Junwoo mengetuk pintu ruang kerja Hana. Tanpa menunggu perempuan yang berada di dalam ruangan menjawab, ia membuka pintu dan menyembulkan kepalanya. Hana hanya bisa tersenyum lalu menggerakkan salah satu tangannya, menyuruh Junwoo untuk masuk karena ia sedang menerima telepon dari klien.
Hana langsung menghampiri Junwoo setelah menyelesaikan pekerjaannya. "Uu sushi, gimbap, tteok, dan bir. Ck, masih siang Jagiya." Seketika itu juga Hana membongkar makanan yang dibawa Junwoo saat ia duduk di samping kekasihnya.
"Ish, kau yang memintanya, anak manja. Pekerjaanmu sudah selesai?" Junwoo mengambil salah satu sumpit yang ia patahkan menjadi dua. Diambilnya salah satu salmon sushi kesukaan Hana. Bukan untuk disuapkan ke Hana, tetapi untuk dirinya sendiri. Hana menggelengkan kepala. Kadang pacarnya ini bisa mendadak romantis, tapi lebih sering mementingkan dirinya sendiri.
"Kakakmu tidak ada di kantor?" Junwoo terus mengambil mengambil jatah makan siangnya tanpa mempedulikan Hana yang hanya bisa melongo melihat cara makan Junwoo. Seperti orang kelaparan yang tidak diberi makan selama setahun.
"Eobseo, kau ikhlas tidak membelikan aku makanan? Kalau masih lapar, lebih baik aku pesan makanan sendiri." Hana meletakkan sumpitnya. Salmon sushi yang baru ingin ia habiskan sudah dilahap banyak oleh Junwoo. Menyisakan dua dari enam buah sushi.
Junwoo hanya bisa menyengir, "mian, aku belum sarapan dan sebelum kesini ada dua meeting beruntun yang membuatku kelaparan. Mau kusuapi?" Junwoo mengambil sepotong gimbab, mengarahkan tangannya ke mulut Hana.
"Aaaa…." Hana membuka mulutnya lebar, kemudian Junwoo memasukkan gimbab ke dalam mulutnya. Ia tidak lupa untuk menggigit telunjuk serta ibu jari Junwoo.
"Rasakan! Dasar pelit." Hana tersenyum senang mendengar suara kesakitan Junwoo. "Oya, besok aku duluan ke gereja. Mau membantu keluarga Shin Hae sebelum acara pemberkataan." Hana mengambil salah satu kaleng bir dan membukanya hingga mengeluarkan suara khas gelembung alkohol yang terpendam di dalam kaleng.
"Lana juga?" Junwoo menyeka mulutnya dengan tisu yang disediakan oleh si penyedia makanan.
"Eo, kau pergi bersama Haneul dan Taekwon?"
Junwoo menggeleng, "masing-masing. Haneul mau memamerkan pacar barunya. Aku menginap di apartemenmu hari ini." Junwoo mengeluarkan seringai liciknya sembari menarik pinggang Hana agar mendekat.
Hana membalas godaan pacarnya dengan kerlingan mata manjanya, "ada yang merindukan bermain di kamar merah rupanya." Kamar merah yang dimaksud Hana tentu saja kamar kamasutranya. Setelah enam bulan berpacaran, akhirnya tiga minggu yang lalu. Hana memberanikan diri memberitahu sisi liarnya pada Junwoo. Hana sudah siap ditinggalkan kalau Junwoo merasa jijik dengannya.
Kenyataannya, Junwoo malah sumringah melihat berbagai macam alat pemuas gairah yang berada di kamar itu. Matanya semakin memancarkan aura kebahagiaan saat melihat satu lemari yang berisi pakaian seksi milik Hana. Malam itu juga, Hana akhirnya bisa menggunakan semua barang fantasinya bersama Junwoo. Melepaskan kehormatan yang ia jaga selama ini. Tentu itu membuat Junwoo kaget, masalahnya ia tidak menyangka kalau Hana belum pernah berhubungan badan dengan siapa pun. Melihat kamar kamasutra milik Hana, Junwoo menduga pacarnya ini sudah melakukan dengan laki-laki lain.
"Ini menyakitkan tetapi menyenangkan di waktu yang bersamaan, Jagiya," ujar Hana malam itu. Meski keesokan harinya, Junwoo khawatir dengan cara berjalan Hana. Mengerikan kalau Seoga sampai tahu apa yang sudah mereka lakukan.
Junwoo membelai rambut Hana dan menyelipkan sebagian rambut Hana ke belakang telinga, "apa tidak masalah kalau kita terus bermain kucing-kucingan dengan ketiga kakakmu?"
