Joong Gi berang menatap Junwoo. Untuk pertama kalinya selama ia mengenal Junwoo, hari ini ia berani menampar adik iparnya. Joong Gi selalu mendukung keputusan Hana saat memilih laki-laki berengsek di depannya. Ia juga mulai menyayangi Junwoo karena melihat laki-laki ini selalu menjaga adiknya, mendahulukan kepentingan Hana dibandingkan dirinya sendiri. Pun, ketika Junwoo menjadi penyebab kematian Hana, Joong Gi berusaha memaafkan Junwoo dan menerimanya kembali karena ada Na Mi, anak adiknya.
Namun, sikap Junwoo yang sekarang melupakan anaknya sendiri setelah berkeliaran dua minggu entah kemana, membuat Joong Gi muak menghadapi Junwoo.
"Kau gila?"
Junwoo tidak ada perasaan takut, melihat Joong Gi dengan tatapan menusuk, "eo, nan michesseo, wae?(1)"
Sekali lagi Joong Gi melayangkan tangannya ke arah wajah Junwoo, bukan menampar tapi untuk menyerang laki-laki itu menggunakan tinjunya. Tubuh Junwoo terhuyung ke belakang dari serangan dadakan Joong Gi.
"Ssaekiya, itu anakmu sendiri Lee Junwoo. Anak adikku, keparat! Kau tidak memberitahu kami selama dua minggu pergi ke mana dan kau tiba-tiba datang untuk mengatakan bahwa Na Mi bukan anakmu. Kalau kau sudah muak mengurusnya, serahkan Na Mi padaku. Aku masih sanggup mengurusnya."
"Dia bukan anakku, Na Mi masih kecil." Junwoo menegakkan tubuhnya untuk menyatakan hal sejelas-jelasnya di depan kakak iparnya sendiri. Dia merogoh ponselnya lalu menunjukkan semua foto Na Mi yang berada di dalam galeri foto ponselnya. "Ini 2028, kan? Na Mi masih berumur dua tahun lebih dan tidakkah kau sadar Hyeong, wajah Na Mi berbeda daripada di foto ini."
Joong Gi menepis tangan Junwoo, "2028 katamu? Ya babo-ya, ini 2032 jelas anakmu terlihat lebih besar karena sudah berusia tujuh tahun. Kau berbuat apa sih pada otak dungumu? Mabuk? Banyak bermain wanita? Na Mi tidak pernah mengubah wajahnya, dia memang seperti itu dari dulu. Lihat fotonya di sekelilingmu, bodoh!"
Junwoo tersentak mendengar cacian Joong Gi. 2032? Bagaimana dia bisa terlempar empat tahun lebih cepat daripada waktu seharusnya? Rumah Joong Gi masih terlihat sama, jadi ia tidak menaruh curiga sebelumnya. Namun, setelah melihat beberapa foto yang terpajang di rumah Joong Gi, Junwoo baru menyadari sesuatu. Na Mi-nya memang tidak berubah, masih sama seperti Na Mi yang tadi ia temui.
Akan tetapi Junwoo tetap saja tidak mengenali anak ini. Na Mi kecilnya memiliki wajah mirip seperti ibunya, bukan Hana. Bentuk mata, wajah, bahkan bibirnya adalah milik ibunya, bukan istrinya sendiri. Kemana Na Mi yang ia kenal?
"Hyeong, tapi ini bukan Na Mi."
"Masih bisa-bisanya kau bilang dia bukan anakmu? NAGA!!! Memang benar kata saudara-saudaraku. Hidupmu memang untuk memanfaatkan Hana, menipu…"
"ANIYAA!!!! AKU MENCINTAI ADIKMU LEBIH DARI APA PUN DI DUNIA, HYEONG!!!" Junwoo berteriak histeris ketika dituduh menipu Hana. Dirinya sekarang di tahun ini adalah hasil dari perjuangan Junwoo untuk membawa kembali Hana padanya, untuk keluarga Hana, untuk putrinya. Ia tidak masalah kalau sampai dibenci oleh keluarga Hana, tapi jangan sampai mereka semua meragukan perasaan Junwoo pada Hana.
Teriakan Junwoo jelas membangunkan seisi rumah termasuk Na Mi yang sedari tadi mendengar perdebatan ayah dan pamannya sendiri.
