Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 44 - This is I Must Do

Chapter 44 - This is I Must Do

Langkah maju mundur tidak beraturan dari Junwoo membuat Tuan Jung tidak sabaran menghadapi laki-laki pembangkang di depannya.

"Berhenti, kau membuat kepalaku semakin pusing." Tuan Jung melepaskan kacamatanya. Jemari ilmuwan itu memijat pelipis, kepalanya berdenyut tak karuan setelah mendengar pengakuan Junwoo. "Ya, sudah berapa kali kami bilang padamu agar berhati-hati terhadap risiko. Sekarang kau jelas-jelas sudah mengubah garis hidup orang-orang di sekitarmu."

Junwoo mengaku salah tapi ia tidak bisa menahan egonya saat berhadapan langsung dengan Hana. Ia sudah meminta maaf pada Tuan Jung dan Robert tapi ia tetap meminta pengertian pada dua ilmuwan ini. Junwoo pun meminta hal lain pada ilmuwan-ilmuwan hebat yang dikenalnya, bisakah anaknya bertemu Hana? Ikut dengannya menjelajahi ruang waktu.

Tuan Jung jelas terperangah atas permintaan Junwoo, ilmuwan itu sampai menggebrak meja karena tidak tahan pada sikap egois Junwoo. "Aku tidak tahu apa yang ada di kepalamu. Urusan perjalanan waktu dan mesin dibuat untukmu Lee Junwoo. Penelitian Robert sengaja hanya untuk satu orang dalam sekali perjalanan. Bisakah kau meredam egoismu?"

"Tapi aku sudah berjanji pada putriku."

Tuan Jung berdecak sebal, "putri yang kau janjikan itu, apakah dia benar putrimu? Dari ceritamu, dia berubah bukan?"

"Lalu?"

"Lalu kalau kau melakukan perjalanan lagi situasi berubah, anakmu berubah. Dia tidak mungkin akan mengingatnya. Kecuali kau mau kembali ke 2032, melewatkan masa tumbuh Na Mi dan ingin bertahan bukan pada putrimu yang asli."

Dilema, cukup satu kata untuk menggambarkan situasi Junwoo sekarang. Posisinya tidak lagi hanya bisa memikirkan Hana kembali secara selamat tapi bagaimana ia harus mempertemukan putrinya dengan Hana.

Semenjak melakukan tindakan terlarang, waktu Junwoo tidak lagi bergaris lurus. Saat ia melakukan perjalanan waktu, dia akan terlempar entah ke tahun berapa. Dan, ia pun baru memahami, kalau ia melakukan kontak saat berada di tempat ia seharusnya. Maka, dampak akan terjadi pada orang-orang sekitar yang sering bersinggungan dengan dirinya.

Na Mi terlihat mirip neneknya karena ia berbicara langsung pada ibunya di tahun 2022. Dia juga tidak tahu setelah ini akan mengubah siapa kalau melanggar aturan hukum waktu.

"Pilihanmu Lee Junwoo, kau ingin menyelamatkan istrimu atau hidup bahagia bersama putrimu?"

Pertanyaan Tuan Jung menambah rasa penasaran Junwoo. Bagaimana kalau ia bisa menyelamatkan dan mempertemukan dua perempuan penting dalam hidupnya sekaligus?

***

Hana membuka semua laci mobil berisikan lipgloss dan menyuruh Lana menggunakannya. Gurauan dan canda tawa menemani perjalanan mereka ke apartemen baru yang sengaja Seoga sewakan untuk Hana.

Melihat keadaan sekitar apartemen, Hana dan Lana memutuskan untuk langsung melihat ke unit yang akan mereka tempati. Sesampainya di lantai 18, Hana dan Lana berdecak kagum. Hana sampai menggelengkan kepala, pantas saja harganya bisa sampai jutaan won. Selain memang luas, unit apartemennya sangat berlebihan. Pemandangan yang disuguhkan tidak main-main.

"Lu liatin dah nih apartemen. Cocok kagak? Ada empat kamar. Buat gue, lu, sama Shin Hae. Satu lagi pen gue jadiin kamar kamasutra." Hana tertawa sendiri, "gue ngobrol dulu sama yang nyewain." Hana meninggalkan Lana untuk melihat-lihat seisi apartemen yang sudah full furnished.

"Kamasutra apeaaann ya Tuhan, ampuni temen hamba yg mesuuuum." Lana menggelengkan kepalanya dan berkeliling melihat calon apartemen yang akan ditinggalinya.

Hana puas dengan unit apartemennya, meski ia harus mengelus dada karena setengah harga sewa yang harus dia bayar di akhir bulan, membuatnya harus menahan hasrat gila belanjanya.

"Park Hana." Suara laki-laki yang sangat familiar di telinga Hana menyapanya.

