Chereads / One Time (Time Traveler) / Chapter 24 - Hana & Taekwon Secret

Chapter 24 - Hana & Taekwon Secret

Aku bertepuk tangan pelan melihat seorang Ok Taekwon yang masih bisa menunjukkan cengiran tidak bersalah. Aku tidak tahu fungsi kabel yang menempel pada tubuhnya, tapi kurasa itu salah satu penyokong hidup selain selang oksigen di hidungnya. "Malaikat maut masih ingin kau hidup, Hyeong?" Aku menarik bangku mendekati ranjang. "Na Mi menitipkan salam, maaf semalam belum sempat bertemu denganmu. Yi Eon sekarang ada di apartemenku ditemani kakakku."

Taekwon menaikkan ibu jarinya untuk memberikan tanda 'ok' dan dalam satu embusan napas berat, ia bicara pelan untuk menanggapi gurauanku. "Eo, masih ada yang harus kuselesaikan sebelum meninggalkan Lana."

"Berapa lama lagi?" Aku tahu ini terdengar keji tapi melihat kondisi Taekwon saat ini, membuatku paham mengapa Lana seperti kehilangan gairah hidup semalam.

"Geulsse(1), mungkin empat, enam." Apa sih fungsi tiga monitor ini? Aku mulai risih mendengar dengungan mesin bergantian dengan napas Taekwon. Aku duduk jauh lebih tidak nyaman dibandingkan si pasien yang berjuang dengan sangat kuat untuk tetap hidup..

Aku menggeleng tidak mau percaya ucapannya, "betul-betul tidak bisa disembuhkan? Hyeong kenapa kau merahasiakan ini dari kami? Aku mengerti posisi Lana, untuk bangkit dari rasa kehilangan butuh waktu yang lama."

"Setidaknya sampai hari ini belum pernah ada yang berhasil sembuh. Aku tak ingin membuat kalian berharap terlalu banyak." Suaranya serak disertai batuk, mungkin ia sampai menahan rasa sakit menyengat di sekitar dada. Hal itu membuatku menahannya agar berhenti bicara, namun ini Ok Taekwon, ia berusaha menyelesaikan perkataannya. "Lagi pula, memang apa bedanya kalau tak kurahasiakan? Toh tetap tak akan sembuh juga."

"Ya setidaknya Lana sudah bersiap sejak lama. Kalau kau tidak ambruk di sofa empat bulan yang lalu, apa kau berniat untuk meninggalkan Lana secara mendadak, huh? Aish, kau pasti sudah menyiapkan rentetan wasiat dan warisan untuk Lana, sshibal."

"Hahaha... eo, kutinggalkan semua yang mampu menopang hidup Lana sampai Yi Eon mampu menggantikanku menghidupinya. Lana.. akan hidup lebih kuat nantinya. Dia akan hidup dengan baik, aku tau itu."

"Ya utjimal(2)!" Ingin aku memukul kepalanya, kalau tidak ingat bahkan untuk bernapas saja manusia ini mulai kesulitan. "Tidak bercerita pada siapa pun tapi membeberkan pada Hana dan Seoga hyeong. Ceritakan padaku apa saja yang kau bicarakan dengan Hana."

Taekwon tersenyum, bukan senyuman kesedihan tetapi sebuah tampilan mengingat kenangan bahagia. Aku memajukan kursi mendekat ke arah ranjang. Menanti sebuah cerita tentang Hana dan Taekwon. Kisah apa yang ingin disajikan pada Taekwon untuk memenuhi memoriku tentang Hana?

***

Taekwon memenuhi janjinya untuk menemani Hana makan siang bertemakan hidangan laut, dekat dari sungai Han. Restoran yang menguras kantong tapi selalu menggiurkan untuk lidah Hana. Baru beberapa langkah menyusuri taman Han, lengan Taekwon ditarik secara mendadak oleh Hana. Entah ada tingkah apa lagi yang ingin diperbuat Hana, namun Taekwon mengernyit bingung melihat perempuan manja di sampingnya merogoh tas ajaib miliknya.