"Selama tidak ada bayi di perutku, aku rasa aman. Tidak ada yang tau tentang kamar itu kecuali Lana dan Shin Hae. Jadi malam ini kita akan bermain apa?" Hana terus menggoda Junwoo sampai berniat untuk naik ke atas pangkuan kekasihnya.
Junwoo meraih ponselnya, berselancar sebentar di website yang ia temukan kemarin malam. "Bra dan thong hitam berenda itu belum pernah kau pakai, kan?" Junwoo menunjukkan hasil penemuannya pada Hana. "Hari ini kita akan bermain seperti ini."
Wajah Hana mendadak memerah, tidak menyangka ternyata Junwoo mempunyai fantasi sama gilanya. "Geurae, aku akan menghajarmu habis-habisan malam ini." Hana tersenyum centil, tidak lupa untuk mendaratkan ciuman ke bibir Junwoo.
Keesokan paginya, alarm yang berbunyi dari ponsel Hana berdering sangat nyaring, membuat pemilik ponsel itu membuka matanya malas-malasan. Kalau bukan karena hari ini Shin Hae akan menikah, ia lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya. Bukan tanpa sebab Hana terlihat begitu malas untuk bangkit dari tempat tidur. Pasalnya, semalam Junwoo benar-benar menyiksanya sampai pukul dua pagi. Entah berapa banyak pengaman yang bertebaran di lantai.
"Junwoo-ya, ireonaa(1)." Tangan Hana bergerak kesana kemari mencari sosok laki-laki yang sudah menghilang dari sisi tempat tidur. Hana terpenjat, "sialan, setelah apa yang ia lakukan semalam. Bisa-bisanya kabur tanpa…."
"Tanpa apa? Aku sudah bangun dari sejam yang lalu untuk membuatkanmu sarapan, anak malas." Junwoo berjalan menghampiri Hana yang masih tidak mau bergerak dari posisi tengkurapnya. "Igeo achim mogosseo (2), kau harus sudah sampai di gereja sebelum pukul 10." Junwoo menendang bokong Hana agar segera bangun.
"Aish, bisa tidak sih membangunkanku dengan cara yang lembut?!" Kesal dengan perilaku Junwoo, Hana bangun dari posisi nyamannya sembari menutupi tubuh polosnya dengan selimut berwarna merah berbahan satin.
"Sudah jam delapan, pemalas. Palli mokgo(3), aku mandi dulu." Hana menahan tangan Junwoo sebelum lelaki itu beranjak pergi. "Wae?"
"Tidak ada ciuman selamat pagi untukku?" Hana merajuk.
"Sudah tadi pas kau masih tidur."
"Ish, mana aku sadar. Dashi? (4)" Hana memegang cangkir kopi yang diberikan Junwoo dengan kedua tangannya tapi gerakan tubuhnya memohon.
"Aniya, nanti berlanjut kemana-mana. Habiskan sarapanmu secepat kilat, lalu bergegas Park Hana. Nanti Shin Hae mengeluarkan taringnya kalau kau terlambat." Junwoo melepaskan pegangan Hana, menolak permohonan Hana lalu berlalu menuju kamar mandi. Hana hanya bisa mengerucutkan bibirnya sebal.
Junwoo mendesak Hana agar segera pergi sebelum sahabat Hana yang bernama Kelana menelponnya, dan melakukan ceramah tujuh hari tujuh malam karena tidak melihat penampakan Hana di gereja.
"Kau melakukan apa, sih?" Junwoo berkecak pinggang melihat Hana yang berdiri kebingungan melihat meja riasnya.
"Aku bingung harus menggunakan lipstik warna apa." Hana mengambil tiga buah pewarna bibir yang membuatnya kalut dan menghadapkannya ke Junwoo. "Eotteon? Igeo? Igeo? Igeo? (5)" Hana melebarkan setiap jarinya, agar Junwoo bisa membantu.
"Ya! Semuanya berwarna coklat, pakai saja salah satu diantaranya." Junwoo tidak mau mengambil pusing.
"Beda Jagi, ini nude lalu ini beige, dan ini terracota. Bagus yang mana?"
Junwoo memijat pelipisnya yang benar-benar pusing menghadapi cobaan pagi hari ini. Ia asal mengambil salah satu warna yang menurutnya bagus. "Ini, pakai yang ini." Junwoo menunjuk salah satu lipstik.
