilaku jadi terpaksa aku melakukan ini semua. Aku ingin bertemu anakku, hidup bersamamu lebih lama dari seharusnya."
Junwoo menarik kedua lengan Hana agar memeluknya kembali. Ia tahu pasti ada risiko dari perbuatan mereka berdua tetapi kalau bisa dihadapi bersama, pasti menjadi lebih mudah. Junwoo menawarkan untuk masuk ke dalam bar, berpesta sejenak bersama teman-temannya. Tak lupa ia mengatakan pada Hana kalau ia harus mengucapkan selamat pada Lana dan Taekwon karena baru saja melangsungkan pernikahan dua hari yang lalu. Junwoo mau memperkenalkan Hana pada salah satu sahabatnya, Haneul. Akan ada waktunya mereka berbicara serius, merencanakan setelah ini harus berbuat apa.
***
Tangan besar Junwoo menutup kuap Hana, untuk satu dua hal ia merasa beruntung karena bisa merasakan hal-hal sekecil ini lagi bersama Hana. Tidur berdampingan dalam satu ranjang, bercerita banyak hal sambil menatap satu sama lain, dan satu hal pasti, Hana tetap menjadi seorang Hana. Ia mampu berceloteh sepanjang waktu tapi tetap menjadi pendengar setia.
"Jadi, di tahun 2025 kau sudah terkena efek dari percobaan mesin waktu dan hari ini adalah tepat satu bulan kita berdua resmi berpacaran?"
"Tidak juga, Hana 2025 yang kutahu belum mau kuajak berpacaran secara resmi. Masih nyaman untuk jalan bersama tanpa mau diganggu saat bekerja, walaupun kita sedang berkencan. Namun, melihatmu sekarang, sepertinya Hana yang baru jauh lebih pemalas."
Hana menjewer telinga Junwoo hingga laki-laki di dekatnya mengaduh kesakitan. "Rasakan, baik Hana yang kau kenal dulu dan Hana sekarang sama saja. Aku tetap menjadi budak seorang Park Seoga." Hana menyingkap selimut tebal bercorak abstrak campuran hitam, pink, dan putih yang sedari tadi menutupi tubuhnya dan Junwoo. Kepalanya bergerak meneliti setiap sudut kamar berukuran cukup besar yang di dominasi warna merah menyala.
Kekehan dari mulut Hana terdengar sangat nyaring menggema seisi ruangan kamar. Ia tidak menyangka jadi juga mewujudkan ide sinting untuk memiliki satu kamar bertemakan kamasutra. Hana semakin meledakkan tawanya ketika membuka pintu lemari. Semua serba serbi tentang hal berbau seksualitas berjajar rapi memenuhi tiga lemari. Mata almondnya menangkap sofa bulat besar berwarna soft pink. Tangannya merasa gatal untuk tidak menekan salah satu tombol. Sofa itu mulai berputar 360 derajat, ia sengaja mengatur kecepatan sofa agar bisa menikmati putaran di atas sofa tersebut.
"Kita pernah melakukannya di atas sofa itu," ujar Junwoo menggoda. Ia tidak beranjak dari atas ranjang. Cukup mengamati perempuannya tanpa sedikit pun memiliki hasrat untuk menerjang Hana seperti dulu. Ia hanya mau berada pada momen-momen menyenangkan seperti ini bersama Hana.
Hana memutar tubuhnya untuk mematikan pergerakan sofa. Sesudahnya, ia menumpu berat badannya sendiri menggunakan dua tangan sehingga tubuh Hana terangkat setengah. "Waa, hal-hal gila pertama kali dalam hidupku terjadi bersamamu, ya. Pantas kita menikah setelah tahu aku hamil. Tidak heran kalau Seoga dan Dong Kook oppa mengamuk, kita banyak melanggar aturan."
"Jadi maumu?"
Hana mengubah posisi dari setengah terbaring menjadi duduk bersila, jemarinya mengetuk lutut berkali-kali sebelum mengutarakan hal ajaib yang meruntuhkan prinsipnya. "Ayo menikah, mulai besok kita rencanakan pertemuan keluarga. Kalau Lana dan Shin Hae bersatu sebelum kehamilan terjadi, kenapa kita tidak bisa?"
Junwoo menaikkan satu alisnya, ragu pada ucapan Hana. "Kau yakin? Bisa jadi aku laki-laki penipu dari masa depan."
"Kalau kau penipu, berarti akting menangismu kuacungkan dua jempol. Berikut cerita-cerita harumu, Lee Junwoo."
***
Robert berusaha menghubungi Tuan Jung, tanda waspada pada alat pendeteksi mesin mengatakan kalau manusia di belahan waktu sana sedang dalam keadaan bahaya. Entah apa yang dilakukan Junwoo tetapi kondisi ini bisa merusak kehidupan seseorang.
"Jung Won-ssi, kita harus bertindak. Junwoo membahayakan nyawa seseorang. Cari cara agar bisa menghubunginya. Anak bedebah itu harus cepat kembali."
__________________________________
1. Junwoo, kau di sini?