"Appa," suara lirih Na Mi terdengar menggaung di sela-sela orang dewasa yang sedang bertikai. Ia berjalan mendekati Junwoo, tidak pernah ia melihat ayahnya bisa semarah ini pada orang lain. "Appa kalau lelah karena bekerja, aku masih bisa menginap di sini sampai urusan Appa selesai."
Nelangsa Junwoo menatap putrinya, tapi bukan putri yang ia kenal. Emosi masih di puncak ubun-ubunnya tetapi tetap ia tidak kuasa untuk tetap berlutut, meraih kedua tangan Na Mi. "Jibe gaja?(2) Appa ada cerita baru tentang eomma." Semoga Na Mi versi 2032 pernah mendengar cerita tentang Hana atau setidaknya sekali dirinya di masa ini menceritakan tentang ibunya.
Na Mi meminta persetujuan Joong Gi, bagaimanapun posisinya saat ini berada di rumah pamannya sendiri.
"Kenapa harus pulang ke apartemen? Di sini saja kalau ingin bercerita." Joong Gi mulai tidak percaya pada Junwoo. Ia menjadi paranoid melihat sikap adik iparnya, takut bukan hanya Hana yang tinggal nama, tetapi keponakannya pun juga.
Junwoo menggeram tidak percaya, "Hyeong!!"
"WAE?? Kau sendiri tadi tidak mengakui Na Mi sebagai anakmu, kan? Lebih aman kalau dia di sini bersama keluargaku daripada bersamamu." Joong Gi membalas delikan tidak suka Junwoo padanya.
Na Mi mendadak berdiri di antara paman dan ayahnya. Melihat mereka secara bergantian. Sangat tidak wajar bagi anak tujuh tahun mengambil keputusan. Tapi tidak bagi Na Mi. Ia berani mengutarakan kemauannya agar pertengkaran keluarganya sendiri tidak berlanjut.
"Keun abeoji, mungkin hari ini appa sedang ada masalah di kantor. Kalau aku pulang bersama appa, nanti sampai apartemen aku hubungi."
"Na Mi-ya," Joong Gi menghela napas kesal, ia belum ada hak untuk mengklaim Na Mi dari Junwoo sepenuhnya, "nanti kalau ada apa-apa kabari aku, aratchi?"
Na Mi mengangguk dan memohon izin untuk merapikan barang-barangnya. Sesaat setelah Na Mi tidak terlihat dari pandangan Joong Gi, ia bergerak menarik kerah baju Junwoo.
Kalau kau membuat Na Mi menangis atau menyakitinya, aku bersumpah akan memenggal kepalamu dengan tanganku sendiri." Joong Gi mendorong tubuh Junwoo setelah mengeluarkan ancamannya.
"Jagiya, geumanhae. Nanti Na Mi melihatmu." Yea Jin menahan lengan Joong Gi agar tidak melanjutkan kekerasannya pada Junwoo. "Kau, tunggulah di luar." Yea Jin beralih melihat Junwoo, menyuruh laki-laki itu keluar dari rumahnya.
***
Na Mi menyalakan lampu kamarnya dan merapikan barang-barangnya sendiri tanpa disuruh. Ia juga sempat mengabari Joong Gi kalau sudah sampai di apartemen. Junwoo merasa bersalah sempat menyalahkan anak ini.
Ia menyuruh Na Mi untuk berhenti melakukan kegiatan beberesnya. Mengajak Na Mi agar segera tidur. Mengingat besok anak perempuan ini masih harus sekolah.
"Appa mau kerja lagi?"
"Eung? Ani, tapi besok kau sekolah. Waeyo?"
"Oh, biasanya Appa kalau menyuruhku tidur karena masih ada pekerjaan." Junwoo menangkap hal aneh dari pergerakan Na Mi di tahun 2032. Anak ini tampak tidak ingin menganggu dirinya.
"Na Mi boleh Appa bertanya sesuatu padamu?" Adanya anggukan kepala dari Na Mi, Junwoo memberanikan diri untuk memastikan sesuatu. "Apa Appa sering memarahimu?"
Na Mi menggeleng, "Appa jarang sekali marah."
"Lalu kenapa kau terlihat ketakutan sekarang?"
"Karena Appa selalu bilang padaku kalau Appa tidak suka diganggu saat sedang bekerja. Humm Appa juga melupakan kebiasaan itu?"
"Kebiasaan?"