"Pakaikan." Hana memajukan bibirnya, dia tidak menerima penolakan dari Junwoo. Pacarnya hanya bisa menghela napas. Ia ambil lipstik yang ditunjuknya tadi, memutar penutup lipstik lalu memoleskan ujung lipstik ke bibir Hana. "Eottoke?" Setelah selesai Hana merapatkan kedua bibirnya, mengulumnya ke dalam mulut, dan tersenyum lebar. Mungkin besok-besok Junwoo bisa berganti profesi menjadi MUA.
"Yeppeo. (6)" Refleks Junho tersenyum. Hana-nya terlihat cantik dengan rambut yang tergerai bergelombang, make up natural, dress berwarna peach yang membentuk lekukan tubuhnya, dan pewarna bibir yang menambah kecantikan Hana sampai 100%. Menurut Junwoo, karena hanya ia yang melihat. "Gaja."
Sesampainya di gereja, Hana yang sadar diri sudah terlambat 10 menit berjalan cepat menuju ruangan pengantin wanita. Tentu saja dia habis disemprot oleh Lana dan Shin Hae. Hana hanya bisa menyengir dan membantu apapun yang diminta oleh calon ratu semalam. Sebelum memulai acara, ketiga sahabat ini saling memeluk. Lana dan Hana menyemangati Shin Hae, mengingatkan perempuan teledor ini agar tidak melupakan janji pernikahan.
"Lan nyangka gak sih, perempuan modelan Shin Hae akhirnya kawin juga." Hana menyenggol Lana yang duduk menyamping untuk menyaksikan pemberkataan Shin Hae dan Wooshik.
"Akhirnya dia ada pawangnya." Lana mendesah lega melihat sahabatnya berdiri di depan.
"Makin sepi deh apateu. Sendirian, tiada lagi yang rajin nyetok kulkas." Hana menghela napas panjang, apartemen mewah dan luas yang ia tempati sekarang hanya tinggal dia sendiri. Meskipun Lana tinggal di unit seberang tetap saja rasanya tidak sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Buruan kawin makanya, pacaran mulu dah."
"Dih baru juga enam bulan pacaran, buru-buru amat kawen. Lu sama Taeck aja tiga taun. Lagian, Junwoo kudu lewatin jebakan betmen berkali-kali, ada tiga singa yang ngejagain kandang gue." Hana melihat tiga kakaknya yang sedang fokus mengikuti acara pemberkataan. "Apa nanem saham dulu, biar gue diizinin." Hana tiba-tiba tertawa.
"Bajing! Tar gue yang kena semprot!" Lana menjitak kepala Hana, berusaha mengenyahkan ide gila yang terlintas di kepala Hana.
"Lah lu pada kan udah gak tinggal sama gue. Bukan tanggung jawab kalean lagi, dong." Hana mengulum senyumannya. "Lagian ya, jadi enak sekarang main sama lakik gue tanpa perlu pengaman." Beruntung acara pemberkataan sudah selesai karena mendadak Hana tertawa kencang yang membuat beberapa tamu jadi menoleh ke arahnya.
"Gue beneran nggak ikutan ya kalo ntar ada apa-apa. Lu kalo digantung kakak-kakak lu jan pake ngehantuin gue, lu!" Lana menunjuk wajah Hana dengan telunjuknya.
"Ihh kan nyamperin lu tinggal ngesot. Tetep gue gentayangin lah, jadi tameng gue ke Dong Kook oppa." Hana merangkul lengan Lana dan berdiri untuk menyambut sahabatnya yang berjalan dari altar ke arah bangkunya.
"Darling, darling sold out nih gue. Bebas bikin anak sekarang." Shin Hae memeluk Hana dan Lana sekaligus, tidak menunjukkan keanggunan sama sekali.
"Otak lu ye ner-bener. Bikin anak lah yang dipikirin!" Lana menoyor kepala Shin Hae. "Congratulations, Myeong Shin Hae."
"Yeee daripada lo, udah mana geragas mulu tiap saat. Jadi juga kagak tuh benih-benih cinta si Taek." Shin Hae merangkul dua lengan sahabatnya, menjauhi tamu undangan yang masih ingin memberikan selamat. "Mabok yuk malem ini, gue bayarin dah. Kalian pilih aja mau di mana, gue gesek kredit si Ujang."
"Hah? Lu gak mau malam pertama emangnya? Rada-rada nih anak." Hana terkejut dengan ajakan Shin Hae.
"Gaaasss!!" Lana tertawa, menyetujui ide gila Shin Hae.
______________________________________________________________________
1. Junwoo bangun.
2. Makan sarapanmu.
3. Cepat makan.
4. Lagi?
5. Bagaimana? Ini? Ini? Ini?
6. Cantik
Gimbab adalah makanan khas korea yang seperti sushi yang digulung oleh rumput laut. Bedanya gimbab diisi oleh sayuran.