"Waaaa Park Hana, apa sudah mulai merasa malaikat maut semakin dekat saat menghirup inhaler?" Taekwon langsung menyindir Hana ketika perempuan itu mengirup dalam-dalam alat bantu pernapasan yang sedang berada di dalam mulut Hana.

Hana terbatuk mendengar ucapan laki-laki di sampingnya. Menunggu beberapa detik kemudian tangan kanannya menjambak rambut Taekwon. "Gaessaekiya!!! Aku tidak akan mati hanya karena menghirup inhaler. Babo-ya!"

"Matta, justru kau mati kalau tak menghirupnya. Dasar bodoh!" Taekwon memukul tangan Hana yang berada di rambutnya.

"Ish, menghinaku sekali lagi, tak akan kukenalkan pada sahabatku!" Hana mengancam dengan wajah tengil sembari melipat kedua tangan di dada. "Jangan mendoakanku cepat mati, jodohku masih berjalan menghampiri."

"Eeeyyy yang mana jodohmu? Yang kemarin mengernyitkan dahi saat melihatku memiting lehermu? Ckck.. kupatahkan lehernya kalau berani bertemu denganmu lagi!" Taekwon menyentil dahi Hana. "Lagi pula, aku bisa minta kenalkan lewat Seoga. Tak perlu melaluimu. Ani, Dong Kook hyeong maksudku. Bukankah Seoga bilang dia bekerja dengan Dong Kook hyeong?" Senyum menang tercetak di wajah Taekwon.

Hana mengusap dahinya kasar. "Ya, ya, semua laki-laki jadi takut mendekatiku. Bukan hanya tiga macan, sekarang bertambah satu hyena." Hana tersenyum miring, "eo manne, dia memang bekerja untuk Dong Kook oppa tapi Lana Kelana lebih menurutiku dibandingkan singa satu itu. Aku sudah tau luar dalam Lana. Lagi pula apa sih yang membuatmu ingin berkenalan dengannya?"

"Hmmm... coba kupikir. Sepertinya hanya karena satu hal." Taekwon mengetuk-ngetuk dahinya, mencoba berpikir atau memang pura-pura berpikir.

"Jangan terlalu lama berpikir." Hana menonyor kepala Taekwon.

Taekwon menjentikkan jarinya. "Ah, itu alasannya. Dia terlihat tidak seberbahaya kau." Spontan Taekwon menunjuk Hana seperti menuduh maling hewan ternak, "perempuan kasar sepertimu, tak perlu aku dan tiga kakakmu pun sudah jelas tak akan ada yang mau mendekati." Taekwon menahan senyum melihat Hana mengembungkan pipinya, pertanda ia kesal dan bersiap melontarkan amarahnya. Taekwon merangkul Hana cepat, "bersikap lembutlah sedikit, Hana. Tunjukkan bahwa kau pantas menjadi menantu seseorang." Taekwon menaik turunkan alisnya, "eottae? Apa aku terdengar dewasa? Apa Lana suka lelaki dewasa sepertiku? Hmm? Hmm?"

Hana melepaskan rangkulan Taecyeon. "MWO?!?! TIDAK BERBAHAYA?!?! Apa kau tau perempuan itu jauh lebih berbisa dibandingkanku? Lana polos di luar, licik di dalam." Hana menarik lengan Taekwon dan memukul punggung laki-laki itu berulang kali sampai mereka menjadi tontonan orang-orang di taman. "Apa katamu? Aku memang tidak pantas menjadi istri, heh? Ishh sshiballlll. Arghhh kau tidak dewasa sedikit pun Ok Taekwon, kau laki-laki menyebalkan." Hana mengeluarkan tenaganya sekarang untuk menarik telinga Taekwon.

"Ya, ya! Yang jelas, aku hanya menyukainya sejak awal melihatnya. Aigoo, kasihan sekali perempuan satu ini, tak pernah merasakan ketertarikan pada pandangan pertama." Taekwon menarik rambut Hana tanpa ragu, membuat Hana sedikit terpelanting dan menjauh darinya.