"Annyeonghaseo Oppa. Jal jinesseo?" Hana tidak segan untuk tebar pesona pada laki-laki di hadapannya.

"Ya, baru kemarin bertemu anak tengil." Laki-laki itu menarik Hana dan merangkulnya, bukan, memiting lebih tepatnya.

Hana yang baru sadar dengan rencananya, cepat-cepat menjalankan aksinya. "Oppa, Oppa perkenalkan sahabatku, Kelana." Hana buru-buru melepaskan tangan laki-laki itu dari lehernya dan menyeretnya mendekati Lana.

"Lan, kenalin satu lagi bos besar. Namanya Ok Taekwon."

Lana tersenyum dan mengangguk. "Annyeonghaseyo."

Misi Hana untuk menjodohkan Taekwon dengan sahabatnya setelah menunggu berbulan-bulan lamanya akhirnya terjadi juga hari ini. Hana tidak segan untuk 'menjual' Lana di depan Taekwon begitu pun aksinya mempromosikan Taekwon di depan Lana. Mereka akhirnya saling bertukar ID Ktalk setelah saling mengenalkan diri singkat di depan pintu lift. Memang Seoga sengaja menyewakan unit apartemen tepat di seberang unit apartemen sahabatnya agar Hana mudah terpantau meski tidak lagi tinggal serumah. Dan, Hana harus banyak bersabar bertetangga dengan seorang Ok Taekwon. Pertemuan singkat itu berakhir dengan kekesalan Hana karena Taekwon mengeluarkan sindirannya.

Hana yang mulai kesal, menarik Lana cepat saat pintu lift terbuka. "Galke, galke."

"Kami duluan, Taekwon-ssi." Lana mengangguk sebelum pintu lift tertutup. Namun, sebelum pintu lift tertutup rapat. Ada sebuah tangan yang menahan hingga pintu lift kembali terbuka lebar.

Hana menganga melihat siapa sosok si penahan pintu lift dengan gesitnya. "Lee Junho? Mwo haeseo?"

Baik Lana dan Taekwon bergantian melihat Hana dan laki-laki asing yang tidak mereka kenal. Penuh pertanyaan berkeliaran di kepala mereka karena berdasarkan ingatan mereka, nama Lee Junwoo tidak pernah disebut atau diceritakan oleh Hana.

"Untunglah…aku…belum terlambat." Dengan napas terengah Junwoo memanjatkan syukur bertemu pada tujuannya.

"Hah?" Hana tidak mengerti maksud Junwoo sama sekali karena suara putus-putus disertai wajah cengengesan laki-laki di depannya. "Ya, kau menguntitku lagi? Lantai ini hanya mempunyai dua unit lalu kau datang dari mana?" Hana sengaja menjulurkan kepalanya keluar lift memindai setiap lantai, mencari kemungkinan Junwoo hadir dari sebelah mana.

Junwoo menarik Hana keluar dari lift, lalu menunjuk pintu darurat di dekat unit apartemen Taecyeon. "Kau ada waktu kan? Aku ingin mengajakmu ke tempat aku melamarmu."

"MWO?!" Tiga suara kompak mengeluarkan keterkejutannya.

Taekwon menarik Hana agar menjauh dari laki-laki berengsek, menurut pengamatan Taekwon. Baginya Hana sudah dianggap seperti adiknya sendiri, jadi kalau ada yang berani macam-macam dia akan maju untuk melindungi. "Nuguya? Ada hubungan apa dengan Hana?" Junwoo siap menarik Hana kembali kepadanya sampai Taekwon menarik Hana lebih jauh, menutupi Hana dengan tubuh besarnya. Menghalangi Junwoo mendekat. "Answer me."

Junwoo mendengus kesal, ia sedang buru-buru tetapi kenapa ada saja halangan. Ia berjalan mendekati satu lagi pawang Hana lalu mendekatkan diri ke arah wajah Taekwon. Tidak peduli kalau laki-laki di hadapannya lebih tinggi daripada dirinya. Junwoo hanya butuh Taekwon mendengar setiap kata yang meluncur dari mulutnya. Ia berbisik beberapa menit, membuat Lana dan Hana saling bertukar pandang. Dipenuhi rasa penasaran apa yang sedang dikatakan Junwoo sampai wajah Taekwon menegang.

"Bangke gue penasaran sama yang dia omongin." Hana berusaha mencuri-curi dengar ia menggerakkan tangannya agar Lana ikut mendekat.

"Lu suka aneh-aneh Han, udah tahu tinggi aja gak nyampe." Lana menggeplak kepala Hana yang sedang memasang kuping untuk mendengarkan. Entah mengapa pada akhirnya dua perempuan ini malah ribut sendiri dengan aksi menjambak rambut disertai sindiran.

