Hana tidak peduli mata Junwoo sudah melotot ke arahnya. Dia tetap mencampur soju dan bir ke gelas untuk membuat somek. Bukan hanya untuk dirinya, Hana membuat somek untuk kedua sahabatnya. "Untuk besties hamba yang baru kawen dan yang udah digagahi setiap hari!!!" Hana berseru sembari mengangkat gelasnya.
"Losdol teroooosss!" Lana ikut mengangkat gelasnya.
"Buat semua sohib saya yang tidak perawan lagi." Shin Hae mengangkat gelasnya, tertawa kencang sebelum menegak minumannya hingga tandas.
"Bangke gak perawan." Hana menonyor kepala Shin Hae tapi ikut tertawa. "Wih sepi abis ini di apateu. Jangan lupa gue ya, sister-sister."
"Awas lu kalo dateng nyamperin pas bunting doang ya, lu bedua yaaa!" Lana tidak mau menjadi bahan pelampiasaan sesaat oleh kedua sahabatnya.
"Kalo gue bunting duluan, lu pada masih mau temenan sama gue gak?" Hana menunjukkan cengiran tanpa perasaan bersalah.
"GAK!!" Lana dan Shin Hae kompak menjerit.
"Bajing lah kalean semua. Kan ngasih ponakan lucu. OPPA, KALAU AKU HAMIL ANAK JUNWOO. KAU MASIH MAU MENGANGGAPKU ADIK TIRIMU TIDAK?" Hana mendadak menjerit ke arah Taekwon yang sedang berbicara dengan para lelaki.
"ANIYA!" Taekwon berteriak cepat, dan melanjutkan dengan gumaman, "dasar perempuan gila!" Junwoo yang berdiri di samping Taekwon, mendelik ke arah Hana yang sudah melebihi kapasitasnya untuk minum-minum.
"Pengecut kalian semua. Baru tiga singa, belum lima." Hana menghina semua temannya yang tidak mau mencari masalah dengan pawang Hana. "Ini kudu yel-yel trio rusuh selamanya gak nih?"
"Ya tiga aja bikin peniiing." Lana mengerlingkan matanya kesal. Sudah cukup bertahun-tahun ia selalu menjadi pengasuh Hana. "Yuk yel-yel yukk."
"TRIO RUSUH SELAMANYA!!!" Tiga sahabat ini berteriak kegirangan sementara para lelaki hanya bisa memikirkan imbas dari mabuknya tiga perempuan gila.
Hana menghenyakkan tubuhnya ke jok mobil. Masih ada cengiran di wajahnya saat memasang sabuk pengaman yang tidak kunjung terpasang dengan semestinya.
Junwoo membantu perempuan mabuk di sebelahnya dengan gerakan sebal. "Kalau sampai tiga kakakmu tau, habis aku digantung karena membiarkan adiknya mabuk."
"Mereka sudah tau bagaimana aku mabuk. Lagipula, salahkan Shin Hae yang mengajak pesta mabuk sampai tengah malam." Hana menyandarkan kepalanya pada sandaran kepala jok mobil, hari ini tidak boleh ada yang menyalahkannya karena bersenang-senang.
"Junwoo-ya."
"Eung?"
"Apakah punya bayi, menyenangkan untukmu?" Hana menoleh ke kiri, memperhatikan wajah melongo Junwoo yang berusaha fokus menyetir. Hana menanti tetapi tidak ada jawaban. "Tidak perlu dijawab."
"Aniya, menyenangkan untukku. Tapi apa kita siap? Kita bahkan baru enam bulan…."
"Lupakan aku pernah bertanya." Hana tersenyum, memang tidak seharusnya dia bertanya secepat itu pada Junwoo. Tiga kakaknya masih belum terlalu senang dengan hubungan mereka, ralat hanya dua karena Joong Gi nampak tidak bermasalah, lalu sekarang Hana nekat bertanya soal anak. Bahkan Lana dan Shin Hae yang sudah bertahun-tahun bersama pasangannya masih senang hidup berdua tanpa ada bayi.
Junwo seperti paham apa yang dipikirkan oleh Hana, ia ingin mencoba peruntungannya malam ini. Setelah sempat mengalami perpindahan waktu dan Hana sempat melupakannya. Ya, walaupun tidak bisa disalahkan karena perbedaan tahun di mana dia belum juga bertemu dengan Hana. Tetapi hal itu membuat Junwoo selalu waspada. Bagaimana kalau Hana benar-benar melupakannya? Bagaimana kalau mereka berpisah?
Pikiran yang berkecamuk di kepala Junwoo, membuat dia melupakan hal buruk yang akan terjadi kedepannya. Sesampainya di apartemen Hana. Junwoo langsung menarik Hana ke kamar kamasutra. Kamar yang sudah di ketahui Joong Gi tetapi dia bersedia tutup mulut di depan Seoga dan Dong Kook, asalkan Hana dan Junwoo bertanggung jawab atas semua tindakan mereka.
"Saranghanda, Hana-ya." Junwoo menyelipkan beberapa anak rambut Hana ke belakang telinga. Semburat merah yang muncul di kedua pipi Hana menambah kegemasan tersendiri untuk Junwoo. Mata sayu karena mabuk semakin menimbulkan gairah tidak tertahankan. Malam itu Junwoo dan Hana saling membelit lidah, suara deritan ranjang menjadi saksi setiap desahan dan lenguhan. Tidak cukup sekali, dua manusia ini tidak segan melakukannya berkali-kali tanpa pengaman. Mungkin Hana lupa, sejak dua hari yang lalu adalah masa suburnya.