Hana mengepalkan tangannya siap membalas perbuatan Taekwon, tetapi tangan itu kembali mengendur setelah matanya melihat sepasang suami istri dan anak-anak mereka bermain di atas rumput. Hana menjatuhkan tubuhnya di bangku panjang taman. Kepalanya terangkat untuk melihat bunga-bunga mulai bermekaran. Musim semi muncul, tapi entah kapan jodohnya akan naik ke permukaan. Helaan napas panjang Hana mengusik Taekwon.

"Wae, wae? Melihat malaikat maut lagi?" Taekwon ikut duduk di samping Hana.

Hana menggeleng, "apa kau bisa menutup mulutmu kalau kuceritakan sesuatu?"

Taekwon membuat gerakan menarik ritsleting di mulutnya dan mengunci bagian ujungnya, lalu membuka mulut dan seolah menelan kuncinya

Hana mengekeh, "dasar pelawak." Ia menarik napas sesaat sebelum memulai ceritanya. "Aku penasaran dengan kondisi tubuhku, apakah di kemudian hari aku bisa memiliki anak sendiri? Aku pergi ke dokter kandungan, hanya untuk memastikan dan jangan membuat berita bohong pada tiga kakakku," ujar Hana sambil menunjuk wajah Taekwon. "Ternyata aku mengidap pengentalan darah. Bisa memicu tekanan darah jadi tinggi saat hamil. Katanya, akan sulit bagiku untuk mempunyai anak, bahkan cenderung akan keguguran di awal-awal kehamilan. Belum lagi asma menyebalkan ini yang suka mendadak kambuh kalau sedang stress." Hana tertawa lirih. "Lucu ya rencana Tuhan. Pantas aku masih sendiri sampai sekarang, mana ada calon mertua yang mau menerima calon menantu sepertiku."

"Haaaahhh.. kalau begitu ayo mati bersama. Aku juga tak yakin Lana mau denganku." Taekwon bersandar pada sandaran bangku dan menghela napas. "Tapi pasti ada yang bisa kau lakukan, kan? Maksudku, apa benar-benar tak bisa?"

"Sayangnya penyakitku adalah faktor genetik, entah menurun dari eomma atau nenek-nenekku. Jadi yaa…tidak tau." Hana mengedikkan bahunya dan mendadak sadar dengan ucapan Taekwon sebelumnya, "you!" Hana memincingkan mata, "what did you say? Mati bersama? Lana tidak mau denganmu? Maksudnya? Apa yang kau sembunyikan Oppa?"

"Mwo? Ani. Aku tak bicara apa pun." Taekwon mengerlingkan matanya. "Ya, kau belum mencoba apa pun. Masih ada kemungkinan sebelum mencoba semuanya!"

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Wae? Waeyo? Kau kenapa?"

"Geokjeonghajima. Na gwaenchana(3)." Taekwon melirik Hana sekilas lalu segera membuang pandangannya.

Hana menepuk nepuk pundak Taekwon pelan lalu perlahan meremasnya kencang. "Kalau kau pikir Seoga oppa adalah manusia yang bisa menjaga rahasia. Itu salah besar. Ada apa dengan paru-parumu, heh? Sudah kupancing baik-baik tidak mempan, ya!"

"Aish, Park Seoga sialan! Apa yang kau tau dari Seoga?"

"Humm obstruktif kronis. Hanya itu yang dia kasih tau. Selebihnya aku disuruh mencari tau sendiri." Hana menilik raut wajah Taekwon, "kau akan berjuang kan? Kau masih berniat dijodohkan dengan Lana? Apa sesakit itu? Seperti asma?"

"Ya, apa kau pernah melihatku kesakitan? Aniyaaa, tidak sakit sama sekali. Hehe.." Taekwon mengekeh. "Entahlah, apa yang kau harapkan dari laki-laki yang akan segera meninggalkanmu mungkin setelah pernikahan kalian? Maksudku, aku tak tau berapa lama lagi. Tapi yaaaaahh..." Taekwon menghela napas, lalu menatap Hana. "Kau bisa bersumpah akan mengunci mulutmu, kan? Aku tak ingin ada satu orang pun yang mengasihaniku. Termasuk Lana. Tidak, terutama Lana."