Junwoo dan Taekwon berdeham melihat perilaku dua perempuan tengil di depan mereka. "Hana, kau sebaiknya ikut pergi dengan…" Taekwon menoleh ke arah laki-laki di sampingnya, "ireumeun mwoya?(1)"

"Junwoo, Lee Junwoo. Bukankah kau tadi mendengar Hana menyebut namaku?"

"Ey, sombong sekali." Taekwon mencebik tidak mau mengakui kekurangannya. "Ya siapa pun namanya, ikut dengannya Hana-ya. Sebelum rahasiaku dibongkar olehnya." Taekwon kembali melihat Hana agar segera pergi dari hadapannya.

Hana merapikan rambut panjang terurainya, "rahasia? Rahasia yang mana? Memang mau ke mana…" Perkataan Hana mengambang karena ponselnya berdering kencang. Nama Seoga berpendar sekali, sebuah pesan masuk dari kakaknya.

"Anak tengil ke restoran biasanya sekarang, palli!!"

Dengusan sebal Hana embuskan setelah membaca pesan Seoga. "Aku tidak bisa pergi ke mana pun, Seoga oppa baru saja mengirim pesan karena ada rapat dengan klien." Hana menoleh pada Lana, "lo mau ikut apa di sini sama Taekwon oppa?"

"Ya ikutlah ngapain gue di sini sama orang baru kenal, sinting lu ya," protes Lana cepat sembari memencet tombol lift.

Junwoo tidak mau hari ini terlambat melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sejak beberapa hari lalu. Ditariknya Hana cepat tanpa izin, sebisa mungkin memaksa Hana agar mengikuti ritmenya untuk berjalan cepat. Hana memekik berusaha melepaskan genggaman Junwoo. Namun, lagi-lagi seperti kejadian waktu itu tenaganya tidak sepadan. Ia benar-benar ditarik masuk ke tangga darurat tanpa bisa membalas teriakan Lana.

Semakin lama Junwoo bukan lagi menyuruh Hana berjalan cepat tetapi berlari. Ketukan sepatu dan high heels Hana-Junwoo beradu pada lantai saat menuruni setiap anak tangga. Berulang kali Hana mengeluh dan memukul tangan Junwoo agar melepaskannya tapi suaranya seperti dibiarkan menguap. Junwoo tidak akan menerima penolakan apa pun dari Hana hari ini.

Tanpa ampun Junwoo melakukan adegan pemaksaan ini sampai ke lantai dasar dan mengarahkan mereka berdua berjalan ke arah luar gedung untuk mencari taksi.

"Ya, ssaekiya apa maumu? Berhentilah bersikap seperti laki-laki gila." Hana masih memberontak, meminta Junwoo untuk melepaskannya.

Junwoo mengalah, ia tidak mau mencederai istrinya. Dilihatnya pergelangan tangan yang memerah karena terlalu kencang ia menarik dan memegang Hana. "Aku serius padamu, Park Hana." Junwoo menjaga agar perempuan ini tidak mengambil sikap kabur dari pandangannya sekarang.

"Maksudmu apa? Sungguh aku sudah bilang padamu, kalau masalahmu belum selesai jangan temui aku." Hana mengelus pergelangan tangannya. Tatapannya kini berkilat marah pada Junwoo. Ia sudah menekankan kalau dirinya tidak suka pada permainan macam apa pun yang Junwoo lakukan.

Junwoo mencegat sebuah taksi kosong, ia mengulurkan tangannya agar Hana mau ikut bersamanya. "Aku berjanji akan menceritakan segalanya padamu tapi aku mohon sekarang ikut denganku."

Hana melipat kedua tangannya, menolak. "Sirheo."

Junwoo menarik napas panjang, mau tidak mau ia harus mengungkapkan jati dirinya saat ini juga. "Tiga tahun dari sekarang kita akan menikah, anak kecil bernama Na Mi yang kau lihat di galeri fotoku itu adalah anak kita. Kau bukan punya kembaran tapi ia memang mewarisi wajahmu, Park Hana. Jadi bisakah kau ikut bersamaku sekarang? Na Mi ingin bertemu denganmu."

Hana sontak memundurkan tubuhnya, menggeleng tidak percaya atas semua ucapan Junwoo barusan. "Kau laki-laki aneh, menjauh dariku." Hana bersiap mengambil langkah seribu, ketika suara memelas Junwoo bersuara disertai napas kelelahan. Bukan karena kegiatan berlari mereka tadi tapi suara lelah menghadapi kenyataan hidup.

"Na Mi tidak pernah bertemu ibunya karena aku menyebabkan kau pergi dari dunia ini, Hana. Putrimu ingin bertemu, aku mohon ikut bersamaku sekarang. Bantu aku menyenangkan anak kita."

____________________________________________

1. Namamu siapa?