Persis empat minggu kemudian, Hana harus menelan kenyataan pahit. Ia terus memandangi layar pemeriksaan yang membuat air matanya keluar. Bukan tidak senang ada kehidupan di tubuhnya, tapi apa yang harus ia katakan di depan ketiga kakaknya? Tidak masalah kalau mereka mau menceramahi Hana satu bulan penuh. Bagaimana kalau mereka menyuruh Hana menggugurkan kandungannya, atau menyuruh Hana melepaskan Junwoo? Bagaimana kalau dia tidak lagi dianggap sebagai adik? Semua pertanyaan konyol memasuki sel saraf otak Hana. Terlalu banyak asumsi buruk tentang apa yang akan terjadi kalau sampai ketiga kakaknya tau.
Hana membuka pintu apartemennya. Dengan wajah lesu, ia berusaha tersenyum melihat Junwoo yang sudah menyiapkan makan malam. Setelah nyaris delapan bulan bersama Hana. Junwoo tahu ada yang tidak beres dengan pacarnya.
"Gwaenchana?" Junwoo menghampiri Hana. Entah karena hormonnya atau memang selalu senang ketika Junwoo memberikan perhatian, Hana menghamburkan tubuhnya ke pelukan Junwoo dan menangis sejadi-jadinya. "Jagi, waeyo? Ada masalah di kantor?" Junwoo panik melihat Hana.
Hana masih diam, meluapkan tangisan yang ia tahan dipelukan Junwoo. Dia berharap setelah ini Junwoo tidak akan meninggalkannya sendiri. Karena dia tidak berniat untuk menghilangkan janin yang berada di tubuhnya.
Junwoo melepaskan pelukan Hana, mengajaknya duduk di sofa ruang tamu. Kalau sampai Hana seperti ini berarti ada masalah besar yang sedang dihadapi kekasihnya. Junwoo hanya bisa terus mengelus punggung Hana sampai pacarnya merasa lebih tenang.
"Sudah mau bicara?" Junwoo menyeka sisa air mata yang masih betah menghiasi pelupuk mata Hana.
Hana menghela napas panjang sebelum membuka suara. "Setelah kau tau… apa kau masih mau tetap disisiku?"
Junwoo mengernyit bingung, "memang kau ingin kita…"
"Aku hamil Lee Junwoo." Hana langsung memotong praduga ajaib Junwoo. Mana mungkin dia minta putus, kalau sekarang saja dia lebih membutuhkan Junwoo dibandingkan siapa pun.
Junwoo mengerjapkan mata sipitnya berkali-kali, "bisa kau ulangi? Kau yakin? Kau hamil anakku? Mungkin kau masuk angin atau alat test-nya rusak." Hana ingin rasanya menampar pipi Junwoo agar laki-laki ini segera sadar. Hana mengeluarkan hasil USG, menempelkannya di depan muka Junwoo.
"Sudah cukup menjawab semua pertanyaan konyolmu?" Hana menyadarkan kepalanya di sandaran sofa, mengangkat satu tangan untuk menutupi kedua matanya yang kembali tergenang oleh air mata.
Junwoo mengambil hasil USG yang jatuh ke pahanya setelah terlepas dari tangan Hana. Ia tahu ini apa. Dulu waktu kakaknya memberitahu semua keluarga saat hamil Woojin, hasil hitam putih ini menjadi buktinya. Junwoo tidak kuasa untuk menarik sudut bibirnya menjadi sebuah senyuman. Junwoo membungkukkan sedikit tubuhnya, wajahnya mendekat ke arah perut Hana. "Annyeong daebakki (1), pantas perempuan ini dua minggu terakhir selalu uring-uringan tidak jelas. Ternyata ada jelmaan anak manja di sini." Junwoo mengelus perut Hana.
"Tadi kau tidak percaya kalau anak ini hasil perbuatanmu, kenapa sekarang suaramu senang sekali, huh?" Hana berkomentar tapi tetap tidak mengubah posisinya.
Junwoo menegakkan tubuhnya, membuka tangan Hana yang masih betah menutup mata. "Walaupun ini bukan anakku, aku akan tetap mengurusnya." Junwoo tersenyum menggoda, dia tahu Hana tidak mungkin berani bermain dengan laki-laki lain. Ada Junwoo saja ketiga kakaknya sudah membuat Hana mengoceh setiap saat karena diceramahi setiap mereka bertemu. "Kalau kau menangis memikirkan apa reaksi ketiga kakakmu, aku yang akan menanggungnya. Aku tidak akan lari."
Hana melepaskan tangannya, mengubah posisi duduknya, "biarkan aku menghilang sementara waktu dari keluarga dan sahabat-sahabatku."
"Wae?"
"Mereka akan mengutukku," desahan pelan keluar dari mulut Hana. "Keluargaku akan menyuruh kita berpisah."
____________________________________________________________________
Somek adalah campuran bir dan soju.
1. Halo, anak hebat (biasanya diucapkan untuk calon bayi yang masih berada di dalam perut)