"Ya!! Aku memang sedarah dengan Seoga oppa tapi mulutku lebih terkunci rapat dibandingkannya." Hana menyibakkan rambut panjangnya, "aku akan simpan rahasiamu dari Lana, asal kau juga tidak membocorkan tentangku pada ketiga kakakku. Mereka hanya tau tentang asma-ku, deal?" Hana mengulurkan tangan kanannya.

"Kol." Taekwon menyambut uluran tangan Hana dan menariknya kuat, lalu memiting leher Hana. "Jadi, kapan kau akan mempertemukanku dengan sahabatmu yang menarik itu, heh?"

"Astaga!!!" Hana meronta meminta Taekwon melepaskan pitingan pada lehernya namun percuma tenaga Taekwon lebih kuat, "segera, segera! Aku sedang memikirkan cara keluar dari rumah dulu, baru kupikirkan untuk mempertemukan kalian berdua." Taekwon tertawa lalu mengurai tangan di leher Hana. "Oppa.." Ia menyisir rambut dengan jari-jarinya. "Kalau aku sudah bertemu dengan jodohku lalu…" Suara Hana mengecil, "aku memiliki seorang anak dan ternyata takdir berkata lain untuk hidupku, mau berjanji dua hal padaku?"

"Aish, aku tak suka pembicaraan penuh drama yang cepat atau lambat memang harus kita bicarakan. Marhaebwa(4), ucapkan permintaanmu." Taekwon membuat gerakan seperti jin yang akan mengabulkan permintaan tuannya.

"Ya Tuhan kenapa oppa baru mengenalkanmu padaku." Hana tertawa kencang sebelum benar-benar diam untuk melanjutkan pembicaraannya. "Tolong bantu jodohku menjaga anak kami, karena aku tau sulitnya menjadi orang tua tunggal. Kedua, bantu jodohku melewati masa-masa berkabungnya, dia harus kembali hidup normal setelah kematianku. Kau pegang janjimu, ya?!" Mendadak Hana memeluk Taekwon erat setelah selesai berbicara. "Gomawo, aku senang punya satu lagi kakak. Lana pasti senang bertemu denganmu. Jangan menyakitinya ya, Oppa."

"Ck, bicaramu seperti kau akan segera mati saja." Taekwon balas memeluk Hana. "Kau, berjanjilah juga padaku, biarkan jodohmu menemani Lana kalau aku juga tak ada, oke? Biarkan anak kita bersahabat dan saling menguatkan, aratchi?"

***

Aku diam setelah mendengar cerita Taekwon. Cairan bening yang sedari tadi kutahan meluncur bebas melewati pipi dan jatuh di telapak tanganku yang sedang menggenggam tangan Taekwon. "Pasti kau senang ya Hyeong, bisa berbagi dengan Hana. Kalian hebat sekali menutupi penyakit satu sama lain."

"Haha.. kalau bisa memilih, lebih baik aku tak menceritakan semuanya. Dasar Park Seoga sialan." Taekwon terkekeh. "Ya, meski aku akan mati sebentar lagi, bisakah kau berhenti menatapku seperti aku memang akan mati sebentar lagi?"

"Kau mengerti posisiku menjadi adik iparnya, kan?" Aku tertawa pelan sembari menghapus air mata. "Berjuang sebentar lagi Hyeong, Lana dan Yi Eon masih membutuhkanmu. Aku tidak yakin bisa menjaga mereka seperti janjimu pada Hana waktu itu."

Taekwon mengeratkan genggamanku. "Halsuisseo(5), aku lihat apa yang sudah kau lakukan demi Na Mi. Kau juga pasti bisa menjaga Lana dan Yi Eon untukku. Nanti akan kusampaikan salammu pada Hana." Laki-laki ini kemudian mengekeh pelan seolah memang malaikat maut sudah berdiri di sampingnya.

__________________________________________________

1. Entahlah.

2. Hei, jangan tertawa.

3. Jangan khawatir, aku baik-baik saja.

4. Katakanlah.

5. Kau pasti bisa.