Na Mi mengolah kata-kata tepat untuk berbicara pada ayahnya. Ia takut akan menyakiti orang tuanya sendiri. "Appa jarang marah tapi kalau aku sedang banyak minta, seperti menceritakan tentang eomma. Appa menyuruhku tidur dan membanting pintu."
Napas Junwoo tercekat mendengar ucapan jujur Na Mi. Apa yang mengubahnya sampai ia begitu jahat pada anaknya sendiri? Sudah sebegitu kejinya kah dia di tahun 2032? Ia menarik tubuh Na Mi agar dapat ia peluk seerat mungkin, tidak peduli kalau Na Mi-nya berubah. Junwoo mengucapkan kata maaf berkali-kali karena sudah bersikap tidak baik pada putrinya sendiri.
"Aku baru dikasih tunjuk video eomma kecil. Kenapa aku bodoh bermain piano sedangkan eomma sangat lancar memainkan tuts?" Na Mi melepaskan pelukan Junwoo lalu merebahkan dirinya di atas kasur. Seperti sebuah kesempatan, Na Mi ingin lagi mendengar tentang ibunya.
Junwoo tergelak mendengar ocehan Na Mi. Untuk kala ini ia percaya kalau Na Mi adalah putrinya dan Hana. Sifat sering menjelekkan diri sendiri dan merasa iri atas pencapaian orang lain menurun sekali dari ibunya.
"Ya, kau tidak bodoh jangan suka mengatai dirimu sendiri. Eomma hanya jago bermain piano tapi ia paling lemah ketika berurusan dengan alat musik bersenar. Kau tahu, dulu eomma iri melihat Appa bisa bermain gitar. Ia memaksa Appa mengajarkan cara bermain gitar. Tiga bulan eomma-mu hanya berkutat pada nada dasar tanpa ada perubahan."
"Jinjjayo?" Junwoo mengangguk sembari membelai rambut sebahu Na Mi. "Lalu Appa ada cerita baru apa tentang eomma?"
Junwoo membetulkan posisi duduknya, ia bersandar pada headboard tempat tidur. Tangannya tidak berhenti mengusap kepala Na Mi. Dia rindu mendongengkan tentang Hana pada anaknya. Dua minggu ternyata terasa seperti bertahun-tahun.
"Appa bermimpi bertemu dengan eomma-mu di tempat dulu Appa mengajak eomma menikah."
Binar keceriaan terpancar dari sorot mata dan wajah Na Mi. Junwoo bisa mengambil kesimpulan kalau memang dirinya di 2032 sudah sangat jarang bercerita tentang Hana pada anaknya.
"Appa menunjukkan foto-fotomu pada eomma dan ia banyak tertawa melihat video kecilmu. Ia sadar kalau kau kecil mirip dengannya."
"Memang aku sekarang tidak mirip eomma?"
Junwoo meneliti setiap inchi wajah Na Mi sekarang, "tidak, kau mirip dengan halmeoni. Tapi sifatmu sungguh mirip eomma. Kenapa?" Junwoo menyadari perubahan wajah tidak suka Na Mi, "kau berharap mirip dengan eomma lagi? Ya, Appa mirip halmeoni kalau begitu kau menurun dariku, kenapa kau tidak…"
"Aniyo, bukan begitu. Aku hanya iri pada Appa karena bisa bermimpi eomma sedangkan aku tidak pernah. Aku ingin mengenal eomma."
Ya Tuhan, Junwoo kira anak ini tidak suka kalau wajahnya cenderung mirip neneknya ternyata ia lebih cemburu pada keadaan Junwoo. Anak ini dari kecil kenapa cenderung lebih dewasa daripada seusianya? Junwoo tidak ingin Na Mi tumbuh terlalu cepat, ia mau anaknya menikmati masa tumbuh kembang sewajarnya.
"Mau bertemu eomma?"
Na Mi mengangguk semangat, ia sampai bangun dari posisi tidurnya saking girangnya dengan bualan palsu Junwoo.
"Appa pikirkan caranya nanti, sekarang tidur karena Appa tidak mau bertengkar lagi dengan pamanmu hanya karena kau membolos."
Ok, sekarang bagaimana caranya Junwoo kembali ke 2028 untuk bertanya langsung pada Robert akan segala keanehan yang terjadi pada dirinya.
________________________________________
1. Iya aku memang gila, kenapa?
2. Pulang ke rumah?